Keutamaan Rendah Hati

Yuk bagikan infonya...

Burung Terbang (pexels.com)
Burung Terbang (pexels.com)

Alkisah, terdapat sebuah negeri yang sangat makmur nan subur yang  bernama Saba atau Sheba yang kekuasaannya mencakup Yaman dan Etiopioa pada era modern. Di tengah padang pasir, negeri tersebut mampu memenuhi kebutuhan air. Bukan karena terdapat oase, melainkan masyarakat negeri tersebut memiliki ilmu yang tinggi hingga mampu membuat bendungan raksasa.

Tetapi, beribu sayang, masyarakat negeri nan makmur tersebut tak mengenal Allah dan memilih menjadi penyembah Matahari. Mereka beribadah saat Matahari terbit dan tenggelam. Pemimpin mereka merupakan seorang ratu yang catik jelita dan bijaksana yang bernama Ratu Balqis atau Queen of Sheba.

Suatu hari yang cerah, Sang Ratu mendapati seekor burung pelatuk hud-hud mondar-mandir di atas negerinya. Sesaat burung itu menghilang, kemudian kembali dengan membawa sepucuk surat. Lembaran surat tersebut dijatuhkan persis di hadapannya.

Terkejut, Ratu pun segera membuka lembaran itu. “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Surat ini adalah dari Sulaiman (Solomon). Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah kepadaku berserah diri,” begitulah isi surat tersebut.

Tanpa pikir panjang, Ratu pun bergegas mengumpulkan pembesar dan penasihat kerajaan di istananya yang megah. Ia duduk di atas singgasana yang sangat besar dan indah sembari meminta pertimbangan kebijakan atas surat yang begitu mengejutkan. Para pembesar pun berdiskusi. Mereka mempertimbangkan kekuatan kerajaan dan kesanggupan jikalau harus melawan kerajaan Sulaiman.

“Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan keberanian besar dalam peperangan. Kami memandang, kita lawan saja Sulaiman. Namun, keputusan tetap berada di tangan yang mulia Ratu. Maka, pertimbangkanlah apa yang akan baginda Ratu perintahkan,” ujar wakil pembesar dan penasihat.

Khawatir atas nasib rakyatnya, Ratu Balqis pun tak segera mengambil jalan perang. Ia pun mencoba cara damai terlebih dahulu dan mengetahui maksud Sulaiman, sang pengirim surat. “Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina, dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu,” kata Balqis bijak.

Maka, berangkatlah utusan ratu dengan membawa harta yang paling berharga di antara harta karun Saba berupa emas, batu mulia, hingga rempah-rempah. Utusan tersebut juga diperintahkan untuk melihat kondisi kerajaan Sulaiman, seberapa kuat kekuatan militernya. Tetapi, begitu sampai di kerajaan Sulaiman, sang utusan diusir dan hadiah ditolak mentah-mentah.

“Apakah patut kamu menolong aku dengan harta? Maka, apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu, tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi tawanan yang hina dina,” kata Sulaiman.

Titah Sulaiman pun disampaikan si utusan kepada Ratu Balqis. Guncanglah Kerajaan Saba akibat berita tersebut. Apalagi, mendengar penggambaran kerajaan Sulaiman yang begitu megah dan tentara yang begitu kuat, tak hanya dari kalangan manusia, tetapi juga tentara hewan dan jin.

Tersiarlah kabar bahwa Sulaiman merupakan seorang nabi utusan Tuhan. Sampailah Ratu pada keputusan, “Baiklah saya akan menghadap Sulaiman seperti permintaannya demi menyelamatkan kerajaan ini, melindungi masyarakat Saba,” kata sang ratu. Berangkatlah Balqis beserta beberapa pengawal dan pembesar kerajaan menuju istana Sulaiman di Tanah Palestina.

Sementara rombongan Ratu Saba dalam perjalanan, Sulaiman berkata kepada para pasukannya, “Wahai para pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasana Balqis kepadaku sebelum mereka datang sebagai orang-orang yang berserah diri,” tanya Sulaiman.

Ifrit, jin yang cerdik pun menawarkan diri. Ia sanggup membawa singgasana tersebut sebelum Sulaiman bangkit dari tempat duduknya. Tetapi, itu masih kalah cepat dengan tawaran seorang hamba Allah ahli ilmu yang memilki kemampuan luar biasa. Ia mampu menghadirkan singgasana Balqis dalam kedipan mata.

Tibalah Ratu Balqis di negeri Sulaiman. Ia dan rombongannya benar-benar terkesima dengan kemegahan istana Sulaiman yang begitu menyilaukan mata. Bangunan tersebut hampir-hampir seluruhnya terbuat dari emas. Sebelum masuk ke istana, sang ratu pun melihat sebuah singgasana megah yang sangat mirip dengan miliknya. Sulaiman pun bertanya, “Serupa inikah singgasanamu?” Tak percaya singgasananya berpindah sekejap, Balqis tercengang. “Seakan-akan singgasana ini milikku,” ujarnya.

Melihat kemegahan dan keajaiban singgasana tersebut, Balqis pun mengatakan bahwa ia telah mengetahui bahwa Sulaiman merupakan seorang nabi. Betapa terkejut Ratu Balqis, istana Sulaiman dipenuhi air dengan ikan-ikan berenang bebas di dalamnya. Ia pun kebingungan, kemudian mengangkat baju kemegahannya.

Ia singkap roknya yang indah dan mahal hingga betisnya tersingkap. Ia tak ingin baju megahnya basah karena harus melalui kolam di dalam istana Sulaiman. Melihat tingkah Balqis, Sulaiman pun berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah istana yang terbuat dari kaca,” ujarnya.

Lantai dan dinding istana Sulaiman terbuat dari kaca yang mengilap. Siapa sangka kolam dengan air mengalir dapat menjadi hiasan indah yang tertutup kaca. Pada masa dahulu, tanpa kemajuan arsitektur, siapa yang sanggup membuatnya? Balqis pun menyadari, betapa selama ini ia telah sombong dengan kemakmuran dan ketangkasan kecerdasan rakyat Negeri Saba. Padahal, itu bukanlah apa-apa dibanding apa yang ia lihat saat itu, kekuasaan Sulaiman atas rahmat Allah.

Kisah Ratu Balqis tersebut dikabarkan oleh Alquran dalam Surah an-Naml ayat 16 sampai 44. Dalam Bibel pun kisah tersebut masuk dalam kisah Solomon. Berdasarkan sejarah, Ratu Balqis akhirnya menikah dengan Nabi Sulaiman. Hal tersebut tidak dijelaskan dalam dua kitab, tetapi berdasarkan pengakuan etnis Etiopia Abessinia karena mereka merupakan keturunan Nabi Sulaiman dengan Ratu Balqis.

Dari kisah Ratu Balqis di atas dapat dipetik banyak hikmah. Salah satunya sikap tawadhu atau rendah hati. Kisah tersebut menggambarkan betapa sang Ratu memiliki sifat rendah hati hingga ia tak memandang dirinya penguasa meski berstatus sebagai seorang ratu.

Ia rendah hati dengan mau mendengarkan nasihat orang lain walaupun statusnya tertinggi di Negeri Saba. Ia juga sudi merendahkan diri di hadapan Sulaiman. Bahkan, dengan kerendahan hatinya tersebut, ia pun dapat memahami tanda kekuasaan Allah hingga kemudian mengimani-Nya. Balqis mampu menepis kesombongan dan merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Tuhan.

Baik dalam Alquran maupun hadis banyak disebutkan keutamaan tawadhu atau rendah hati. Allah pun memerintahkan kita untuk selalu memiliki sifat tersebut dan menjauhkan diri dari kesombongan. “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan, kesudahan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa,” (al-Qashash [28]:83).

Sumber : Republika


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

Formasi CPNS Lulusan SMA Di 8 Instansi Pemerintah
Hello. Add your message here.