Tafsir Surat Ali Imran Ayat 39

Yuk bagikan infonya...

Ali Imran :: Indeks Tema Ali Imran :: Daftar Surat :: Ibnu Katsir

Ali-‘Imran: 39

فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ الصَّالِحِينَ

Terjemahan

“Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “”Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh””.”

Tafsir (Ibnu Katsir)

Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata, “”Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.”” Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedangkan ia tengah berdiri shalat di mihrab (katanya), “”Sesungguhnya Allah menggembirakan kalian dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi serta keturunan orang-orang saleh. Zakaria berkata, “”Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak, sedangkan aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?”” Allah berfirman, “”Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”” Berkata Zakaria, “”Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung).”” Allah berfirman, “”Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat.

Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di wakyu petang dan pagi hari.”” Ketika Zakaria melihat bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah memberi Maryam rezeki berupa buah-buahan musim dingin pada musim panas dan buah-buahan musim panas pada musim dingin, maka saat itulah ia menginginkan punya seorang anak, sekalipun usianya telah lanjut dan tulang-tulang tubuhnya telah rapuh, uban telah mewarnai semua rambut kepalanya, istrinya pun sudah berusia lanjut lagi mandul. Akan tetapi, sekalipun demikian ia tetap memohon kepada Tuhannya dan bermunajat kepadanya dengan doa-doa yang dibacanya pelan-pelan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. (Ali Imran: 38) Yakni dari sisi-Mu seorang anak yang saleh.

Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. (Ali Imran: 38) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria yang tengah berdiri shalat di mihrab. (Ali Imran: 39) Yakni malaikat berbicara langsung kepadanya dengan pembicaraan yang dapat didengar Zakaria, sedangkan ia tengah berdiri shalat di mihrab tempat ibadahnya yang khusus buat dia sendiri di saat ia bermunajat dan melakukan shalat menyembah Tuhannya. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada Zakaria: Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya. (Ali Imran: 39) Yaitu seorang anak laki-laki yang diciptakan buatmu dari tulang sul-bimu, bernama Yahya.

Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa anak tersebut dinamakan Yahya tiada lain karena Allah menghidupkannya melalui iman (Zakaria). Firman Allah subhanahu wa ta’ala: yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39) Al-Aufi dan lain-lainnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Ikrimah, Mujahid, Abusy Sya’sa, As-Suddi, Ar-Rabi’ ibnu Anas, Adh-Dhahhak dan lain-lainnya (dari kalangan tabi’in) sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39). Bahwa yang dimaksud dengan kalimah Allah ialah Isa ibnu Maryam. Ar-Rabi’ ibnu Anas mengatakan bahwa Yahya adalah orang yang mula-mula percaya kepada Isa ibnu Maryam.

Qatadah mengatakan, yang dimaksud ialah berada pada sunnah dan tuntunannya. Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah. (Ali Imran: 39). Yahya dan Isa adalah saudara sepupu. Tersebutlah bahwa ibu Yahya pernah berkata kepada Maryam, “”Sesungguhnya aku merasakan anak yang ada di dalam perutku ini bersujud kepada anak yang berada di dalam perutmu.”” Yang demikian itu merupakan pembenaran yang dilakukan oleh Yahya kepada Isa selagi Isa masih berada di dalam perut ibunya.

Yahya adalah orang yang mula-mula percaya kepada Isa. Isa diciptakan melalui kalimat (perintah) Allah. Yahya lebih tua daripada Isa ‘alaihissalam Hal yang sama dikatakan pula oleh As-Suddi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: menjadi ikutan. (Ali Imran: 39) Menurut Abul Aliyah, Ar-Rabi’-ibnu Anas, Qatadah, Sa’id ibnu Jubair, dan lain-lainnya, yang dimaksud dengan sayyidan ialah halimah, yakni orang yang penyantun. Menurut Qatadah, dia adalah seorang yang dijadikan ikutan dalam hal ilmu dan ibadah.

Ibnu Abbas, Ats-Tsauri, dan Adh-Dhahhak mengatakan bahwa as-sayyid artinya orang yang penyantun lagi bertakwa. Sa’id ibnul Musayyab mengatakan, yang dimaksud dengan sayyid ialah orang yang mengerti fiqih lagi alim. Menurut Atiyyahyas-sayyid artinya orang yang dijadikan ikutan dalam akhlak dan agama. Menurut Ikrimah, as-sayyid artinya orang yang tidak terpengaruh oleh emosinya. Sedangkan menurut Ibnu Zaid, artinya orang yang mulia.

Dan menurut yang lainnya, artinya orang yang bersikap mulia kepada Allah subhanahu wa ta’ala Firman Allah subhanahu wa ta’ala: menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39) Telah diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, Abusy Sya’sa, dan Atiyyah Al-Aufi, bahwa mereka mengatakan, “”Yang dimaksud dengan hasur ialah orang yang tidak mau beristri.”” Diriwayatkan dari Abul Aliyah dan Ar-Rabi’ ibnu Anas bahwa yang dimaksud dengan hasur ialah orang yang tidak beranak dan tidak mempunyai air mani. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna al-hasur dalam ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah orang yang tidak pernah mengeluarkan air mani.

Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan masalah ini meriwayatkan sebuah hadits yang gharib (aneh) sekali. Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Muhammad ibnu Galib Al-Bagdadi, telah menceritakan kepadaku Sa’id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad (yakni Ibnul Awwam), dari Yahya ibnu Sa’id, dari Al-Musayyab, dari Ibnul As tetapi dia tidak mengetahui apakah yang dimaksud adalah Abdullah ibnul As ataukah Amr ibnul As, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehubungan dengan firman-Nya: menjadi ikutan dan menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39) Ibnul As melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil sebuah benda dari tanah dan bersabda, “”Kemaluannya (Yahya) adalah semisal dengan ini (yakni kecilnya).”” Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id Al-Qattan, dari Yahya ibnu Sa’id Al-Ansari, bahwa ia pernah mendengar Sa’id ibnul Musayyab sebuah atsar dari Abdullah ibnu Amr ibnul As yang mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang menghadap kepada Allah tanpa membawa dosa kecuali Yahya ibnu Zakaria.

Kemudian Sa’id membacakan firman-Nya: dan seorang yang menjadi ikutan serta menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu). (Ali Imran: 39) Kemudian Sa’id mengambil sebuah benda dari tanah, lalu berkata, “”Al-hasur ialah orang laki-laki yang kemaluannya seperti ini.”” Lalu Yahya ibnu Sa’id Al-Qattan mengisyaratkan dengan jari telunjuknya. Asar yang mauquf ini lebih shahih sanadnya daripada yang marfu’. Ibnul Munzir di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Daud As-Samnani, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mishar, dari Yahya ibnu Sa’id, dari Sa’id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadits berikut, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Tidak ada seorang hamba pun yang bersua dengan Allah melainkan pasti membawa dosa, kecuali Yahya ibnu Zakaria.

Karena sesungguhnya Allah telah berfirman, “”Dan menjadi ikutan serta menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu).”” (Ali Imran: 39) Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya kemaluan Yahya lemas seperti ujung kain. Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadits ini seraya memperagakannya dengan ujung jarinya (yakni kemaluan Yahya kecil sekali). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Hammad dan Muhammad Ibnu Salimah Al-Muradi; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Sulaiman Al-Muqri, dari Al-Al-Laits ibnu Sa’d, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa’qa’, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Semua anak Adam menghadap kepada Allah dengan membawa dosa yang jika Allah menghendaki, Dia pasti mengazabnya karena dosanya itu atau Allah membelaskasihaninya, kecuali Yahya ibnu Zakaria.

Karena sesungguhnya dia adalah orang yang menjadi ikutan, menahan diri (dari pengaruh hawa nafsu), dan seorang nabi serta dari keturunan orang-orang yang saleh. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membungkukkan tubuhnya ke arah sebuah kerikil kecil di tanah, lalu mengambilnya, kemudian bersabda: Dan tersebutlah bahwa kemaluan dia (Yahya) kecil sekali seperti batu kerikil kecil ini. Al-Qadi Iyad di dalam kitab Asy-Syifa mengatakan, “”Perlu diketahui bahwa pujian Allah subhanahu wa ta’ala kepada Yahya yang mengatakan bahwa Yahya adalah seorang yang hasur tidaklah seperti yang dikatakan oleh sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa Yahya adalah lelaki yang impoten atau tidak mempunyai zakar, melainkan hal ini dibantah oleh ahli tafsir yang jeli dan para ulama ahli kritik.”” Mereka mengatakan bahwa penilaian seperti itu kurang benar dan tercela, mengingat tidak pantas ditujukan kepada para nabi.

Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah bahwa Yahya terpelihara dari dosa-dosa. Dengan kata lain, dia tidak melakukannya sama sekali sehingga diumpamakan seakan-akan dia impoten. Menurut pendapat yang lain, makna hasur ialah menahan diri dari pengaruh hawa nafsu. Menurut pendapat yang lainnya lagi Yahya tidak mempunyai selera terhadap wanita. Tetapi pendapat ini jelas bagi Anda, bahwa tidak mampu kawin merupakan suatu kekurangan.

Tetapi hal yang utama ialah bila nafsu syahwat itu ada, lalu tidak dituruti adakalanya dengan menahan diri, seperti yang dilakukan oleh Nabi Isa; atau dengan pemeliharaan dari Allah subhanahu wa ta’ala, seperti yang terjadi pada diri Nabi Yahya. Selanjutnya masalah wanita ini bagi lelaki yang mampu terhadapnya, lalu ia menunaikan semua kewajibannya tanpa melalaikan kewajibannya terhadap Tuhannya, maka baginya derajat yang tinggi, yaitu seperti derajat yang diperoleh oleh Nabi kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Sekalipun istri beliau banyak, tetapi hal tersebut tidak melalaikan dirinya dari menyembah Tuhannya, bahkan menambah pahala ibadahnya, karena memelihara kehormatan mereka, mengatur, dan menafkahi mereka serta memberi mereka petunjuk.

Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa wanita bukanlah merupakan bagian dunianya, sekalipun bagi selainnya wanita merupakan bagian dari dunianya. Seperti yang dinyatakan di dalam salah satu sabdanya: Diriku dijadikan menyukai sebagian dari urusan dunia kalian. Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji Nabi Yahya sebagai orang yang hasur. Tetapi bukan berarti bahwa Nabi Yahya adalah seorang lelaki yang tidak dapat mendatangi wanita (kawin), melainkan makna yang dimaksud ialah sederhana saja, yaitu dia (Yahya ‘alaihissalam) dipelihara oleh Allah dari perbuatan-perbuatan keji dan kotor. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa dia tidak mampu kawin dengan wanita secara halal dan menggauli mereka serta beranak dari mereka.

Bahkan tersirat pula pengertian yang menunjukkan bahwa Yahya mempunyai keturunan, seperti yang tersimpul dari doa Zakaria ketika ia berdoa: Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. (Ali Imran: 38) Seakan-akan dia mengatakan seorang anak yang mempunyai keturunan (karena dalam ayat diungkapkan dengan memakai lafal zurriyyah yang artinya keturunan). Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan seorang nabi serta keturunan orang-orang saleh. (Ali Imran: 39) Hal ini merupakan berita gembira kedua, yaitu kenabian Yahya sesudah berita gembira kelahirannya.

Berita gembira yang kedua ini lebih utama daripada yang pertama. Perihalnya sama dengan pengertian yang ada dalam ayat lain, yaitu firman Allah subhanahu wa ta’ala kepada ibu Nabi Musa ‘alaihissalam: karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (Al-Qashash: 7) Setelah nyata bagi Zakaria ‘alaihissalam berita gembira tersebut, ia merasa heran akan mempunyai seorang anak, padahal usianya telah lanjut. Zakaria berkata, “”Ya Tuhanku, bagaimana aku dapat beranak, sedangkan aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul? (Ali Imran: 40), Maka malaikat yang menyampaikan berita gembira itu berkata: Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Ali Imran: 40) Yakni demikianlah urusan Allah itu sangat besar.

Tiada sesuatu pun yang tidak mampu dilakukan-Nya, dan tiada suatu urusan pun yang berat bagi-Nya; semuanya dapat dilakukan-Nya. Zakaria berkata, “”Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.””(Ali Imran: 41). Maksudnya, suatu tanda yang menunjukkan bahwa istriku telah mengandung dariku. Allah berfirman, “”Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat.”” (Ali Imran: 41). Yang dimaksud dengan ramzan ialah isyarat, yakni ‘kamu tidak dapat berkata-kata, sekalipun kamu adalah orang yang sehat’.

Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya: selama tiga malam, padahal kamu sehat. (Maryam: 10) Kemudian Allah memerintahkan kepada Zakaria agar banyak berzikir, bertakbir, dan membaca tasbih selama masa tersebut. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari. (Ali Imran: 41) Dalam pembahasan yang lain akan diterangkan kelanjutan dari kisah ini, yaitu dalam tafsir surat Maryam.

Sumber : learn-quran.co

Ali Imran :: Indeks Tema Ali Imran :: Daftar Surat :: Ibnu Katsir

Ayo bagikan sebagai sedekah…

Baca juga : 


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.