Tafsir Surat Al A’raaf Ayat 1-19

Yuk bagikan infonya...

Surah Al A’raaf (Tempat Tertinggi). Surah ke-7. 206 ayat. Makkiyyah kecuali ayat 163

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-3: Perintah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan Al Qur’an dan Islam, serta perintah kepada manusia untuk mengikuti petunjuk Al Qur’an

المص (١)كِتَابٌ أُنْزِلَ إِلَيْكَ فَلا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ لِتُنْذِرَ بِهِ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (٢) اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ (٣

Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 1-3

1.Alif Laam Mim Shaad.

2. (Inilah) kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad); maka janganlah engkau sesak dada karenanya[1], agar engkau memberi peringatan dengan (kitab) itu[2] dan menjadi pelajaran bagi orang yang beriman.

3. [3]Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu[4], dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin[5]. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran[6].

SPECIAL PROMO Discount 10% paket arung jeram dan penginapan di Caldera Indonesia. Tersedia juga program outbound, corporate gathering, meeting, paint ball, flying fox, dll. Hubungi +6285773713808 Info klik www.ceramahmotivasi.com/promo/caldera/

Ayat 4-10: Sunnatullah di alam semesta dalam membinasakan umat-umat yang kafir dan perwujudan keadilan yang sempurna pada hari Kiamat, serta penundukkan bumi untuk manusia

وَكَمْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا فَجَاءَهَا بَأْسُنَا بَيَاتًا أَوْ هُمْ قَائِلُونَ (٤)فَمَا كَانَ دَعْوَاهُمْ إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا إِلا أَنْ قَالُوا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ   (٥) فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ    (٦) فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ (٧)وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ   (٨) وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ (٩) وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الأرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ             (١٠)

Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 4-10

4. Betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan[7], siksaan Kami datang (menimpa penduduk)nya pada malam hari, atau pada saat mereka beristirahat di siang hari[8].

5. Maka ketika siksaan Kami datang menimpa mereka, keluhan mereka tidak lain, hanya mengucap, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim.”

6. Maka pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan (dari) rasul-rasul[9] dan Kami akan tanyai (pula) para rasul[10],

7. Dan pasti akan Kami beritakan kepada mereka dengan ilmu (Kami)[11] dan Kami tidak jauh (dari mereka)[12].

8. Timbangan[13] pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran[14]. Maka barang siapa berat timbangan (kebaikan)nya, mereka itulah orang yang beruntung[15].

9. Dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan)nya[16], maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat kami.

10. Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di muka bumi[17] dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu[18]. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur[19].

Ayat 11-19: Pertarungan antara kebaikan dan keburukan, permusuhan dan godaan setan kepada manusia, dan penjelasan tentang bahaya sombong dan dengki serta pengaruh keduanya bagi manusia

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (١١) قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (١٢) قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ (١٣) قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ   (١٤) قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (١٥) قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (١٦) ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (١٧) قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُومًا مَدْحُورًا لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لأمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ أَجْمَعِينَ (١٨) وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (١٩

Terjemah Surat Al A’raaf Ayat 11-19

11. Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu[20], kemudian membentuk (tubuh)mu, kemudian Kami berfirman kepada para malaikat, “Bersujudlah kamu kepada Adam[21],” maka mereka pun bersujud kecuali iblis[22]. Ia (Iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud.

12. Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah[23].”

13. Allah berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (surga)[24]; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya[25]. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.”

14. Iblis menjawab, “Berilah aku penangguhan waktu[26], sampai hari mereka dibangkitkan.”

15. Allah berfirman, “Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu[27].”

16. Iblis menjawab[28], “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,

17. Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka[29]. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur[30].”

18. Allah berfirman, “Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir[31]! Sesungguhnya barang siapa di antara mereka ada yang mengikuti kamu, pasti Aku akan isi neraka Jahanam dengan kamu semua[32].”

19. Dan (Allah berfirman), “Wahai Adam! Tinggallah kamu dan istrimu[33] dalam surga dan makanlah apa saja yang kamu berdua sukai. Tetapi janganlah kamu berdua mendekati[34] pohon yang satu ini[35]. (Apabila didekati) kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”


[1] Yakni karena khawatir didustakan ketika menyampaikannya.

[2] Kepada semua manusia.

[3] Khitab (pembicaraan) ini ditujukan kepada semua manusia, sedangkan khitab pada ayat sebelumnya ditujukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[4] Yang ingin mentarbiyah (mendidik) kamu secara sempurna.

[5] Maksudnya pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.

[6] Karena kalau kamu mau mengambil pelajaran, tentu kamu tidak akan mengutamakan kerugian di atas keberuntungan, atau mengutamakan bahaya di atas manfaat.

[7] Karena mendustakan apa yang dibawa para rasul.

[8] Tidak terpikir dalam benak mereka, jika saat itu siksaan datang.

[9] Tentang jawaban mereka terhadap para rasul dan amal yang mereka lakukan setelah mendengar dakwah, dan Dia lebih mengetahui. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata, “Apakah jawabanmu kepada para rasul?” (Terj. Al Qashash: 65)

[10] Apakah mereka telah menyampaikan dakwahnya, dan apa jawaban umat mereka terhadapnya, dan Dia lebih mengetahui.

[11] Apa yang mereka kerjakan.

[12] Allah tidak lengah terhadap mereka.

[13] Timbangan ini sebagaimana dalam hadits memiliki dua daun timbangan.

[14] Penimbangan dilakukan dengan adil.

[15] Selamat dari yang tidak diinginkan, dan memperoleh apa yang diinginkan, memperoleh keberuntungan yang besar dan kebahagiaan yang kekal.

[16] Karena banyaknya keburukan.

[17] Kamu dapat membangun bangunan di atasnya, menggarap tanahnya dan memanfaatkannya dengan berbagai macam pemanfaatan.

[18] Yakni sebab-sebab yang menjadikan kamu dapat hidup di dunia, seperti air, udara, tumbuhan, hewan, dan berbagai sumber daya alam.

[19] Padahal Dia telah mengaruniakan kepadamu berbagai nikmat.

[20] Yakni bapak kamu; Adam.

[21] Sujud di sini adalah sujud penghormatan dan pemuliaan, sekaligus memperlihatkan kelebihannya.

[22] Nenek moyang jin yang berada di tengah-tengah malaikat. Ia enggan bersujud karena sombong dan ujub terhadap dirinya.

[23] Kata-kata Iblis ini nampak seakan-akan benar, padahal sebenarnya salah, karena tanah lebih baik daripada api. Kebiasaan api adalah membakar, merusak, keadaannya tidak kokoh (goyang) dan cepat (terburu-buru). Sedangkan keadaan tanah adalah tenang, mudah diolah dan bermanfaat sehingga dapat menumbuhkan tanaman. Oleh karena itu, Adam ‘alaihis salam yang diciptakan dari tanah lebih mudah rujuk (kembali kepada Allah), bertobat, tunduk kepada perintah Allah, mengakui kesalahan dan meminta ampunan-Nya. Berbeda dengan Iblis yang malah semakin sombong dan angkuh. Dari sinilah diketahui bahwa jika seseorang terkena fitnah syahwat lebih mudah kembali daripada terkena fitnah syubhat.

Selain itu, perkataan Iblis di atas merupakan qiyas yang paling rusak, karena qiyas tersebut digunakan untuk menentang perintah Alah Ta’ala, sedangkan qiyas apabila berbenturan dengan nash, maka qiyas tersebut batil. Hal itu, karena tujuan dari qiyas adalah agar hukum yang tidak ada nashnya mendekati kepada perkara yang ada nashnya, sehingga mengikutinya.

[24] Derajatnya yang sebelumnya tinggi menjadi turun, bahkan sangat rendah sekali akibat kesombongan dan ujubnya.

[25] Karena surga merupakan tempat orang-orang yang baik, tidak layak untuk orang-orang yang buruk.

[26] Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya.

[27] Hikmah (kebijaksanaan) Allah menghendaki untuk menguji hamba-hamba-Nya agar nampak jelas oarng yang jujur dengan orang yang dusta, orang yang taat kepada-Nya dengan orang yang taat kepada musuh-Nya. Oleh karena itu, Dia mengabulkan permohonan Iblis.

[28] Ketika ia sudah putus asa dari rahmat Allah.

[29] Yakni dari semua arah. Ibnu Abbas berkata, “Namun setan tidak mampu mendatangi dari atas mereka agar tidak ada yang menghalangi antara seorang hamba dengan rahmat Allah Ta’ala.”

Qatadah menjelaskan bahwa setan akan datang kepada manusia dari depan mereka mengabarkan bahwa tidak ada kebangkitan, surga dan neraka. Dari belakang mereka, dengan menghias perkara dunia dan mengajak mereka kepadanya. Dari kanan mereka, dengan membuat mereka menunda-nunda kebaikan dan dari kiri mereka dengan menghias kejahatan dan maksiat, mengajak mereka kepadanya dan memerintahkannya. Ia akan datang dari semua arah selain dari atas, karena ia tidak sanggup menghalangi seseorang dari rahmat Allah.

Ibnu Abbas menafsirkan “dari kanan mereka” yakni setan akan membuat samar urusan agama mereka (mendatangkan syubhat), sedangkan dari kiri mereka, yakni membuat mereka senang kepada maksiat (fitnah syahwat).

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa membaca doa berikut di pagi dan sore hari -meminta kepada Allah perlindungan-Nya di berbagai arah-:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ اَلْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْاَخِرَةِ اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَ اَلْعَافِيَةَ فِي دِينِي, وَدُنْيَايَ, وَأَهْلِي, وَمَالِي, اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي, وَآمِنْ رَوْعَاتِي, اَللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ, وَمِنْ خَلْفِي, وَعَنْ يَمِينِي, وَعَنْ شِمَالِي, وَمِنْ فَوْقِي, وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta ‘afiyat (penjagaan) kepada-Mu di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu maaf dan ‘afiyat baik dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah cacatku, tenangkanlah rasa takutku. Ya Allah, jagalah aku dari depan dan belakangku, dari kanan dan kiriku serta dari atasku. Aku berlindung dengan keagungan-Mu agar jangan sampai ada yang menghantamku secara tiba-tiba dari bawahku.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim, ia berkata: “Shahih isnadnya”)

[30] Beriman atau taat. Iblis mengatakan hal ini, karena melihat lemahnya manusia, mudah lalai, di samping itu ia akan menggunakan semua kemampuannya untuk menyesatkan mereka. Dengan ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap tipu daya Iblis.

[31] Dari rahmat Allah dan dari semua kebaikan.

[32] Kamu dan anak cucumu serta manusia yang mengikutimu.

[33] Yaitu Hawa.

[34] Yakni memakannya.

[35] Wallahu a’lam, pohon apa yang dilarang itu, dan tida ada faedahnya bagi kita menentukan nama pohonnya. Adam dan Hawa pun senantiasa mengikuti perintah Allah dengan tidak mendekatinya, sehingga tiba saatnya setan mendatangi secara diam-diam dan membisikkannya.

Oleh : Marwan bin Musa

Tafsir Al Quran ini adalah karya dari Al Ustadz Marwan bin Musa Hafidzhahullahu yang merupakan staf pengajar Ibnu Hajar Boarding School yang mengumpulkan intisari tafsir (bukan menafsirkan sendiri) dari beberapa kitab tafsir yang sengaja dibuat ringkas untuk memudahkan memahami ayat-ayat Al Quran. (tafsirwebid)


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.