‘Uzlah dan Dampak Positifnya

Yuk bagikan infonya...

uzlah1

Yang saya maksudkan dengan ‘uzlah (pengasingan diri) di sini adalah ber-uzlah dari segala bentuk kejahatan, dan kemubahan yang berlebihan. Ber-‘uzlah seperti ini akan membuat dada menjadi lapang dan mengikis semua kesedihan.

Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Ada keharusan bagi hamba untuk melakukan ‘uzlah agar dapat beribadah kepada Allah, berdzikir kepada-Nya, membaca ayat-ayat-Nya, melakukan muhasabah terhadap dirinya, berdoa kepada-Nya, meminta ampunan-Nya, menjauhi tindakan-tindakan yang jelek, dan lain sebagainya.

Dalam Shaidul Khathir, Ibnu al-Jauzi telah menuliskan tiga pasal, yang ringkasannya demikian: “Saya tidak melihat dan mendengar manfaat yang lebih besar daripada ‘uzlah. Karena ‘uzlah adalah sebuah ketenangan, sebuah keagungan, sebuah kemuliaan, sebuah tindakan untuk menjauhkan diri dari keburukan dan kejahatan, sebuah kiat untuk menjaga kehormatan dan waktu, sebuah cara untuk menjaga usia, sebuah tindakan untuk menjauhkan diri dari orang-orang yang mendengki, sebuah perenungan tentang akhirat, sebuah persiapan untuk bertemu Allah, sebuah pemusatan jiwa raga untuk melakukan ketaatan, sebuah pemberdayaan nalar terhadap hal-hal yang bermanfaat, dan sebuah eksplorasi terhadap nilai dan hukum dari nash-nash yang ada.”

Arah pembicaraannya seperti yang dimaksudkan dalam kutipan di atas. Karena yang tertulis di sini adalah arti yang melalui penyuntingan.

Pada bahasan sebelumnya telah saya katakan bahwa dalam ‘uzlah itu terdapat sebuah kemuliaan yang hanya diketahui oleh Allah saja. Dalam ber-‘uzlah terjadi pengembangan daya berpikir, pencapaian pada sebuah hasil pemikiran, penenangan kalbu, dan penyelamatan kehormatan. Di samping itu, dalam ber-‘uzlah ada banyak pahala yang didapatkan, ada usaha untuk menjauhkan diri dari kemungkaran, ada pemberdayaan jiwa untuk selalu melakukan ketaatan, ada waktu untuk mengingat Sang Maha Pengasih, ada usaha untuk menjauhi hal-hal yang melenakan dan menyita waktu, ada upaya untuk lari menjauh dari fitnah, ada usaha untuk menjauh dari kepungan musuh, ada kesempatan untuk tidak mencela orang lain, ada pemenuhan hak-hak, ada kesempatan untuk sembunyi dari orang yang sombong, dan ada kesempatan untuk bersabar terhadap orang yang bodoh.

Dalam ‘uzlah juga terdapat tabir untuk menutupi aurat: yakni aurat berupa aurat lisan, kesalahan melangkah, penyimpangan pikiran, dan kecenderungan jiwa yang jahat.

‘Uzlah merupakan hijab untuk menutupi wajah-wajah kebaikan, cangkang untuk menyembunyikan mutiara-mutiara keutamaan, dan lengan baju untuk membungkus tangan-tangan kebaikan. Alangkah indahnya ber-‘uzlah dengan buku; karena orang akan dapat menambah usia, dapat mengulur kematian, dapat meraih kenikmatan dalam kesendirian, dapat mengembara menuju ketaatan, dan dapat berjalan-jalan dalam perenungan.

Dalam ‘uzlah akan Anda dapatkan perenungan, penghayatan, tafakkur, dan tadabbur.

Pada saat ber-‘uzlah Anda akan dapat menyelami makna-makna, menangkap butiran-butiran nilai, merenungkan tujuan-tujuan hidup, dan membangun menara ide serta pemikiran.

Pada saat ber-‘uzlah ruh berada dalam kegembiraan, hati berada dalam kebahagiaan terbesar, dan nurani berada dalam perburuan nilai-nilai.

Jangan riya’ pada waktu ber-‘uzlah, sebab hanya Allahang melihat Anda. Dan, jangan perdengarkan pembicaraan Anda kepada sesama, sebab hanya Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat yang mendengar.

Semua orang besar menyirami ‘tanaman’ kemuliaan mereka dengan ‘air’ ‘uzlah sampai mereka bisa tegak berdiri. Selanjutnya, tumbuhlah pohon keagungan mereka dan menghasilkan buahnya yang bisa dipetik setiap saat dengan izin Rabb-nya.

Ali ibn Abdul Aziz al-Jurjani berkata, “Mereka bilang padaku bahwa dalam dirimu ada kemurungan.

Sebenarnya mereka melihat seorang yang menjauhi sikap yang rendah.

Jika dikatakan, ada mata air, saya katakan saya telah melihatnya, namunjiwa merdeka tahan terhadap rasa haus Saya tidak menunaikan hak ilmu jika setiap kali aku melihat sesuatu yang menggiurkan kujadikan dia tangga bagi diriku Apakah aku akan melakukan itu kemudian aku memetik kehinaan?

Itu sama dengan mengikuti kebodohan yang demikian pasti.

Andaikata orang berilmu menjaganya dia pasti menjaga mereka.

Andaikata mengagungkannya di dalam jiwa pasti mereka diagungkan.

Namun mereka meremehkannya, maka hinalah mereka mereka menggotorinya dengan ketamakan hingga dia bermuka masam.”

Sementara itu Ahmad ibn Khalil al-Hanbali berkata,

“Siapa menginginkan kemuliaan dan ketenangan dari kesedihan panjang melelahkan, ia harus menyendiri dan rela dengan yang sedikit saja.

Bagaimana seseorang akanjadi bersih, jika ia hidup dari yang kotor.

Antara fitnah, celaan para penipu dan bujukan kata manis orangorang pandir.

Di tengah-tengah para penghasut dan kekerdilan orang-orang kikir

Ah, menyesal aku harus mengenal orang, menyesal harus mengenal jalan hidupnya. “

Qadhi Ahmad ibn Abdul Aziz al-Jurjani berkata,

“Tak pernah kunikmati manisnya hidup hingga teman dudukku rumah dan buku.

Tak ada yang lebih mulia daripada ilmu karenanya aku mencarinya untuk teman akrab.

Kehinaan itu ada karena pergaulan, tinggalkanlah mereka dan hiduplah dengan mulia.”

Penyair yang lain berkata,

“Aku diam dalam kesendirian dan tinggal dalam rumahku, ada rasa tentram, dan tumbuh berkembang kebahagiaanku.

Kuputuskan hubunganku dengan sesama, dan aku tidak peduli apakah pasukan telah berangkat atau panglima telah menunggang kudanya.”

Al-Humaydi al-Muhaddats berkata,

Pertemuan dengan manusia tak akan mendatangkan faedah apa-apa, kecuali hanya menambah pembicaraan yang tak tertata Kurangilah intensitas bertemu dengan mereka selain untuk menuntut ilmu atau melakukan kebaikan

Ibnu Faris berkata,

“Mereka berkata, bagaimana keadaanmu, kujawab, baik.

Satu kebutuhan terpenuhi dan yang lainnya tidak Jika kesedihan telah menyesakkan dada Saya katakan, semoga akan datang satu hari dengan bantuan Temanku adalah kucingku, sahabat jiwaku adalah buku-buku sedangkan kekasihku adalah lentera malam.”

Siapa saja yang mencintai ‘uzlah maka itu adalah kemuliaan baginya.

Untuk itu Anda dapat merujuk buku Al-‘Uzlah karangan al-Khithabiy.

Referensi : Dr. ‘Aidh al-Qarni, Jangan Bersedih, Qisthi Press, Jakarta, 2013


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

Formasi CPNS untuk SMA Di 8 Instansi Pemerintah
Hello. Add your message here.