Iktikaf dan Puasa

Yuk bagikan infonya...

Masjid Nabawi, Madinah
Masjid Nabawi, Madinah

Dari hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim, dan Ashabus Sunan, Umar bin Khathab RA berkata, “Adalah Rasulullah SAW dahulu menjalankan iktikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.”

Dari hadis di atas, timbul dua pertanyaan. Mengapa Rasulullah SAW biasa merutinkan amalan tersebut? Mengapa iktikaf selalu beliau lakukan pada bulan Ramadhan?

Pertama, iktikaf adalah kesempatan untuk merenungkan dan menyelami hakikat kehidupan di alam semesta yang membuat jiwa menjadi halus dan lembut serta menumbuhkan perasaan tidak membutuhkan apa pun, kecuali Allah SWT.

Sayid Qutub dalam tafsirnya Fii Zhilaalil Qur’an mengatakan “Sudah merupakan keharusan bagi setiap pribadi yang hendak mengubah kehidupan manusia untuk mengasingkan diri beberapa saat lamanya dari kebisingan dan kesibukan dunia, bahkan dari sekecil apa pun aktivitas yang menyibukkan manusia.”

Jadi, kontemplasi dengan ber-khalwat (menyepi) sangat diperlukan bagi setiap jiwa yang hendak mengubah kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya.

Kedua, tujuan Allah SWT mensyariatkan iktikaf adalah agar hamba-hamba-Nya dapat mengonsentrasikan hati dan jiwanya kepada Allah dan mengesampingkan sejenak kehidupan mereka dengan urusan duniawi.

Pengamalan iktikaf tidak akan sempurna kecuali dengan puasa. Dalam riwayat Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda, ”Tidak ada iktikaf tanpa puasa.” Jadi, yang diamalkan Rasulullah SAW adalah beriktikaf selalu dengan puasa.

Iktikaf dan puasa adalah dua ibadah yang disyariatkan Allah dengan tujuan mulia. Namun sayangnya, kini banyak umat Islam yang melupakannya. Umumnya mereka hanya mengetahui bahwa puasa tidak lebih dari menahan makan dan minum sepanjang hari.

Mereka telah mengganti kebiasaan makan dan minum dengan tidur, bahkan tidak sedikit dari mereka yang menyambung tidurnya hingga mendekati waktu berbuka dan meninggalkan kewajiban shalat fardu.

Kalau saja mereka mau berpikir sejenak tentang manfaat puasa, tentu mereka tidak akan memperbanyak tidur pada siang hari dan membiarkan malam berlalu begitu saja tanpa adanya qiyamul lail.

Sebab, dengan perbuatan sia-sia itu mereka mustahil dapat mengenal rahasia yang ada di balik ibadah puasa serta mengetahui makna yang terkandung di dalamnya.

Bila kita perhatikan sekarang, sedikit sekali umat Islam yang melakukan iktikaf. Bahkan, dari yang sedikit itu pun masih ada yang melakukan iktikaf belum sempurna. Dengan demikian, ia perlu diberi penjelasan agar lebih mendalami dan menghayati akan rahasia yang tersirat di balik ibadah ini.

Di antaranya, hendaknya jangan bermaksud melakukan iktikaf untuk menjadikan masjid-masjid sebagai tempat penginapan (tempat tidur) dan tidak pula sebagai restoran tempat menggelar hidangan yang lezat-lezat. Sesungguhnya puasa dan iktikaf disyariatkan Allah SWT untuk mendidik jiwa agar mempunyai rasa tanggung jawab.

Oleh :  Suprianto (Republika)

Ayo bagikan sebagai sedekah…


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.