Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar 

Yuk bagikan infonya...

islamic-art-6

Seorang Mukmin beriman kepada qadha` dan qadar Allah SWT, kebijaksanaan dan kehenadakNya; dan beriman bahwasanya tidak ada sesuatu pun yang terjadi di alam wujud ini, hingga perbuatan manusia yang bersifat ikhtiyari (pilihan) melainkan didahului oleh pengetahuan Allah dan takdirNya; dan beriman bahwasanya Allah SWT Mahaadil di dalam qadha’ dan qadarNya, Mahabijaksana di dalam segala perbuatan dan tindakanNya, dan beriman bahwa kebijaksanaanNya itu tergantung kepada masyi’ah (kehendak)Nya. Maka apa saja yang Dia kehendaki pasti terjadi, dan apa saja yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi, dan tiada daya dan tiada pula kekuatan melainkan dengan (pertolongan) dariNya.

[Qadha’ adalah ketetapan Allah SWT tentang adanya sesuatu atau tiadanya; sedangkan qadar adalah penciptaan sesuatu dengan cara (kaifiyah) tertentu dan pada waktu tertentu. Qadha’ kadang disebut juga qadar dan begitu sebaliknya]

Iman yang demikian itu karena adanya dalil-dalil naqli dan ‘aqli berikut ini:

DALIL-DALIL NAQLI

  1. Informasi dari Allah swt berkenaan dengan hal tersebut, seperti firmanNya tentang takdir,

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Al-Qamar: 49).

FirmanNya tentang pengetahuan dan takdirNya atas segala sesuatu, “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengun ukuran tertentu.” (Al-Hijr: 21).

FirmanNya tentang segala sesuatu telah dicatat semenjak zaman azali,

“Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid: 22).

FirmanNya tentang segala musibah yang terjadi adalah dengan izin dariNya,

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.” (At-Taghabun: 11).

FirmanNya tentang takdir Allah pada manusia,

“Dan tiap-tiap manasia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya.” (Al-lsra`: 13).

FirmanNya tentang segala musibah yang menimpa itu terjadi berdasarkan qadha’ dan qadar,

“Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindang kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (At-Taubah: 51).

FirmanNya tentang semua yang terjadi sudah berada di bawah pengetahuan Allah dan sudah termaktub demikian di dalam Lauh Mahfuzh,

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahainya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahai apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkun Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak (pula) sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyatu (Lauh Mahfuzh).” (Al-An’am: 59).

FirmanNya tentang kehendak (masyi’ah) Allah,

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” (At-Takwir: 29).

FirmanNya tentang qadha’,

“Sesungguhnya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka.” (Al-Anbiya`: 101).

FirmanNya tentang masyi’ah Allah,

“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memusuki kebunmu, ‘Ma Sya’ Allah, La Quwwata Illa Billah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)’.” (Al-Kahfi: 39).

FirmanNya bahwa petunjuk datangnya dari Allah,

“Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.” (Al-A’raf: 43).

  1. Berita dari Rasulullah SAW tentang Qadha’ dan Qadar, seperti di dalam sabdanya,

“Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nuthfah (sperma yang ditumpahkan), kemudian menjaai segumpal darah selama itu pala, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula; kemudian diutuslah kepadanya seorang malaikat untuk meniupkan ruh padanya dan ia diperintah (untuk mencatat) empat perkara: Mencatat rizkinya, ajalnya, amalnya dan menjadi orang yang bahagia ataukah sengsara. Demi Dzat yang tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya adakalanya seorang darimu benar-benar mengamalkan amalan ahli surga sehingga ketika jarak antaranya dengan surga tinggal sehasta, naman takdir telah mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka sehingga ia menjadi penghuni neraka; dan ada seorang di antara kamu yang mengamalkan amalan ahli neraka, naman ketika jarak antaranya dengan neraka tinggal sehasta, takdir pun telah mendahuluinya, maka dari itu ia mengamalkan amalan ahli surga sehingga ia menjadi penghuninya.” [Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2643]

Ibnu Abbas menuturkan, Aku pada suatu hari pernah berbonceng kepada Rasulullah SAW lalu beliau bersabda,

“Hai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kata, yaitu; Jagalah (perintah dan larangan) Allah, niscaya Dia memeliharamu (dari musibah dan azab); jagalah Allah, niscaya engkau akan menemukanNya selalu di hadapanmu. Apabila engkau memohon, maka memohonlah kepada Allah, dan apabila engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya umat ini bersatu untuk rnemberikan manfaat kepadaMu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan sekiranya mereka bersatu untuk mendatangkan mudarat (marabahaya) terhadap kamu dengan sesaatu, niscaya mereka tidak akan dapat menimpakan bahaya terhadapmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena (takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering” [Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2516]

“Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah SWT adalah qalam (pena), lalu Allah berfirman kepadanya, ‘Catatlah,’ maka ia pun menjawab, ‘Wahai Rabbku, apa yang harus aku catat?’ FirmanNya, ‘Catatlah takdir (ketentuan) segala sesuatu sampai Hari Kiamat’.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan at-Tirmidzi. Hadits hasan]

“Nabi Adam dan Nabi Musa beradu argumentasi. Musa berkata, ‘Hai Adam, engkau adalah bapak kami, engkau telah menyia-nyiakan kami dan telah mengeluarkan kami dari surga.’ Maka Adam berkata, ‘Engkau adalah Musa, Allah telah memilihmu dengan FirmanNya dan Dia telah menuliskan Taurat untukmu dengan TanganNya. Apakah engkau mencelaku atas suata perkara yang telah Allah tetapkan (takdirkan) terhadapku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku?’ Maka Nabi Adam mengalahkan argumentasi Nabi Musa. Maka Nabi Adam mengalahkan argamentasi Nabi Musa, tiga kali.” [Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2652]

[Adam dapat mematahkan argumentasi Musa, sebab bukan pada tempatnya ia mencela Nabi Adam, sebab jika Nabi Musa mencelanya karena dikeluarkan dari surga, maka berarti ia telah mencelanya atas suatu perkara yang pasti harus terjadi karena telah ditetapkan Allah; dan jika ia mencelanya atas perbuatan dosa, maka sesungguhnya Nabi Adam telah bertaubat, sedangkan orang yang telah bertaubat tidak dapat dicela, baik menurut akal maupun agama]

Di dalam mendefinisikan iman, Rasulullah SAW mengatakan,

“Beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, Hari Kemudian dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” [Diriwayatkan oleh Muslim, no. 8]

“Beramallah, karena segala sesuatu dipermudah sesuai dengan (tujuan) untuk apa ia diciptakan.” [Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2647]

“Sesungguhnya nadzar tidak dapat menolak ketetapan (Qadha’ dan qadar).” [Diriwayatkan oleh Para Ahli Hadits. Hadits shahih]

Sabda beliau kepada Abdullah bin Qais,

“Hai Abdullah bin Qais, maukah aku ajarkan kepadamu satu kalimat yang merupakan perbendaharaan surga, yaitu ‘Tiada daya dan tiada pula kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah’.” [Muttafaq ‘alaih; al-Bukhari, no. 4205; Muslim, no. 2704]

Bimbingan beliau kepada yang ucapannya salah karena mengatakan, “Atas kehendak Allah dan kehendakmu.” Beliau bersabda, ‘Katakanlah, ‘Hanya atas kehendak Allah saja’.” [Diriwayatkan oleh an-Nasa’i]

  1. Berimannya milyaran urnat Nabi Muhammad SAW, baik kalangan ulama, kaum bijak, kaum shalihin dan lain-lainnya kepada qadha’ dan qadar Allah SWT, hikmah dan kehendakNya, dan bahwasanya segala sesuatu itu telah didahului oleh pengetahuan Allah dan terjadi sesuai dengan takdirNya; dan bahwasanya tidak akan terjadi di dalam kerajaanNya kecuali apa yang Dia kehendaki dan apa saja yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa saja yang tidak Dia kehendaki maka tidak akan terjadi, dan Qalam telah mencatat takdir segala sesuatu hingga Hari Kiamat.

DALIL-DALIL ‘AQLI

  1. Sesungguhnya akal sehat tidak akan menolak sesuatu pun tentang Qadha’ dan Qadar (Takdir), Masyi’ah dan Hikmah, Iradah dan Tadbir (pengaturan). Akan tetapi sebaliknya, akal mewajibkan semua itu dan memastikannya, karena mempunyai fenomena-fenomena yang tampak di alam raya ini.
  2. Beriman kepada Allah SWT dan kepada qudrat (kekuasaan)Nya mempunyai konsekuensi iman kepada qadha’ dan qadar, hikmah dan masyi’ahNya.
  3. Kalau seorang insinyur bangunan membuat gambar suatu bangunan istana di atas kertas kecil dan dapat menetapkan waktu (lama) penyelesaian pembangunannya, kemudian ia laksanakan apa yang telah ia gambar di atas kertas itu dengan tidak kurang atau lebih sedikit pun, maka bagaimana Allah diingkari kalau telah mencatat takdir dunia ini hingga Hari Kiarnat?! Kemudian, karena kesempurnaan kekuasaan dan ilmuNya, segala sesuatu yang telah ditakdirkan itu terjadi sebagaimana telah Dia tentukan, baik kuantitas, teknis, waktu maupun tempatnya, padahal sudah kita ketahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Referensi : Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jaza’iri, Minhajul Muslim, Darul Haq, Jakarta, 2016

Baca juga : 


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

HP Realme Note 60 RAM 8/256GB Rp1.574.100
Hello. Add your message here.