Tafsir Surat An Naml Ayat 29-44

Yuk bagikan infonya...

al-quran

Ayat 29-35: Isyarat terhadap pentingnya musyawarah.

  قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلأ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ (٢٩) إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣٠) أَلا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (٣١) قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَفْتُونِي فِي أَمْرِي مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتَّى تَشْهَدُونِ (٣٢) قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالأمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ (٣٣) قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً وَكَذَلِكَ يَفْعَلُونَ (٣٤) وَإِنِّي مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِمْ بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌ بِمَ يَرْجِعُ الْمُرْسَلُونَ (٣٥

Terjemah Surat An Naml Ayat 29-35

29. [1]Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia[2].”

30. Sesungguhnya (surat) itu dari SuIaiman yang isinya, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang[3],

31. Janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri[4].”

32. Dia (Balqis) berkata, “Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini)[5]. Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara[6] sebelum kamu hadir dalam majelis(ku).”

33. Mereka menjawab, “Kita memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa (untuk berperang)[7], tetapi keputusan berada di tanganmu[8]; maka pertimbangkanlah apa yang akan engkau perintahkan[9].”

34. Dia (Balqis) berkata[10], “Sesungguhnya raja-raja apabila menaklukkan suatu negeri, mereka tentu membinasakannya[11], dan menjadikan penduduknya yang mulia[12] jadi hina; dan demikian yang akan mereka perbuat[13].

35. Dan sungguh, aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh para utusan itu[14].”

 

Ayat 36-37: Haramnya risywah (sogok) karena dapat menghantarkan kepada runtuhnya masyarakat.

  فَلَمَّا جَاءَ سُلَيْمَانَ قَالَ أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ (٣٦) ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ         (٣٧)

Terjemah Surat An Naml Ayat 36-37

36. Maka ketika para utusan itu sampai kepada Sulaiman, dia (Sulaiman) berkata[15], “Apakah kamu akan memberi harta kepadaku? Apa yang Allah berikan kepadaku[16] lebih baik daripada apa yang Allah berikan kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

37. Kembalilah kepada mereka[17]! Sungguh, kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami usir mereka dari negeri itu (Saba) secara terhina dan mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina[18].”

Ayat 38-44: Isyarat terhadap kuatnya jin dibanding manusia, dan kuatnya malaikat dibanding jin, ajakan kepada Islam dan penjelasan tentang keutamaan ilmu.

قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (٣٨)قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ (٣٩) قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (٤٠) قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لا يَهْتَدُونَ (٤١) فَلَمَّا جَاءَتْ قِيلَ أَهَكَذَا عَرْشُكِ قَالَتْ كَأَنَّهُ هُوَ وَأُوتِينَا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهَا وَكُنَّا مُسْلِمِينَ  (٤٢) وَصَدَّهَا مَا كَانَتْ تَعْبُدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنَّهَا كَانَتْ مِنْ قَوْمٍ كَافِرِينَ (٤٣) قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الصَّرْحَ فَلَمَّا رَأَتْهُ حَسِبَتْهُ لُجَّةً وَكَشَفَتْ عَنْ سَاقَيْهَا قَالَ إِنَّهُ صَرْحٌ مُمَرَّدٌ مِنْ قَوَارِيرَ قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ      (٤٤)

Terjemah Surat An Naml Ayat 38-44

38. Dia (Sulaiman) berkata, “Wahai para pembesar! Siapakah di antara kamu yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku menyerahkan diri?”

39. Ifrit[19] dari golongan jin berkata, “Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempat dudukmu[20]; dan sungguh, aku kuat melakukannya dan dapat dipercaya[21].”

40. Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab[22] berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip[23].” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata[24], “Ini termasuk karunia Tuhanku[25] untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar[26], maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya[27] lagi Mahamulia[28].”

41. Dia (Sulaiman) berkata, “Ubahlah[29] untuknya singgasananya; kita akan melihat apakah dia (Balqis) mengenal; atau tidak mengenalnya lagi[30].”

42. Maka ketika dia (Balqis) datang, ditanyakanlah (kepadanya), “Serupa inikah singgasanamu?” Dia (Balqis) menjawab, “Seakan-akan itulah dia[31].” (Dan dia berkata)[32], “Kami telah diberi pengetahuan[33] sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”

43. Dan kebiasaannya menyembah selain Allah[34], mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), sesungguhnya dia (Balqis) dahulu termasuk orang-orang kafir.”

44. [35]Dikatakan kepadanya (Balqis), “Masuklah ke dalam istana.” Maka ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya (penutup) kedua betisnya[36]. Dia (Sulaiman) berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca[37].” Dia (Balqis) berkata[38], “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap diriku[39]. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”


[1] Lalu burung Hud-hud membawa pergi surat itu dan menjatuhkannya kepada ratu Balqis.

[2] Yakni yang sangat agung, dari salah seorang raja besar di dunia. Ada pula yang menafsirkan dengan, “Yang diberi cap.

[3] Para ulama berkata, “Belum ada seorang pun yang menulis, “Bismillahirrahmaanirrahim” sebelum Nabi Sulaiman ‘alaihis salam.” Dalam ayat ini terdapat anjuran memulai tulisan dengan basmalah. Oleh karena kematangan dan kecerdasan akalnya, maka ratu Balqis segera mengumpulkan para pembesar kerajaannya.

[4] Mereka pun mengetahui, bahwa surat itu berasal dari Nabi Sulaiman ‘alaihis salam. Surat ini begitu fasih dan ringkas, karena maksudnya sudah tercapai dalam kata-kata yang singkat dan bagus itu. Di dalamnya terkandung larangan bagi mereka bersikap sombong terhadapnya, tetap di atas keadaannya (yakni menyembah matahari), serta memerintahkan mereka taat dan tunduk kepadanya, serta mengajak mereka kepada Islam.

[5] Yakni apakah kita harus tunduk dan taat kepadanya atau apa yang kita lakukan?

[6] Yakni tidak memutuskan sendiri atau sewenang-wenang.

[7] Tampaknya mereka lebih cenderung untuk berperang yang sesungguhnya jika dilanjutkan, tentu mereka akan binasa.

[8] Karena mereka mengetahui kecerdasan akalnya dan kematangannya.

[9] Yakni kami akan mengikutimu.

[10] Memberikan kepuasan terhadap usulan mereka dan menerangkan akibat dari berperang.

[11] Yakni melakukan pembunuhan, penawanan, perampasan harta dan perobohan terhadap rumah-rumah mereka.

[12] Seperti para tokohnya dan orang-orang yang terhormat di antara mereka.

[13] Seakan-akan ratu Balqis berkata kepada mereka, bahwa pandangannya ini tidak begitu tepat, dan ia tidak akan memilih pandangan itu sampai mengetahui keadaan Nabi Sulaiman dengan mengutus orang yang akan memberitahukan kepada mereka keadaannya agar keputusannya tepat.

[14] Ibnu Abbas berkata, “Dia (Balqis) berkata kepada kaumnya, “Jika ia menerima hadiah, maka berarti ia seorang raja, maka perangilah, dan jika ia tidak menerimanya, maka berarti ia seorang nabi, maka ikutilah.”

[15] Sambil mengingkari dan marah kepada mereka.

[16] Berupa kenabian dan kerajaan.

[17] Dengan membawa hadiahmu.

[18] Jika mereka tidak taat dan tunduk. Maka utusan itu kembali kepada mereka dan menyampaikan kata-kata Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, dan mereka pun segera bersiap-siap untuk mengadakan perjalanan menuju kerajaan Sulaiman, dan Nabi Sulaiman pun tahu, bahwa mereka akan pergi menemuinya. Oleh karena itu, Beliau berkata kepada para pemukanya yang hadir, dari kalangan jin dan manusia.

[19] Ia adalah jin yang kuat, rajin dan cerdik.

[20] As Suddiy dan selainnya berkata, “Beliau (Nabi Sulaiman) biasa duduk untuk menyelesaikan masalah manusia dan memberikan keputusan dari awal siang (pagi) sampai matahari tergelincir (pertengahan siang).” Zhahirnya, bahwa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam ketika itu berada di Syam, sehingga jarak antara kerajaannya dengan kerajaan Saba di Yaman kurang lebih memakan waktu perjalanan 4 bulan; dua bulan pergi dan dua bulan pulang.

[21] Nabi Sulaiman ‘alaihis salam berkata, “Saya ingin lebih cepat lagi.” Dari sini dapat diketahui, bahwa maksud Sulaiman membawa singgasana ratu Balqis adalah untuk memperlihatkan besarnya kerajaan yang diberikan Allah kepadanya dan bagaimana ditundukkan kepadanya bala tentara yang terdiri dari jin, manusia dan hewan yang tidak pernah diberikan kepada seorang pun sebelum Beliau dan tidak pula diberikan kepada seorang pun setelah Beliau, sekaligus sebagai hujjah atas kenabiannya bagi Balqis dan kaumnya, karena yang demikian merupakan peristiwa yang luar biasa, di mana singgsana yang begitu besar dipindahkan dalam waktu yang cukup singkat, padahal jarak antara kedua kerajaan itu cukup jauh. Zhahirnya, bahwa kerajaan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam berada di Syam, sehingga jarak antara kerajaannya dengan kerajaan Saba kurang lebih memakan waktu perjalanan 4 bulan; dua bulan pergi dan dua bulan pulang.

[22] Kitab di sini maksudnya kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, yaitu Taurat dan Zabur. Orang yang disebutkan itu bernama Ashaf bin Barkhiya juru tulis Nabi Sulaiman, seorang yang shiddiq (yang sangat membenarkan) yang mengetahui Ismul a’zham (nama Allah yang agung) yang jika berdoa dengannya, maka akan dikabulkan, dan jika meminta dengannya, maka akan dipenuhi.

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam tafsir Juz ‘Amma (pada tafsir surah An Naazi’at) menjelaskan, para ulama mengatakan bahwa yang membawa singgasana itu demikian cepat adalah para malaikat. Mereka membawanya dari Yaman dengan sekejap, sedangkan Sulaiman berada di Syam. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan malaikat melebihi kekuatan jin, meskipun begitu mereka sangat takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[23] Ada yang berpendapat, bahwa maksudnya, “Lihatlah ke atas, jika penglihatanmu sudah terasa lelah (dan engkau mengedipkan matamu), maka singgasana itu akan hadir di depanmu.” Menurut Wahab bin Munabbih, “Tetaplah melihat, maka setelah lama melihat, singgasana itu akan berada di hadapanmu.” Lalu dia (Ashaf) bangkit kemudian berwudhu’ serta berdoa kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala.” Mujahid berkata, “Dia mengucapkan (dalam doanya), “Yaa Dzal Jalaali wal ikram.

[24] Beliau memuji Allah atas pemberian-Nya dan kemudahan dari-Nya.

[25] Beliau ‘alaihis salam tidak tertipu oleh kerajaannya dan kekuasaannya seperti halnya kebiasaan raja-raja yang jahil (bodoh). Bahkan Beliau mengetahui, bahwa hal itu adalah ujian dari Tuhannya, dan Beliau khawatir jika sampai tidak bersyukur atas nikmat itu. Selanjutnya Beliau menerangkan, bahwa manfaat syukur itu kembalinya kepada manusia, tidak kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

[26] Yakni, tidak berterima kasih atas nikmat itu.

[27] Tidak butuh syukur hamba-Nya.

[28] Kebaikan-Nya merata baik kepada orang yang bersyukur maupun orang yang kufur, hanyasaja mensyukuri nikmat-Nya menjadikannya bertambah, sedangkan mengkufuri nikmat-Nya menjadikannya hilang.

[29] Baik dengan ditambah atau dikurangi.

[30] Maksudnya adalah untuk menguji akalnya; apakah ia memiliki kecerdasan dan kepandaian.

[31] Ini menunjukkan kecerdasannya. Ia tidak mengatakan, “Memang ini.” Karena adanya sedikit perubahan, tetapi tidak menafikan bahwa ia adalah singgasananya. Ia menjawab dengan kata-kata yang mengandung dua kemungkinan; yang kedua-duanya benar.

[32] Jelaslah bagi Nabi Sulaiman bahwa jawabannya benar, dan ia (Balqis) pun akhirnya mengetahui kekuasaan Allah dan benarnya kenabian Sulaiman ‘alaihis salam, maka Nabi Sulaiman berkata karena kagum terhadap diri ratu Balqis yang mendapat petunjuk dan terhadap kecerdasannya serta sebagai rasa syukur kepada Allah karena dikaruniakan nikmat yang lebih dari itu, “Kami telah diberi pengetahuan tentang Allah dan kekuasaan-Nya sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang tunduk kepada perintah Allah lagi mengikuti agama Islam.” Bisa juga, bahwa kata-kata ini adalah kata-kata ratu Balqis, sehingga artinya, “Dan kami telah diberi pengetahuan tentang kerajaan Sulaiman dan kekuasaannya sebelum peristiwa yang saat ini kami melihatnya, yaitu membawakan singgasana dari jarak yang jauh, maka kami tunduk dan datang dalam keadaan menyerahkan diri.”

[33] Yakni hidayah, akal dan kematangan sebelum ratu Balqis. Inilah hidayah yang bermanfaat lagi sebagai modal dasarnya.

[34] Karena tinggal di lingkungan orang-orang yang kafir, meskipun ia (Balqis) memiliki kecerdasan yang dengannya ia dapat mengetahui yang hak dan yang batil, akan tetapi keyakinan-keyakinan yang batil menghilangkan mata hatinya.

[35] Selanjutnya Nabi Sulaiman ‘alaihis salam ingin agar Balqis melihat kekuasaannya yang menyilaukan akal, maka Beliau memerintahkan Balqis agar masuk ke dalam Sharh, yaitu majlis Beliau yang tinggi dan luas, majlis itu terbuat dari kaca dan di bawahnya ada sungai yang mengalir.

[36] Untuk menyelamkan kakinya. Nabi Sulaiman ‘alaihis salam sebelumnya memerintahkan kepada para setan untuk membuatkan istana yang besar dari kaca dan dialirkan air di bawahnya karena kedatangan (Balqis). Oleh karena itu, orang yang tidak mengetahui keadaannya akan mengira bahwa lantai itu adalah kolam air, padahal ada kaca tipis yang menghalangi antara pejalan dengan air yang di bawahnya.

[37] Selanjutnya, Beliau mengajak Balqis masuk ke dalam Islam, dan ia pun mau memeluk Islam.

[38] Setelah mengetahui kebesaran kearajaan Nabi Sulaiman.

[39] Karena beribadah kepada selain-Mu.

Oleh : Marwan bin Musa

Tafsir Al Quran ini adalah karya dari Al Ustadz Marwan bin Musa Hafidzhahullahu yang merupakan staf pengajar Ibnu Hajar Boarding School yang mengumpulkan intisari tafsir (bukan menafsirkan sendiri) dari beberapa kitab tafsir yang sengaja dibuat ringkas untuk memudahkan memahami ayat-ayat Al Quran. (tafsirwebid)

SPECIAL PROMO Discount 10% paket arung jeram dan penginapan di Caldera Indonesia. Tersedia juga program outbound, corporate gathering, meeting, paint ball, flying fox, dll. Hubungi +6285773713808 Info klikwww.ceramahmotivasi.com/promo/caldera/

Baca juga :


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.