Muraqabah, Dekat Dengan Allah

Yuk bagikan infonya...

islamic-art-51

Yaitu seorang Muslim merasa dirinya diawasi oleh Allah SWT, ia senantiasa merasakannya di setiap saat dari kehidupannya sehingga keyakinannya menjadi sempurna bahwa Allah selalu melihatnya, mengetahui rahasia-rahasianya, memperhatikan amal-amalnya, menegakkan putusan terhadapnya dan terhadap setiap jiwa dengan apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, dirinya tenggelam dalam pengawasan keagungan dan kesempurnaan Allah, merasa damai dengan mengingatNya, memperoleh kenyamanan dengah menjalankan ketaatan kepadaNya, mengharapkan pahala di sisiNya, menghadap kepadaNya dan berpaling dari selainNya. Inilah makna “menyerahkan diri” di dalam Firman Allah SWT,

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan.” (An-Nisa`: 125).

FirmanNya,

“Dan barangsiapa yang menyerahkah dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” (Luqman: 22).

ltu semua semakna dengan apa yang Allah serukan dalam FirmanNya,

“Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatimu; maka takutlah kepadaNya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (Al-Baqarah: 235).

“Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (Al-Ahzab: 52).

“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Qur’an dan kamu tidak mengajakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di wakta kamu melakukannya.” (Yunus: 61)

Dan sabda beliau,

“Beribadahlah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya, jika kamu tidak bisa melihatNya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” [Muttafaq ‘alaih; al-Bukhari, no. 50; Muslim, no. 9]

ltulah jiwa yang dimiliki as-Sabiqun al-Awwalun (generasi pertama) dari as-Salaf ash-Shalih umat ini ketika mereka merasakan jiwanya seperti itu sehingga keyakinan mereka sempurna dan mereka sampai pada derajat orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Berikut ini atsar-atsar mereka:

  1. Dikatakan kepada Junaid RA “Dengan apa kita menundukkan pandangan?” Beliau menjawab, “Dengan ilmumu bahwa pandangan Dzat yang melihatmu lebih mendahului daripada pandanganmu terhadap objek yang dituju.”
  2. Sufyan ats-Tsauri berkata, “Hendaknya engkau selalu merasa diawasi oleh Dzat yang segala sesuatu tidak tersembunyi dariNya; hendaknya engkau selalu berharap kepada Dzat yang pasti menepati (janjiNya), dan hendaknya engkau selalu takut kepada Dzat yang kuasa memberi hukuman”
  3. lbnul Mubarak berkata kepada seseorang, “Hai pemuda, merasalah selalu diawasi Allah.” Pemuda tersebut bertanya kepadanya tentang muraqabatullah (merasa selalu diawasi Allah), maka ia berkata kepadanya, “Jadikanlah dirimu seakan-akan senantiasa melihat Allah SWT.”
  4. Abdullah bin Dinar berkata, “Aku keluar bersama Umar bin al-Khaththab ke Makkah, lalu kami singgah untuk istirahat di salah satu jalan, tiba-tiba seorang penggembala turun dari gunung melewati kami. Umar berkata kepadanya, ‘Hai penggembala, juallah kepada kami seekor kambing dari kumpulan kambing itu’, lalu si penggembala berkata, ‘Sesungguhnya kambing itu ada yang punya.’ Umar berkata, ‘Katakan saja kepada tuanmu bahwa kambing tersebut telah dimangsa serigala.’ Budak (penggembala) itu berkata, ‘Di manakah Allah?’ Lalu Umar menangis, dan keesokan harinya Umar mendatangi tuan si penggembala tersebut, kemudian membeli budak tersebut dari tuannya lantas beliau memerdekakannya”
  5. Diceritakan dari seorang yang shalih bahwasanya ia melalui suatu kaum yang saling berlemparan, ada salah seorang yang duduk jauh dari mereka, lalu orang shalih mendatanginya dan hendak menanyainya. Ia berkata kepadanya, “Dzikrullah lebih lezat.” Ia berkata, “Engkau sendirian?” Ia berkata, “Tuhanku dan kedua malaikatku bersamaku.” Ia berkata kepadanya, “Siapakah yang lebih unggul dari mereka?” Ia berkata, “Orang yang diampuni Allah.” Ia berkata, “Kemana arah jalan?” Lalu ia menunjuk ke arah langit, lantas ia berdiri dan berjalan.
  6. Diceritakan bahwa Zulaikha ketika berduaan dengan Nabi Yusuf AS ia berdiri lalu menutupi wajah berhalanya. Nabi Yusuf bertanya, “Ada apa denganmu ini? Apakah kamu malu dari pengawasan benda mati sedang aku tidak malu dari pengawasan Raja Yang Mahaperkasa?”

Seorang shalih bersenandung:

Apabila engkau menyendiri pada suatu hari,

maka jangan engkau katakan aku menyendiri,

tetupi katakan ada pengawas yang selalu mengintaiku.

Jangan engkau mengira Allah lalai walaupun sesaat

dan jangan engkau mengira bahwa apa yang engkau sembunyikan luput dariNya.

Bukankah engkau melihat bahwa hari itu cepat berlalu

dan besok itu amat cepat datangnya

bagi orang-orang yang menunggu.

Referensi : Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jaza’iri, Minhajul Muslim, Darul Haq, Jakarta, 2016

Baca juga : 


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.