Pada lampiran harian ‘Ukkazh edisi 10262, 7/4/1415 H., ada sebuah wawancara dengan seorang tuna netra bernama Mahmud ibn Muhammad Al-Madani. Dia belajar sastra dengan menggunakan ’mata orang lain’. Dibacakan untuknya buku-buku sejarah, majalah, jurnal, dan koran-koran. Bahkan sekali waktu dia meminta salah seorang temannya untuk membacakan media-media itu hingga jam tiga menjelang subuh. Hingga akhirnya dia menjadi salah satu tokoh sastra yang disegani: dikenal piawai menciptakan kisah-kisah yang indah.
Mushtafa Amien dalam sebuah rubrik ’Fikrah’ di harian Ash-Syarqul Awsath menulis sebuah pernyataan seperti berikut: ”Bersabarlah lima menit saja terhadap tipu daya orang-orang yang menipu, kezaliman orang-orang yang zalim, dan kekejaman orang-orang kejam. Sebab cambuk itu akan jatuh, rantai belenggu akan patah, orang yang dipenjara akan dikeluarkan, dan kegelapan akan tersibak menjadi terang. Yang diperlukan hanyalah Anda bersabar dan menunggu.”
Mengapa sebuah musibah harus menghimpit dada.
Padahal di sisi Allah telah tertulis jalan keluarnya.
Di Riyadh, Arab Saudi, saya pernah bertemu seorang mufti. Ahli hukum asal Albania itu pernah dipenjara selama 20 tahun oleh orang-orang komunis di negaranya. Setiap hari ia dibebani wajib kerja yang sangat berat. Selain itu, ia dikurung, ditipu, diperlakukan tidak wajar, dizalimi, dan tidak diberi makan yang cukup. Kerapkali ia melakukan shalat di sebuah pojok toilet karena khawatir ketahuan. Namun demikian, ia tetap bersabar dan menanti rahmat dari Allah hingga akhirnya datanglah perlolongan Allah dan jalan keluar.
“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah” (QS. Ali Imran: 174)
Coba lihat Nelson Mandela, presiden Afrika Selatan. Dia dipenjara selama 27 tahun. Tapi, penjara tak menyurutkan langkahnya untuk selalu menyerukan kemerdekaan bagi bangsanya. Dia juga tak henti mengupayakan kebebasan kaumnya dari kediktatoran, represi, tekanan dan kezaliman. Dia berjuang pantang mundur dan bahkan mempertaruhkan nyawa. Sampai akhirnya, dia dapat memperoleh kemuliaan di dunia. Atau, sebagaimana yang Allah firmankan,
“Niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna” (QS. Hud: 15)
“Jika kamu menderita kesakitan, maka sesunggahnya mereka pun menderita kesakitan (pula) sebagaimana kamu menderitanya. Sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan” (QS. An-Nisa : 104)
“Jika kamu (pada perang Badar) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa” (QS. Ali Imran: 140)
Referensi : Dr. ‘Aidh al-Qarni, Jangan Bersedih, Qisthi Press, Jakarta, 2013
Ayo bagikan sebagai sedekah…
Baca juga :
- 7 Pondok Pesantren Tahfidz Al Qur’an Terbaik di Indonesia
- 42 Pondok Pesantren Modern Terbaik di Jawa Barat, Banten dan Jakarta
- 12 Pondok Pesantren Modern Terbaik di Bogor
- 39 Pondok Pesantren Modern Terbaik Di Indonesia
- 17 Pondok Pesantren Terbaik di Jawa Timur
- 6 Pondok Pesantren Modern Terbaik di Sukabumi
- 19 Islamic Boarding School Terbaik di Indonesia
- 22 Perguruan Tinggi Negeri Dengan Beasiswa Ikatan Dinas