Kata dan Perbuatan

Yuk bagikan infonya...

(vectorstock.com)
(vectorstock.com)

Dikisahkan, suatu ketika para budak di Kota Kufah berduyun-duyun mendatangi ulama sufi, Imam Hasan al-Bashri. Para budak meminta sang imam untuk menyampaikan khutbah tentang keutamaan membebaskan budak. Sang imam pun menyanggupi permintaan para budak itu.

Ketika hari Jumat tiba, para budak bersiap mendengarkan tema khutbah Hasan al-Bashri seperti yang telah mereka pinta beberapa hari sebelumnya. Sampai khutbah selesai, ulama saleh itu tidak sedikit pun menyinggung keutamaan membebaskan budak. Mungkin dia lupa, kata sebagian dari mereka.

Pada Jumat kedua, para budak sudah bersiap mendengarkan tema khutbah yang sudah mereka pinta kepada Hasan al-Bashri. Namun, lagi-lagi sang imam tidak secuil pun menyinggung khutbah mengenai keutamaan membebaskan budak. Hal itu berlangsung hingga Jumat keempat.

Barulah pada khutbah yang kelima, Hasan al- Bashri menyampaikan khutbah mengenai keutamaan membebaskan budak. Alangkahnya senangnya para budak ketika itu. Akhirnya, Kufah diliputi kebahagiaan luar biasa karena para majikan berbondong-bondong membebaskan budak-budaknya.

Mengapa engkau baru menyampaikan khutbah tersebut hari ini? tanya para budak keheranan. Mendengar pertanyaan tersebut, Hasan al- Bashri menjawab, dirinya tidak bisa menyampaikan khutbah itu karena dia sendiri tidak memiliki budak.

Sang imam adalah orang miskin sehingga harus bekerja dahulu untuk mendapatkan uang untuk membeli budak. Setelah memiliki budak, dia merasakan bagaimana kebutuhannya (memiliki budak). Ia benar-benar bisa merasakannya sendiri. Ketika aku yakin betapa besar kebutuhanku kepadanya (dengan memiliki budak), lalu aku bebaskan dia dan menyampaikan khutbah ini di depan kalian, tegas Hasan al-Bashri.

Pesan-pesan kebaikan akan menjadi sempurna diterima orang yang mendengarnya apabila si penyampai pesan telah terlebih dahulu mampu melaksanakan kebaikan tersebut dengan ikhlas. Antara kata dan perbuatan tidak bertolak belakang. Benar-benar beriringan.

Sesungguhnya, perkara yang paling ideal untuk orang yang beriman adalah dia mengucapkan atau menasihati, sekaligus mengamalkan apa yang telah diucapkannya. Tidak memerintahkan atau menasihati agar mengerjakan amal baik kepada orang lain, tetapi dirinya sendiri malah diam.

Antara lisan dan amal perbuatan sejatinya beriringan, seperti Rasulullah tercinta. Hamba Allah dan penutup para nabi ini tidak akan memerintahkan suatu amal baik, kecuali beliau sendiri telah melaksanakannya. Perintah dan ajakan kebaikan yang lebih dahulu dikerjakannya sendiri.

Adakah di tengah-tengah kita yang antara kata dan perbuatannya satu napas? Tentu ada dan itulah hamba kecintaan Allah. Hamba yang benarbenar jujur terhadap dirinya sendiri.

Kita berlindung dari ancaman Allah dalam ayat: Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS as-Shaff [37]: 2-3). Wallahu a’lam.

Oleh: Feri Nugraha (Republika)

Ayo bagikan sebagai sedekah…


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.