Jangan Mempersulit Diri

Yuk bagikan infonya...

Ilustrasi/Google
Ilustrasi/Google

Permasalahan yang terjadi di dalam hidup kita adalah hasil dari dramatisasi yang kita lakukan sendiri. Kita lebih banyak merasakan penderitaan sebagai akibat dari buatan kita sendiri, kekhawatiran kita sendiri, kepanikan kita sendiri.

Ternyata kesemua itulah yang membuat kita menjadi merasa tertekan dan terbebani. Padahal, jika kita sikapi dengan kepala dingin, pikiran jernih dan hati yang lapang, kita tidak akan merasa kerepotan menghadapi segala kenyataan yang terjadi pada hidup kita.

Sebagai contoh misalnya, seseorang yang merasakan sakit pinggang. Kemudian, dia memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Sebelum berangkat, ia bercerita pada temannya tentang apa yang sedang dirasakannya itu. Ia sampaikan segala kekhawatiran jika seandainya yang ia derita adalah penyakit ginjal, maka ia akan menghadapi resiko pengobatan dan perawatan yang tidak sederhana dan mahal. Bahkan, ia pun menceritakan kegelisahannya seandainya ternyata ia harus mengalami gagal ginjal dan menjalani cuci darah, dan seterusnya, dan sebagainya.

Semakin orang ini menceritakan ketakutan dan kekhawatirannya, maka semakin terbebanilah ia, semakin streslah ia. Beban yang datang disebabkan ketakutan-ketakutan yang ia hadirkan sendiri dari perkiraan atau dugaannya sendiri. Padahal ia sama sekali belum menjalani pemeriksaan kesehatan oleh dokter. Hal seperti inilah yang banyak terjadi pada diri manusia, yang kemudian menimbulkan penderitaan jiwa di dalam diri mereka sendiri.

Maka, kendalikanlah diri sebisa mungkin agar terhindar dari sikap mendramatisir masalah yang sedang terjadi. Janganlah larut di dalam jebakan-jebakan sikap yang mempersulit diri sendiri. Karena sikap-sikap seperti itulah yang akan semakin memperbesar kesulitan dan penderitaan di dalam diri.

Allah Swt. di dalam Al Quran, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya..” (QS. Al Baqarah [2] : 286).

Maha Suci Allah Swt. dari perbuatan dzalim terhadap hamba-hamba-Nya. Tidak ada ketetapan-Nya yang di luar batas kesanggupan hamba-hamba-Nya. Kesemuanya sudah terukur. Tidak ada yang berat dan tidak ada yang tidak bisa dihadapi. Adapun yang berat adalah karena kita kurang ilmu dan kurang iman dalam menghadapi kenyataan yang terjadi pada diri kita, sehingga kita keliru dalam menyikapi apa yang Allah Swt. tetapkan kepada diri kita.

Jadi saudaraku, hidup ini bagaikan siang dan malam. Kita siap menghadapi siang karena kita tahu persis apa yang akan kita lakukan pada siang hari. Kita pun tidak panik saat malam menjelang karena kita tahu apa yang akan kita lakukan di waktu malam. Bahkan, tidak jarang kita sangat mendambakan malam segera datang karena kita tahu akan ada manfaat yang akan kita peroleh di waktu malam. Demikian juga, tidak jarang kita menanti-nanti datangnya waktu siang karena tahu bahwa ada hal menyenangkan yang akan didapat di waktu siang.

Memang benar, tidak jarang babak kehidupan yang menimpa kita terasa berat dan getir. Tapi itu sama sekali bukan alasan bagi kita untuk mendramatisir keadaan kemudian merasa beralasan untuk tenggelam dalam kesedihan, seolah kemalangan adalah nasibnya.

Ketika ada yang memuji kita, kita harus mawas diri bahwasanya pujian tersebut tidaklah cocok untuk kita. Kita dipuji sebenarnya bukan karena kelebihan kita, akan tetapi karena orang yang memuji itu tidak mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya. Ia tidak mengetahui kejelekan-kejelekan kita yang tersembunyi. Sehingga apabila kita ketahui ilmunya, ketika kita mendapatkan pujian, maka kita tidak akan terjebak untuk mendramatisir diri, membohongi diri karena pujian tersebut dengan bentuk sikap membangga-banggakan diri karena pujian tersebut. Jika kita mengetahui ilmunya, maka sikap yang akan kita lakukan adalah mengembalikan pujian tersebut kepada Sang Pemilik pujian sejati yaitu Allah Swt., Dzat Yang Maha Agung lagi Maha Terpuji.

Rasulullah Saw. memberikan trik yang sangat baik untuk diteladani supaya kita tidak terjerat dengan jebakan pujian manusia.

Pertama, selalu mawas diri agar tidak terbuai oleh pujian orang lain. Oleh karena itu, setiap kali ada yang memuji beliau, Rasulullah Saw menanggapinya dengan doa, “Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.” (HR. Bukhari).

Kedua, menyadari sepenuh hati bahwa hakikat pujian adalah topeng dari sisi gelap kita yang tidak diketahui orang lain. Ketika ada yang memuji kita, itu lebih karena ketidaktahuannya tentang sisi kejelekan kita. Oleh sebab itu, Rasulullah Saw dalam menanggapi pujian,  beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku).” (HR Bukhari).

Ketiga, kalaupun pujian yang dilontarkan orang lain terhadap diri kita memang benar ada di dalam diri kita, Rasulullah Saw. mengajarkan kita agar memohon kepada Allah Swt. untuk dijadikan pribadi yang lebih baik lagi. Apabila mendengar pujian, Rasulullah Saw kemudian berdoa, Ya Allah, jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira.” (HR Bukhari).

Demikian juga saat kita mendapat cacian. Jika kita tahu ilmunya, kita tidak akan panik. Kita justru akan bersikap tenang dan mendengarkan cacian itu, karena bisa jadi cacian itu adalah informasi untuk kita tentang diri kita supaya kita mau mengevaluasi dan memperbaiki diri. Karena, orang paling mulia saja yaitu Nabi Muhammad Saw., mendapat hinaan dan cacian, apalagi kita yang kemuliaannya sangat jauh di bawah beliau. Jika kita benar menyikapi hinaan orang lain terhadap kita, maka hinaan itu justru akan mempertinggi derajat kita.

Demikian juga ketika kita sakit, jika kita mengetahui ilmunya maka kita akan selalu siap menghadapi keadaan ini. Ketika sakit menimpa kita, maka kita akan menyadari bahwa orang yang sakit adalah ladang rezeki bagi para dokter dan perawat. Kita juga akan menyadari bahwa sakit adalah satu episode di dalam hidup kita yang juga harus kita nikmati.

Bukankah Rasulullah Saw. sendiri yang menjanjikan bahwa kita akan digugurkan dosa ketika kita sakit, bagaikan daun-daun kering yang berguguran. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, jangan mempersulit diri, tidak perlu mendramatisir kenyataan yang terjadi. Hadapi saja, jalani saja hidup ini. Tidak perlu panik saat melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan. Juga tidak perlu berbangga diri bisa melihat kenyataan yang sesuai dengan harapan. Serahkan setiap yang terjadi kepada Allah Swt.. Setiap kenikmatan yang terjadi di dunia ini hanyalah sedikit dan semu belaka. Ada kenikmatan yang jauh lebih besar, tiada berbatas, dan sejati di akhirat kelak.

Sahabat, tidak ada kesengsasaraan yang kekal di dunia ini. Malah, kesesengsaraan itu sendiri adalah hasil rekaan atau akibat dari sikap kita sendiri yang keliru menyikapi kehidupan dunia ini. Jika manusia menemukan suatu ujian di dalam hidupnya, maka sesungguhnya ujian tersebut datang sudah satu paket dengan kemudahan atau jalan keluarnya. Allah Swt. berfirman,

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” QS. Alam Nasyrah [94] : 5 – 6

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar (smstauhiid.com)


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

Formasi CPNS Lulusan SMA Di 8 Instansi Pemerintah
Hello. Add your message here.