Kenapa Valuasi Gojek 12x Lebih tinggi Dibanding Garuda Indonesia?

Yuk bagikan infonya...

Gojek ()
Gojek (strategimanajemen.net)

Benar. Dalam putaran pendanaan yang terakhir, valuasi Gojek sudah dihargai oleh para investornya senilai Rp 75 triliun – sebuah angka yang epik untuk perusahaan yang baru berdiri beberapa tahun silam.

Sementara dari nilai saham yang ada, valuasi maskapai penerbangan Garuda Indonesia hanya Rp 6 triliun.

Itu artinya valuasi Gojek 12 kali lipat lebih berharga dibanding Garuda Indonesia.

Jadi nilai abang-abang ojek berjaket hijau dengan Honda Vario itu lebih mahal dong dibanding barisan pilot berdasi rapi dengan pesawat Airbus-nya 🙂 🙂

Ya bagaimana mungkin valuasi Gojek berlipat ganda diatas nilai Garuda Indonesia?

Padahal aset Garuda Indonesia adalah ratusan pesawat Boeing dan Airbus. Sementara aset Gojek hanyalah aplikasi. Ya hanya sebuah aplikasi !!

Apakah ini model valuasi yang absurd, ataukah ada the magic of digital economy dibaliknya?

Valuasi artinya adalah harga jual sebuah perusahaan di mata investornya. Model valuasi konvensional biasanya mengukur harga perusahaan dari kemampuannya hasilkan laba. Semakin bagus potensi dan kemampun hasilkan laba yang berkelanjutan, maka semakin mahal valuasinya.

Secara keuangan, valuasi sederhana (atau yang disebut sebagai book value, atau nilai buku) biasanya juga mengukur valuasi perusahaan hanya dari dari total aset yang dimiliki dikurangi total hutang.

Bagi perusahaan yang sudah go public, ada beragam pertimbangan dalam menentukan valuasi atau harga sebuah perusahaan. Ada faktor kemampuaan hasilkan laba dan cash flow, kemampuan membayar hutang, hingga prospek bisnis dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.

Berdasar harga saham saat ini, market value atau valuasi Garuda Indonesia saat ini hanya Rp 6 triliun – jauh dibawah Gojek.

Kenapa valuasi Garuda Indonesia relatif sangat buruk? Sederhana. Valuasi Garuda buruk karena mereka punya utang Rp 40 triliun, angka utang yg masif. Utang yang segeda gaban ini dulu digunakan untk membeli pesawat baru.

Kalau utangnya Rp 40 triliun, dengan asumsi bunga hutang 10%/tahun saja, maka Garuda butuh dana Rp 4 triliun cash per tahun hanya buat bayar bunganya. Sebuah beban utang yang amat kelam.

Itulah kenapa saya pernah menulis artikel berjudul the Death of Garuda disini.

Tahun lalu Garuda Indonesia juga mengalami kerugian yang masif sebesar Rp 2,8 triliun.

Pada sisi lain, biaya operasional pembelian avtur juga sangat fluktuatif tergantung harga minyak yang cenderung mengalami kenaikan.

Nilai rupiah juga makin lemah, membuat utang mereka yang dalam dollar menjadi naik seketika. Biaya beli avtur juga harus pakai dollar, sementara sebagian besar penghasilan Garuda Indonesia memakai rupiah.

Semua beban diatas membuat valuasi Garuda Indonesia jauh lebih kecil dibanding Gojek.

Pertanyaannya kini : kenapa valuasi Gojek bisa tembus Rp 75 triliun?

Begini. Jaman dulu, valuasi bisnis lebih fokus pada tangible asset atau aset fisik semacam pabrik, tanah, bangunan, dan aset fisik lainnya.

Sedangkan jaman now, intangible asset atau aset ghoib diangggap lebih tajir.

Dan di era digital, aset ghoib yang amat mahal harganya adalah : app and digital platform.

Misal apa sih asset Facebook itu? Aset utama FB hanya aplikasi yang ada di hape Anda.

Sementara perusahaan old economy seperti Toyota atau Boeing memiliki aset fisik (tangible asset) berupa ratusan pabrik seluas puluhan kali lapangan sepakbola.

Namun valuasi Facebook yang tembus Rp 4000 triliun – puluhan kali lipat diatas valuasi Toyota atau Boeing.

Di era digital economy, kekuatan value sebuah app memang bisa sangat masif.

Contoh lain adalah Instagram. Aset utama Instagram HANYALAH SEBUAH APLIKASI.

Iya IG itu cuman sebuah app. Bukan rocket science technology yang rumit-rumit.

Namun berapa valuasi IG hari ini? Rp 1.000 triliun.

Kenapa sebuah aplikasi yang so simpel harganya bisa ribuan triliun?

Jawabannya : sebab di era internet ini, sebuah app bisa jangkau miliaran user dalam detik yang sama.

Itulah the Power of Scalability. The Power of App Economy.

Hanya dengan bekal koneksi internet, ratusan juta user bisa ditangkap dengan seketika.

Filosofi digital seperti diataslah yang juga menjelaskan menjelaskan kenapa valuasi Gojek/Gopay saat ini sudah tembus Rp 75 triliun.

Sekali lagi, aset utama Gojek/Gopay hanyalah aplikasi. Mereka sama sekali tak punya aset fisik yang masif.

Kekayaan mereka hanyalah intangible asset berupa aplikasi bersahaja bernama Gojek/Gopay.

Aplikasi Gojek/Gopay dihargai mahal karena dengan internet, aplikasi itu bisa jangkau jutaan pelanggan dengan seketika. Nyaris tanpa beban biaya sama sekali.

Kenapa bisa almost zero cost? Karena mereka menangkap pelanggannya dengan digital connection. Bukan seperti bank yang harus punya ribuan kantor cabang yang amat mahal.

Hanya dengan digital connection, estimasi saat ini GOPAY sudah bisa raih sekitar 30 juta-an pelanggan. Tanpa bantuan satupun kantor cabang dan petugas teller.

Dan dengan kekuatan digital, user Gopay yang 30 juta itu dengan mudah bisa di-scale menjadi 100 juta. Tanpa bantuan satupun bangunan kator fisik atau ribuan pegawai teller.

(Ingat prinsip Scalability Power dari sebuah App).

Dengan kekuatan digital, jumlah pengguna Gopay bisa di-scale dengan masif, dan hampir tanpa additional cost yang signifikan. Branchless operation.

Nah para investor optimis pengguna Gopay bisa tembus 100 juta dalam 3 tahun ke depan.

Bayangkan apa yang akan terjadi jika pengguna Gopay sudah tembus 100 juta?

Sederhana : harga saham BCA dan Bank Mandiri bisa terpelanting dalam duka yang amat perih.

Revolusi Bank akan terjadi.

Apalagi jike kelak Gopay di-ijinkan untuk bisa memberikan pinjaman uang kepada user-nya (saat ini baru bisa untuk bayar aneka transaksi, simpan uang hingga Rp 10 juta, dan transfer antar users).

Revolusi smartphone banking seperti itulah yang kini terjadi di Benua Afrika. Disana sama sekali tidak ada bangunan bank dan ATM. Semua orang menggunakan smartphone untuk menyimpan uang dan lakukan transaksi secara online.

Jika revolusi itu terjadi, maka valuasi Gojek bisa makin naik menuju Rp 200 triliun, dari angka Rp 75 triliun saat ini. Apalagi jika layanan utama seperti Gofood, GoSend dan GoRide tetap tumbuh dengan baik.

Optimisme akan prospek pertumbuhan masa depan bisnis. Inilah salah satu kunci untk melakukan valuasi bisnis.

Valuasi Gojek/Gopay dihargai amat mahal sebab investor yakin akan masa depan mereka. Misal, investor optimis user Gopay bisa tembus hingga 100 juta pelanggan.

Jadi valuasi Gojek yang saat ini tembus Rp 75 triliun terjadi karena faktor :

1 ) The power of digital app – aplikasi mereka bisa raih puluhan juta pelanggan dengan super efisien hanya dengan modal wifi; dan

2) Optimisme investor bahwa kelak Gopay akan kuasai digital payment di tanah air.

Apakah potensi pertumbuhan itu benar-benar akan terjadi di masa depan?

Jujur saya tak tahu jawabannya.

Maka – sambil mengutip syair lagu Ebiet G. Ade – mari coba kita tanyakan pada rumput yang bergoyang…….

Penulis : Yodhia Antariksa (strategimanajemen.net)


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

PEMBIAYAAN SYARIAH JAMINAN BPKB MOBIL
Hello. Add your message here.