
Kerajaan Majapahit, Negara Besar yang Akhirnya Punah
Pidato politik Prabowo Subianto dalam Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul, Bogor, Senin (17/12/2018) lalu yang menyinggung Indonesia punah menuai kontroversi. Pernyataan capres rival petahana Joko Widodo (Jokowi) ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Tercatat dalam sejarah Indonesia, di Nusantara pernah berdiri negara besar yang akhirnya punah, yakni Kerajaan Majapahit.
Majapahit menjadi imperium adidaya pada abad ke-13. M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (1991), misalnya, menyebut Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu negara terbesar dalam sejarah Indonesia (hlm. 19).
Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahit yang bertakhta pada 1293-1309 dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Awalnya, Majapahit berpusat di Mojokerto, Jawa Timur. Pada era Jayanegara (1309-1328), ibukota dipindahkan ke Trowulan. Sejak Girindrawardhana (1456-1466) berkuasa, pusat Majapahit digeser lagi, kali ini ke Kediri.
Majapahit mencapai masa jaya pada era Raja Hayam Wuruk atau Rajasanagara (1350-1389) berkat dukungan Mahapatih Gajah Mada. Tahun 1336, saat pengangkatannya menjadi mahapatih pada era Tribhuwana Tunggadewi (ibunda Hayam Wuruk), Gajah Mada mengucapkan Sumpah Amukti Palapa yang kelak melegenda.
Gajah Mada bersumpah akan menyatukan wilayah-wilayah Nusantara di bawah naungan Majapahit. Kelak, ikrar ini terwujud. Dikutip dari buku Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (2005) karya Slamet Muljana, Sumpah Amukti Palapa telah mengantarkan Majapahit ke gerbang kejayaan untuk pertamakalinya dalam sejarah.
Wilayah kekuasaan Majapahit, tercatat dalam Nagarakertagama, meliputi Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia bagian timur, termasuk Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga sebagian Maluku. Masih menurut Negarakertagama seperti dikutip dari buku Dinamika Islam Filipina, Burma, dan Thailand karya Choirul Fuad Yusuf (2013), tidak kurang dari 98 kerajaan yang bernaung di bawah kuasa Majapahit Pengaruh dan ekspansi Majapahit sampai pula ke negeri-negeri seberang, dari Semenanjung Malaya (Malaysia dan Brunei), Tumasik (Singapura), serta sebagian Thailand dan Filipina. Angkatan Laut Majapahit waktu itu sangat kuat sehingga disebut sebagai Talasokrasi atau Kemaharajaan Bahari.
Wafatnya Gajah Mada pada 1364 menjadi salah satu faktor penyebab melemahnya Majapahit. Hayam Wuruk yang sangat menghormati sosok penasihatnya itu tidak menunjuk mahapatih baru. Baginya, Gajah Mada tak tergantikan.
Sepeninggal Gajah Mada, Hayam Wuruk limbung. Kejayaan Majapahit goyah. Keruntuhan bahkan kepunahan imperium besar ini pun mulai terlihat.
Pemimpin Lemah, Negara Punah
“Kalau kita kalah, negara ini bisa punah, karena elite Indonesia selalu mengecewakan, selalu gagal menjalankan amanah dari rakyat Indonesia,” seru Prabowo Subianto dalam pidato politiknya di Sentul, Bogor, Senin (17/12/2018) lalu. Sejarah Indonesia mencatat, Kerajaan Majapahit adalah negara besar, namun akhirnya punah.
Majapahit pernah menguasai sebagian besar wilayah Nusantara yang kini menjelma menjadi Indonesia. Meskipun klaim Prabowo mengenai Indonesia punah dianggap berlebihan –misalnya dinilai hanya untuk kepentingan pilpres– namun bukan tidak mungkin suatu pemerintahan bakal tamat riwayatnya, sebagaimana yang telah dialami Majapahit.
Seperti yang telah ditulis di bagian pertama, Majapahit berjaya di era Hayam Wuruk (1350-1389) dan Gajah Mada. Namun, wafatnya Gajah Mada pada 1364 menjadi salah satu faktor penyebab melemahnya Majapahit. Stabilitas wilayah yang amat luas mulai goyah. Beberapa negeri taklukan yang tersebar luas di Nusantara mulai berusaha melawan untuk melepaskan diri.
Tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal dunia. Slamet Muljana dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara (2005) menceritakan polemik dalam proses suksesi raja baru. Perselisihan keluarga semakin memperlemah Majapahit.
Belum lama sang raja mangkat, terjadilah Perang Paregreg. Perang saudara ini melibatkan Wikramawardhana yang mengklaim sebagai penerus takhta Majapahit melawan Bhre Wirabhumi. Wikramawardhana adalah suami putri Hayam Wuruk dari permaisuri, Kusumawardhani, sementara Bhre Wirabhumi merupakan putra Hayam Wuruk dari istri selir.
Dikutip dari Pranoedjoe Poespaningrat dalam Kisah Para Leluhur dan yang Diluhurkan: Dari Mataram Kuno sampai Mataram Baru (2008), perang saudara ini menjadi salah satu faktor kemunduran Majapahit, selain tidak adanya pemimpin yang kuat setelah Hayam Wuruk dan Gajah Mada.
Majapahit memang masih mampu bertahan cukup lama, bahkan sempat nyaris bangkit saat dipimpin oleh Ratu Suhita (1429-1447). Namun, kerajaan ini ternyata tak sanggup seperkasa dulu. Tiada lagi raja secakap Hayam Wuruk, juga mahapatih setangguh Gajah Mada. Bahkan, Majapahit sempat mengalami kekosongan kepemimpinan antara 1453 hingga 1456.
Munculnya Kesultanan Demak pada 1475 membuat Majapahit kian merana. Kerajaan Islam pertama di Jawa menandai perubahan besar dalam periode sejarah Nusantara, yakni berakhirnya era Hindu-Buddha untuk digantikan dengan masa Islam.
Sampai titik ini, punahnya Kerajaan Majapahit yang pernah mahadigdaya tampaknya tinggal menunggu waktu saja.
Penulis: Iswara N Raditya (tirto.id)
Ayo bagikan sebagai sedekah…