Allah SWT dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 146 berfirman :
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. (Ali Imran: 146) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah berapa banyak nabi yang terbunuh dan terbunuh pula bersamanya sejumlah besar pengikutnya yang bertakwa. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, karena sesungguhnya dia mengatakan, “”Adapun orang-orang yang membaca qutila ma’ahu ribbiyyuna kasir, sesungguhnya mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan orang yang terbunuh ialah nabi dan sebagian dari para ulama yang mengikutinya, bukan seluruhnya.
Artikel pilihan : 27 Ayat-ayat Motivasi Terdahsyat dalam Al Qur’an dan Tafsirnya
Kemudian dinafikan (ditiadakan) rasa lesu dan lemah dari orang-orang yang tersisa yang tidak terbunuh.”” Ibnu Jarir mengatakan bahwa orang yang membaca qatala mengemukakan alasan yang menjadi pilihannya itu, bahwa seandainya mereka terbunuh, maka firman Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatakan: Mereka tidak menjadi lemah. (Ali Imran: 146) tidak mempunyai kaitan yang dapat dimengerti, mengingat mustahil bila mereka digambarkan sebagai orang-orang yang tidak lemah dan tidak lesu setelah mereka terbunuh. Kemudian Ibnu Jarir memilih pendapat ulama yang membaca qutila ma’ahu ribbiyyuna kasir (yang terbunuh bersamanya sejumlah besar dari para pengikutnya).
Alasannya ialah karena Allah subhanahu wa ta’ala melalui ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya menegur orang-orang yang lari karena kalah dalam Perang Uhud dan meninggalkan medan perang ketika mereka mendengar seruan yang mengatakan bahwa Muhammad telah terbunuh. Maka Allah mencela dan menegur mereka karena mereka melarikan diri dan meninggalkan medan perang. Allah berfirman kepada mereka: Apakah jika dia wafat atau dibunuh, lalu kalian berbalik ke belakang? (Ali Imran: 144) Yaitu kalian murtad dari agama kalian, wahai orang-orang mukmin? Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah berapa banyaknya nabi yang terbunuh di hadapannya sejumlah besar dari para pengikutnya yang setia.
Artikel pilihan : 100 Artikel Motivasi Islam Penyejuk Hati
Pendapat Ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah menunjukkan pengertian yang lain, karena sesungguhnya dia mengatakan bahwa berapa banyaknya nabi yang terbunuh, padahal dia ditemani oleh sejumlah orang yang banyak, tetapi ternyata para pengikutnya tidak lesu dan tidak lemah dalam meneruskan perjuangan nabi mereka sesudah nabi mereka tiada. Mereka tidak takut menghadapi musuh mereka dan tidak menyerah kepada musuh karena kekalahan yang mereka derita dalam jihad demi membela Allah dan agama mereka.
Sikap seperti inilah yang dinamakan sifat sabar. Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146) Dengan demikian, berarti ia menjadikan firman-Nya: sedangkan ia ditemani oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertakwa. (Ali Imran: 146) sebagai jumlah hal (kata keterangan keadaan). Pendapat ini ternyata mendapat dukungan dari As-Suhaili, dan ia membela pendapat ini dengan pembelaan yang berlebihan. Tetapi dia memang beralasan karena berdasarkan firman-Nya: Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka. (Ali Imran: 146), hingga akhir ayat.
Artikel pilihan : 250 Artikel Aa Gym Pilihan Penyejuk Hati
Hal yang sama diriwayatkan oleh Al-Umawi di dalam kitab Al-Magazi, yang ia nukil dari kitab Muhammad ibnu Ibrahim; tiada orang lain yang meriwayatkan pendapat ini selain dia. Sebagian dari mereka ada yang membaca firman-Nya: yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya). (Ali Imran: 146) Yang dimaksud dengan ribbiyyuna ialah ribuan. Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, As-Suddi, Ar-Rabi’, dan ‘Atha’ Al-Khurrasani semuanya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ribbiyyuna ialah jamaah-jamaah yang banyak jumlahnya.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma’mar, dari ibnul Hasan, sehubungan dengan firman-Nya: sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. (Ali Imran: 146) Yang dimaksud dengan ribbiyyuna kasir ialah ulama yang banyak jumlahnya. Diriwayatkan pula dari Ma’mar, dari ibnul Hasan, bahwa mereka adalah para ulama yang sabar, yakni yang berbakti dan bertakwa. Ibnu Jarir meriwayatkan dari salah seorang ahli nahwu Basrah, bahwa ribbiyyun adalah orang-orang yang menyembah Rabb (Tuhan) Yang Mahaagung lagi Mahatinggi.
Artikel pilihan : 100 Artikel Keislaman tentang Adab, Aqidah, Bisnis, Jihad, Pidana, Nikah, Hukum, Waris, dll
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat ini disanggah oleh sebagian dari kalangan mereka. Disebutkan bahwa seandainya makna yang dimaksud adalah seperti itu, niscaya huruf ra-nya di-fathah-kan hingga menjadi rabbiyyun. Ibnu Zaid mengatakan bahwa ribbiyyuna adalah para pengikut dan rakyat, sedangkan rabbabiyyun artinya para penguasa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). (Ali Imran: 146) Menurut Qatadah dan Ar-Rabi’ ibnu Anas, makna firman-Nya: dan mereka (sama sekali) tidak lesu. (Ali Imran: 146) Yakni mereka tidak lemah semangat karena terbunuhnya nabi mereka.
dan tidak (pula) mereka menyerah. (Ali Imran: 146) Yaitu mereka sama sekali tidak pernah mundur dari kewajiban membantu nabi-nabi mereka dan agama mereka, yakni dengan berperang meneruskan perjuangan nabi Allah hingga bersua dengan Allah, sampai titik darah penghabisan. Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tidak pula mereka menyerah. (Ali Imran: 146) Maksudnya, tunduk dan menyerah kepada musuh. Menurut Ibnu Zaid, artinya mereka tidak pernah menyerah kepada musuh mereka.
Artikel pilihan : Amalan Doa Pembuka Pintu Rezeki, Panjang Umur dan Kemudahan Hidup
Menurut Muhammad ibnu Ishaq, As-Suddi, dan Qatadah, semangat juang mereka sama sekali tidak pernah kendur karena bencana yang menimpa mereka, yaitu ketika nabi mereka terbunuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Referensi : Tafsir Surat Ali Imran Ayat 146
Artikel Pilihan
- Beasiswa Universitas Negeri di Indonesia
- 100 Universitas Terbaik di Indonesia
- 22 Perguruan Tinggi Negeri Dengan Beasiswa Ikatan Dinas
- 7 Pondok Pesantren Tahfidz Al Qur’an Terbaik di Indonesia
- 39 Pondok Pesantren Modern Terbaik Di Indonesia
- International Scholarships from the 100 World’s Best Universities
Ayo bagikan sebagai sedekah…