3 Mentalitas Miskin ini yang akan Bikin Anda Kismin dan Nestapa Selamanya

Yuk bagikan infonya...

stress_2

Meraih kebebasan finansial yang barokah tak pelak merupakan angan bagi kebanyakan orang.

Namun yang muram : tak banyak yang bisa meraihnya dengan gemilang. Sebagian besar orang acapkali tetap stuck nasibnya, dan level income-nya terus mengalami stagnasi.

Ada beragam variabel yang bisa menjelaskan kenapa sebagian orang tetap stuck kondisi finansialnya. Namun ada satu dimensi yang sejatinya juga punya peran besar dalam perjalanan seseorang meraih kemakmuran finansial yang diangankan.

Dimensi ini adalah soal mentalitas yang bersemayam dalam jagat pikirannya. Mentalitas yang diam-diam memberikan dampak besar bagi pola perilaku dan tindakannya.

Saat mentalitas kita terkapar dalam pola yang negatif, maka kemungkinan besar kondisi finansial kita yang nyata juga akan terus berada dalam lorong yang kelam dan nestapa.

Ada beragam mentalitas negatif yang acap menghambat jalan kebebasan finansial yang berkelimpahan. Karena bersifat negatif, maka kita layak menyebutnya sebagai “mentalitas miskin”. Sebab jenis mentalitas negatif ini bisa membuat nasib kita terus berada dalam kemiskinan yang muram.

Dalam sajian kali ini, kita akan melacak 3 jenis mentalitas miskin yang bisa membuat hidup Anda terus berada dalam kondisi kismin dan serba kekurangan.

Mari kita bedah satu demi satu, sambil ditemani secangkir kopi susu.

Mentalitas Miskin #1 : Sense of Bitterness (Plus Rasa Dengki yang Halus)

Ada sebuah kalimat indah yang layak dikenang : Other people’s succesess and achievements don’t make you a loser. Your bitterness does.

Maknanya : pencapaian sukses orang lain tidak akan membuat kita jadi pecundang (a loser). Yang bisa membuat kita jadi loser adalah saat kita merasa dengki, iri secara negatif, atau nyinyir dengan sukses masif yang telah diraih orang lain.

Faktanya tak jarang kita menyaksikan mentalitas semacam ini – entah dalam kehidupan nyata ataupun dalam kehidupan di media sosial. Saat melihat kesuksesan atau pencapaian epik orang lain, seseorang malah mengeluarkan komenta nyinyir yang bernada negatif, dan seolah ingin selalu melihat sisi buruk dari pencapaian itu.

Komentar nyinyir bernada negatif itu berangkali tak lebih cerminan dari rasa dengki dalam dirinya. Atau rasa iri dan sejenis rasa sakit hati yang halus (bitterness) demi melihat orang lain telah merah sukses.

Orang-orang dengan mentalitas ini lebih senang melihat orang lain susah dan gagal. Dan sedih serta dengki melihat orang lain senang dan sukses.

Mentalitas katrok semacam itu sejatinya amat berbahaya bagi para pengidapnya. Nyinyir dan dengki melihat kesuksesan orang lain hanya akan membuat jiwa seseorang makin “sakit”.

Mungkin orang yang suka berkomentar negatif dan nyinyir terhadap sukses pencapaian orang lain itu akan sejenak merasa “lega”, karena seolah sudah bisa melampiaskan kedengkiannya.

Namun itu adalah perasaan lega yang palsu, sebab dalam lubuk hati terdalamnya tetap tersimpan rasa dengki dan sense of bitterness : kenapa dirinya stuck, sementara orang lain lebih sukses.

Sikap tidak ikhlas melihat pencapaian sukses orang lain, dan kemudian mudah berkomen nyinyir, hanya akan membuat emosi jiwa kita selalu berada dalam kondisi negatif.

Dan studi-studi dalam ilmu human performance menunjukkan, saat pikiranmu lebih banyak dibayangi emosi negatif, kedengkian atau sense of bitterness, maka kekuatan kreativitas dan daya keuletanmu justru akan makin macet.

Dan saat kekuatan keuletan dan daya juang makin macet karena pikirannya lebih banyak dibayangi emosi negatif, maka nasib hidup akan terus stagnan.

Mentalitas Miskin #2 : Playing Victim

Mentalitas miskin yang kedua ini juga sama kelamnya.

Komentar yang paling sering muncul dari mentalitas negatif ini adalah : wah saya tidak punya modal buat usaha, pak. Atau : orang tua saya tidak kaya. Atau wah dia kan sukses karena punya orang dalam, saya nggak punya. Atau : wah karir dia cepat naik karena kan dia anak emasnya bos.

Komentar bernada semacam itu sejatinya adalah mentalitas playing victim, atau sebuah sikap yang serba menyalahkan keadaan eksternal sebagai penyebab, dan merasa dirinya hanyalah korban yang tidak berdaya.

Orang yang sejak awal punya pikiran semacam itu, memang sudah wajar miskin selamanya. Dengan kata lain, hidup kismin sudah selayaknya menjadi hadiah bagi orang yang punya mentalitas serba menyalahkan keadaan.

Kenapa? Sebab orang itu memang sudah sejak awal menganggap dirinya tidak berdaya. Orang ini menganggap kemampuan dirinya tidak berguna sama sekali, sepanjang tidak ada orang lain yang mau memberinya modal, atau kalau kebetulan orang tuanya miskin, atau kalau tidak ada orang lain yang mau membantunya.

Namun sikap menyalahkan keadaan atau pihak lain atas kondisi nasib kita, sama saja dengan menganggap diri kita sama sekali tidak punya peran dalam mengubah kondisi. Dan sikap ini fatal : sebab perubahan nasib hanya akan bisa terjadi jika dimulai dari diri sendiri.

Kalau dirinya hanya sibuk menyalahkan pihak lain, maka kapan dia akan tergerak melakukan perubahan secara aktif?

Faktanya begitu banyak orang yang bisa meraih sukses dengan modal terbatas, atau sukses karena tekun belajar meningkatkan kecakapan drinya. Orang-orang semacam ini tentu adalah mereka yang terus gigih berjuang dan memanfaatkan kekuatan dirinya untuk mengubah nasib.

Dan bukan orang yang sibuk ngeles saat dirinya stuck. Ngeles kalau dirinya gak punya orang dalam, ngeles kalau dirinya nggak punya modal, ngeles kalau orang tunya bukan orang kaya, atau ngeles kalau dirinya bukan anak emas bos.

Ngeles saja sampai tua, biar hidupmu kismin dan nestapa berlama-lama.

Mentalitas Miskin #3 : Mentalitas Malas, Manja dan Instan

Beberapa kali saya menerima email yang inti isinya seperti ini : mas, saya pingin kaya, tapi saya tidak punya keahlian apa-apa. Atau mas saya ingin sukses, tapi saya nggak tau caranya bagaimana.

Kadang-kadang saya ingin membalas email itu dengan jawaban seperti ini : coba mas, sampeyan pergi semedi ke Gunung Kawi selama seminggu, sambil ditemani bunga tuju rupa. Dijamin di hari ke-7 Anda akan kaya dan sukses 🙂 🙂 🙂

(btw, kalau Anda memang serius mau ke Gunung Kawi, lokasinya ada di dekat kota Blitar, Jawa Timur).

Mentalitas yang ketiga ini mungkin terasa lebih sopan dibanding mentalitas nyintir atau mentalitas playing victim yang sudah kita bahas di atas. Lebih sopan sebab ada pengakuan bahwa dirinya tidak punya keahlian apa-apa; ada pengakuan bahwa dirinya bingung mau ngapain.

Namun meski terasa lebih sopan, namun mentalitas miskin yang ketiga ini tetap saja menyebalkan. Sebab di dalamnya ada nuansa sikap malas mencari jawaban, dan manja selalu ingin disuapi.

Pertanyaan dalam email tadi saja sudah menunjukkan dengan segera orang ini kurang gigih berusaha. Sebab kalau gigih dan tekun, maka dia pasti akan bisa menemukan jawabannya sendiri. Dan kalau kegigihannya lebih hebat, maka dia akan menemukan jawabannya langsung dari praktek dan action yang sudah dia jalani.

Mentalitas miskin yang ketiga ini mungkin banyak terjadi. Sejumlah orang ingin sukses dan kaya, namun seolah ingin segera mendapatkan hasil yang instan.

Ingin kaya namun tak perlu harus bersusah payah meningkatkan keahlian hingga bertahun-tahun lamanya. Ingin sukses namun kalau bisa lewat jalan tol yang lancar dan bebas hambatan. Dan kalau perlu tunjukkan jalannya agar saya cepat sampai tanpa harus kebingungan.

Betapa indahnya kalau hidup bisa seperti itu. Semudah klik-klik dan scroll-scroll hape 🙂 🙂

DEMIKIANLAH, tiga mentalitas miskin yang acap muncul dalam pikiran banyak orang. Tiga mentalitas miskin inilah yang sejatinya bisa membuat Anda bisa terus hidup kismin dan nestapa selamanya.

Selamat bekerja mencari nafkah yang barokah. Semoga hari ini rezeki Anda dilancarkan. Amin.

Penulis : Yodhia Antariksa (strategimanajemen.net)


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.