Korelasi Agama dengan Kemakmuran Bangsa dan Kekayaan Individu – Part 2

Yuk bagikan infonya...

Korelasi Agama dengan Kemakmuran Bangsa dan Kekayaan Individu – Part 2

Mengapa negeri China yang pemerintahannya menganut paham social communism mengalami pertumbuhan ekonomi paling mencengangkan sepanjang sejarah 10 tahun ini?

Dan sebaliknya, mengapa sebuah negara yang konon sangat religius penduduknya, namun ekonominya termehek-mehek?

Mungkin kemakmuran sebuah bangsa melibatkan banyak variabel, dan bukan sekedar peran agama. Atau mungkin juga ada pemahaman yang salah dari pemeluk agamanya.

Dalam Islam sendiri (dan mungkin juga agama-agama lainnya) banyak diajarkan mengenai ikhtiar untuk gigih mencari rezeki yang barokah. Gigih untuk mengubah nasib ke arah yang lebih baik, sebab Tuhan tidak akan mengubah nasib Anda jika Anda cuma bisanya ngomel dan nyinyir, namun no action.

Kisah para sahabat Nabi juga dipenuhi figur dengan kemakmuran yang melimpah, mulai dari sosok Abu Bakar, Umar hingga Usman bin Affan yang level kekayaannya sangat masif.

Juga tentu ada sosok Siti Khadijah, sang super female entrepreneur yang sukses di eranya. (Ekspansi Islam pada era itu sangat terbantu dengan dukungan finansial dari para sahabat yang makmur itu).

Menjadi kaya dan makmur dengan barokah, dengan kata lain tidak dilarang, bahkan mungkin dianjurkan dalam setiap agama (sebagaimana dicontohkan dengan cemerlang oleh para sahabat dan istri Nabi).

Namun entah kenapa, spirit untuk gigih mengubah nasib ke arah yang lebih baik dan lebih makmur itu, pelan-pelan pudar.

Yang acap muncul adalah kalimat bernada petuah seperti ini : “Ngapain kaya, toh kekayaan tidak akan dibawa mati”. Sangat sering kita mendengar kalimat ini – sebuah kalimat yang salah kaprah dan wrong.

Kekayaan akan kita bawa mati jika saat hidup kita belanjakan untuk membangun rumah ibadah, menyekolahkan anak yatim, memberangkatkan orang tua umroh atau membiayai pembangunan perpustakaan gratis.

Yang mengucapkan kalimat “ngapain kaya, toh kekayaan tidak akan dibawa mati” mungkin tidak paham akan kalimat diatas.

Atau mungkin dia mau menghibur diri. Atau mungkin dia mau menutupi ketidakmampuan dirinya mengubah nasib dengan kalimat sok bijak yang salah.

Look, peradaban yang besar hanya akan mampu dibangun jika para anggotanya memiliki basis ekonomi yang kuat. Dan kita di Indonesia mungkin masih jauh dari hal ini.

Indonesia yang mayoritas penduduknya Islam, masih tergolong negara berkembang, dan mayoritas penduduknya masih miskin.

Tempo hari saya menulis, dari daftar 100 Orang Terkaya di Indonesia, hanya 4% yang berasal dari Muslim – sebuah fakta muram kalau mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam.

(Namun lebih baik introspeksi diri, daripada nyinyir dan menyalahkan pihak lain, atau pihak aseeeng).

Kenapa bisa seperti itu? Kenapa warga Islam di Indonesia belum mampu menginspirasi bangsanya menjadi Peradaban Nomer Satu Dunia?

Mungkin karena spirit gigih mengubah nasib tadi pelan-pelan pudar. Digilas oleh kalimat indah yang salah kaprah : “ngapain kaya, toh kekayaan tidak akan kita bawa sampai mati”.

Atau mungkin juga disebabkan ini : Spirit IQRA – ayat pertama yang mengajarkan kita untuk tekun membaca dan rajin belajar makin pudar.

(FYI, minat membaca orang Indonesia berada pada peringkat 3 paling bawah di antara 100 negara. Fakta ini agak memalukan mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam yang punya ajaran IQRA.

Kalau Anda umur 30 tahun, idealnya sudah baca buku bermutu 300 buah. Kalau belum mencapai angka ini, berarti spirit IQRA Anda layak diragukan).

Spirit IQRA yang memudar akan membuat daya literasi dan kecerdasan kita tumpul.

Wajar jika banyak orang terpuruk nasibnya karena wawasannya abal-abal. Kenapa wawasannya abal-abal? Karena malas membaca buku bermutu. (bacanya hanya berita-berita hoax dari grup WA sebelah).

Atau mungkin ada sebab lain yang lebih serius : karena mayoritas orang Islam Indonesia gagal melakukan “jihad ekonomi” yang memang tidak mudah dan membutuhkan kompetensi ungggul.

Ya benar, jihad ekonomi memang jauh lebih sulit daripada sekedar unjuk rasa turun di jalanan, lengkap dengan simbol-simbol yang terkesan heroik.

Jihad ekonomi membutuhkan kecerdasan otak + spirit IQRA yang dahsyat, dan bukan sekedar lantangnya orasi dan kekuatan fisik yang menebarkan ketakutan.

Tanpa disertai jihad ekonomi yang gigih dan konsisten, unjuk rasa di jalanan dengan semangat menggelora itu hanya akan jadi “buih-buih yang tidak berdampak nyata bagi kebesaran peradaban”.

Tanpa jihad ekonomi yang cerdas, 96% orang terkaya di Indonesia tetap akan dikendalikan Non Muslim.

So what? Jadi apa yang harus Anda lakukan?

Sederhana langkahnya : lakukan jihad ekonomi secara personal.

Ya benar, mulailah melakukan jihad ekonomi dari dirimu sendiri.

Sebab, cara paling ampuh untuk membantu memberantas kemiskinan adalah pertama-tama dengan menjadikan diri Anda tidak jadi orang miskin.

Yang muram adalah saat sejumlah warga Muslim berteriak dengan berbusa – busa : kebangkitan umat! kejayaan Islam! tolak paham liberal! dan blah-blah lainnya; namun basis ekonomi dirinya sendiri masih rapuh. Daya finansialnya masih kelas KW3.

Kalau seperti itu maka selamanya kebangkitan ekonomi umat Islam hanyalah fatamorgana.

Karena itu jika Anda ingin membantu kebangkitan ekonomi umat, cukup lakukan jihad ekonomi secara personal yang sukses.

Apa ukuran jihad ekonomi personal yang berhasil?

Sederhana, seperti yang saya sudah pernah saya tulis : saat Anda berusia 35 tahun, Anda harus punya aset yang halal dan barokah senilai 1M dan saat usia 40 tahun, aset Anda sudah tembus 3M.

Sebagian dari Anda mungkin akan langsung komen : wah sulit mas, saya pasti akan gagal melakukan jihad ekonomi.

Itu pandangan yang kurang Islami. Sebab Islam mengajarkan Anda untuk membangun prasangka positif terhadap Tuhan Yang Maha Kaya. Berprasangka positif-lah kepada Sang Maha Pemberi Rezeki, maka jalan rezeki pasti akan selalu terbuka.

Yang lain mungkin akan komen yang sok moralis tadi : ngapain punya aset miliaran, toh kekayaan tidak akan bawa mati.

Sekali lagi itu salah kaprah. Bayangkan jika aset Anda itu Anda sedekahkan untuk mendirikan 10 perpustakaan gratis bagi anak-anak yang kurang mampu. Tidakkah malaikat akan terus mencatat amalmu selama perpustakaan itu terus berfungsi, meski kelak Anda sudah terbujur kaku dalam kematian?

LOOK. Jika 50% saja umat Muslim di Indonesia memiliki aset lebih dari 1M, maka Indonesia akan menjadi NEGARA SUPER POWER DUNIA, melibas Amerika, Jepang dan China.

Jika 50% saja warga Muslim di Indonesia memiliki aset lebih dari 3M, maka Indonesia bisa menjadi prototipe Peradaban Islam Paling Makmur Di Dunia dan Rahmatan Lil Alamin. Tanpa perlu unjuk rasa di jalanan sambil sibuk menebarkan orasi sarat kebencian.

Sebab sejarah selalu mencatat : kebesaran sebuah peradaban selalu dibangun diatas kekuatan ekonomi yang powerful. Tidak ada sejarahnya, sebuah bangsa atau peradaban akan disegani dunia jika penduduknya miskin-miskin.

Muramnya : ada sejumlah orang yang gigih berceloteh tentang kebangkitan umat, tentang kejayaan agamanya, namun giliran diminta untuk jadi MILIONER malah ngeles macem-macem.

Kalau begitu, dari mana kebangkitan umatmu bisa muncul? Dari Hongkong?!

Namun ya, melakukan JIHAD EKONOMI secara personal yang sukses memang sangat tidak mudah. Jauh lebih mudah berbusa-busa komen sambil menyalahkan pihak aseeeng. Atau lebih mudah lagi : menyalahkan dan mengkafirkan orang lain.

Namun Kebangkitan Umat yang sejati hanya bisa diraih dengan jalan kekuatan ekonomi yang unggul.

Jika masing-masing dari Anda yang Muslim gagal melakukan jihad ekonomi dengan target seperti tercantum diatas, maka cerita Kebangkitan Umat Islam di Indonesia hanya akan jadi lamunan kosong.

Maka mulailah dari dirimu sendiri, sekarang juga.

Hidupkan kembali semangat IQRA (ayat PERTAMA dalam AL Qur’an) dalam jiwamu : bacalah buku-buku bermutu minimal 50 judul dalam setahun. Agar Anda makin kompeten, dan tidak mudah dibodohi berita-berita hoax.

Lalu ucapkan Bismilah, seraya bertekad : “Dalam usia 40 tahun, aset saya Insya Allah sudah menembus 3M. Agar saya bisa membangun 10 perpustakaan gratis bagi anak-anak kurang mampu, dan memberangkatkan orang tua saya pergi umroh”.

Akhir kata, teriring doa semoga perjuangan JIHAD EKONOMI Anda berakhir dengan kegemilangan, dan selalu dilimpahi keberkahan oleh Sang Maha Pemberi Rezeki. (strategimanajemen.net)

Korelasi Agama dengan Kemakmuran Bangsa dan Kekayaan Individu – Part 1


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Formasi CPNS untuk SMA Di 8 Instansi Pemerintah
Hello. Add your message here.