Mahatma Gandhi -pemimpin India paling populer setelah Budha- hampir saja hancur, seandainya ia tidak mendapatkan inspirasi dari kekuatan yang ada pada sembahyang. Bagimana saya bisa tahu? Sebab Gandhi sendiri mengatakan, “Seandainya saya tidak melakukan sembahyang, pasti saya telah menjadi orang gila sejak dulu.”
Demikian dampak dari sembahyang. Kita tahu bahwa Gandhi bukan seorang muslim. Dia berada dalam kesesatan. Namun dia teguh berpegang pada satu keyakinan beragama:
“Maka, tatkala mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikah ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-‘Ankabut: 65)
“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a).” (QS. An-Naml: 62)
“Dan, mereka yakin bahwa mereka dikepung bahaya, maka mereka berdo’a kepaala Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata.” (QS. Yunus: 22)
Selama meneliti pernyataan-pernyataan ulama, sejarawan dan sastrawan muslim secara umum, ternyata saya tidak mendapatkan petunjuk bahwa mereka pernah mengalami depresi, tekanan dan penyakit jiwa. Hal ini disebabkan mereka hidup dalam agama: penuh ketenangan dan kedamaian. Kehidupan mereka jauh dari benturan-benturan dan tekanan-tekanan ke arah tertentu.
“Dan, orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal salih serta beriman kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Rabb-mu, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.” (QS. Muhammad: 2)
Coba simak perkataan Abu Hazim, “Antara saya dan para raja itu hanya dibedakan satu hari. Tentang hari kemarin, mereka tidak bisa merasakan kenikmatannya lagi, (tapi saya bisa). Sementara kami sama-sama khawatir terhadap apa yang akan terjadi besok. Dan, hari ini adalah apa yang masih mungkin terjadi.”
Dalam sebuah hadits Rasulullah disebutkan: “Ya Allah aku memohon kepadaMu kebaikan hari ini: berkahnya, pertolongannya, cahayanya dan hidayahnya.”
Tsabit ibn Zuhair yang bergelar “Taabbath Syarran” berkata,
“Jika seseorang tidak berusaha, padahal nasibnya telah mengharuskannya berusaha, dia telah menyia-nyiakan nasibnya itu, dan akan ditinggalkan.
Namun orang yang bertekad baja tidak pernah menyerah pada ujian, akan selalu melihat masalah dengan mata terbuka.”
Dia adalah penembus zaman, yang selalu bergerak: jika ditutup satu pintu, dia akan menerobos pintu yang lain.
“Wahai orang-orang yang beriman, bersiapsiagalah kamu.” (QS. An-Nisa’: 71)
“Dan, hendaknya dia bersikap lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.” (QS. Al-Kahfi: 19)
“Tidak ada do’a mereka selain ucapan: “Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Ali ‘Imran: 147)
Referensi : Dr. ‘Aidh al-Qarni, Jangan Bersedih, Qisthi Press, Jakarta, 2013
Ayo bagikan sebagai sedekah…