Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 50

Yuk bagikan infonya...

Al-Baqarah: 50

وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ

Terjemahan

Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.

Tafsir (Ibnu Katsir)

Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kalian dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepada kalian siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak kalian yang laki-laki dan membiarkan hidup anak kalian yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhan kalian. Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian, lalu Kami selamatkan kalian dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Ingatlah, wahai Bani Israil, akan nikmat-Ku yang telah Kulimpahkan kepada kalian, yaitu ketika Kami selamatkan kalian dari Fir’aun dan pengikut-pengikutnya yang telah menimpakan kepada kalian siksaan yang berat-berat.”” Maksudnya, Aku selamatkan kalian dari mereka, dan Aku luputkan kalian dari tangan kekuasaan mereka, karena kalian mengikut kepada Nabi Musa ‘alaihissalam

Fir’aun dan bala tentaranya di masa lalu mendatangkan dan menguasakan serta menimpakan kepada kalian siksaan yang paling buruk. Pada mulanya Fir’aun bermimpi tentang hal yang sangat mengejutkan dirinya dan membuatnya ngeri. Dia melihat api keluar dari Baitul Muqaddas, lalu api tersebut memasuki semua rumah orang-orang Qibti (Egypt) di negeri Mesir, kecuali rumah-rumah kaum Bani Israil. Takbir mimpi tersebut menyatakan bahwa kelak kerajaan Fir’aun akan lenyap di tangan salah seorang lelaki dari kalangan Bani Israil.

Setelah Fir’aun mendapat takbir tersebut, kemudian dilaporkan kepadanya bahwa orang-orang Bani Israil meramalkan akan munculnya seorang lelaki dari kalangan mereka yang kelak akan berkuasa di kalangan mereka dan mengangkat nasib mereka. Demikian yang disebutkan di dalam hadits Al-Fulun, seperti yang akan dijelaskan nanti pada tempatnya. yaitu dalam tafsir surat Thaha, insya Allah. Maka pada saat itu juga Fir’aun yang terkutuk itu memerintahkan agar setiap bayi laki-laki yang baru lahir di kalangan Bani Israil harus dibunuh, dan membiarkan hidup bayi-bayi perempuan.

Lalu dia memerintahkan pula agar kaum lelaki orang-orang Bani Israil ditugaskan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat lagi hina. Di dalam ayat ini siksaan ditafsirkan (dijelaskan) dengan penyembelihan bayi-bayi lelaki mereka, sedangkan dalam surat Ibrahim memakai ungkapan alaf, yaitu dalam firman-Nya: Mereka menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih dan mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian serta membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian. (Ibrahim: 6) Tafsir mengenai pengertian ini akan dijelaskan nanti dalam permulaan surat Al-Qashash, insya Allah.

Makna yasumunakum ialah menguasakan kepada kalian, yakni menimpakan kepada kalian. Demikian pendapat Abu Ubaidah, menurutnya sama dengan perkataan, “”Samahu khittatu khasfin.'”” Dikatakan demikian bila seseorang telah dikuasai oleh siksaan yang berat menimpa dirinya. Amr ibnu Kalsum, salah seorang penyair, mengatakan: Apabila raja menimpakan siksaan yang berat kepada orang-orang, maka kami memberonlak sebagai protes kami karena kami menolak siksaan menimpa diri kami.

Menurut pendapat lain, arti yasumunakum ialah terus-menerus menyiksa kalian; sama halnya dengan kata-kata saimatul ganam yang diambil dari makna terus-menerus menggembalakan ternak kambing. Demikian yang dinukil oleh Al-Qurthubi. Sesungguhnya dalam ayat ini dikatakan: Mereka menyembelih anak kalian yang laki-laki dan membiarkan hidup anak kalian yang perempuan. (Al-Baqarah: 49) Tiada lain hal tersebut hanyalah sebagai tafsir dan penjelasan dari siksaan yang menimpa mereka, yang disebutkan pada kalimat sebelumnya, yaitu: mereka menimpakan kepada kalian siksaan yang seberat-beratnya. (Al-Baqarah: 49).

Ayat-ayat tersebut merupakan tafsir atau penjelasan dari firman sebelumnya, yaitu: Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian. (Al-Baqarah: 47) Adapun yang terdapat di dalam surat Ibrahim, yaitu ketika Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. (Ibrahim: 5) Yakni pertolongan-pertolongan dan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka, maka sangat sesuailah bila dikatakan dalam firman selanjutnya: mereka menyiksa kalian dengan siksa yang pedih dan mereka menyembelih anak-anak laki-laki kalian seria membiarkan hidup anak-anak perempuan kalian. (Ibrahim: 6) Dalam surat ini lafal az-zabah (penyembelihan) di-‘ataf-kan kepada lafal yasumunakum untuk menunjukkan makna berbilangnya nikmat dan pertolongan Allah Subhanahu wa ta’ala kepada kaum Bani Israil. Fir’aun merupakan isim ‘alam untuk nama julukan bagi seorang raja kafir dari bangsa Amaliq dan lain-lainnya (di negeri Mesir).

Seperti halnya ‘Kaisar’, isim alam untuk julukan bagi setiap raja yang menguasai negeri Romawi dan Syam yang kafir; dan ‘Kisra’ julukan bagi Raja Persia, ‘Tubba’ julukan bagi raja negeri Yaman yang kafir, ‘Najasyi’ julukan bagi raja yang menguasai negeri Habsyah, dan ‘Batalimus’ nama julukan bagi Raja India. Menurut suatu pendapat, nama Fir’aun yang hidup sezaman dengan Nabi Musa ‘alaihissalam

adalah Al-Walid ibnu Mus’ab ibnur Rayyan. Menurut pendapat lainnya bernama Mus’ab ibnur Rayyan, dia termasuk salah seorang keturunan dari Amliq ibnul Aud ibnu Iram ibnu Sam ibnu Nuh; sedangkan nama kunyah-nya ialah Abu Murrah. Ia berasal dari Persia, yaitu dari Istakhar. Apa pun asalnya dia, semoga laknat Allah atas dirinya. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhan kalian. (Al-Baqarah: 49) Menurut Ibnu Jarir, makna ayat ialah bahwa apa yang telah Kami lakukan terhadap kalian, yakni Kami selamatkan kakek moyang kalian dari apa yang mengungkung diri mereka akibat siksaan Fir’aun dan bala tentaranya, hal tersebut merupakan cobaan besar bagi kalian dari Tuhan.

Dengan kata lain, hal tersebut merupakan nikmat yang besar bagi kalian. Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah Subhanahu wa ta’ala: merupakan cobaan yang besar dari Tuhan kalian. (Al-Baqarah: 49) Yang dimaksud dengan cobaan ialah nikmat. Mujahid mengatakan bahwa firman Allah Subhanahu wa ta’ala, “”Merupakan cobaan yang besar dari Tuhan kalian,”” artinya nikmat yang besar dari Tuhan kalian. Hal yang sama dikatakan pula oleh Abul Aliyah, Abu Malik, dan As-Suddi serta lain-lainnya.

Asal makna lafal al-bala ialah cobaan, tetapi adakalanya cobaan itu ditujukan untuk kebaikan sama halnya dengan keburukan, seperti makna yang terkandung di dalam firman-Nya: Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). (Al-Anbiya: 25) Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk agar mereka kembali (kepada kebenaran) (Al-A’raf: 168) Ibnu Jarir mengatakan, makna cobaan untuk keburukan kebanyakan dipakai kata balautuhu, abluhu, bala-an; sedangkan untuk kebaikan dipakai kata ublihi, ibla-an, dan bala-an. Zuhair ibnu Abu Salma mengatakan dalam salah satu bait syairnya:

Semoga Allah membalas dengan kebajikan atas apa yang telah dilakukan oleh keduanya terhadap kalian, dan semoga Allah mencoba keduanya dengan sebaik-baik cobaan yang diberikan-Nya. Di dalam syair ini kedua sisi pengertian digabungkan menjadi satu, karena penyair bermaksud ‘semoga Allah memberikan kenikmatan kepada keduanya dengan nikmat yang paling baik yang diberikan-Nya untuk menguji hamba-hamba-Nya’. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud dari firman-Nya, “”Pada yang demikian itu terdapat cobaan,”” merupakan isyarat yang ditujukan kepada siksaan yang pernah mereka alami di masa silam, yakni siksaan yang hina, seperti anak-anak lelaki mereka disembelih dan anak-anak perempuan mereka dibiarkan hidup.

Al-Qurthubi mengatakan bahwa hal ini merupakan pendapat jumhur ulama. Dikatakannya sesudah dia mengetengahkan pendapat pertama tadi, selanjutnya dia mengatakan bahwa menurut jumhur ulama isyarat ini ditujukan kepada penyembelihan dan yang semisal dengannya, sedangkan pengertian bala dalam ayat ini untuk keburukan, yang artinya ialah bahwa peristiwa penyembelihan anak-anak tersebut merupakan hal yang tidak disukai dan sebagai ujian.

Firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian, lalu Kami selamatkan kalian dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah: 50) Makna ayat, yaitu: Sesudah Kami selamatkan kalian dari Fir’aun dan bala tentaranya, lalu kalian berangkat bersama Musa ‘alaihissalam, dan Fir’aun pun berangkat pula mengejar kalian, maka Kami belahkan laut buat kalian. Hal ini diberitakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala secara rinci yang akan di-kemukakan pada tempatnya, dan yang paling panjang pembahasannya ialah dalam surat Asy-Syu’ara, insya Allah. Fa anjainakum, yakni Kami selamatkan kalian dari mereka dan Kami halang-halangi antara kalian dan mereka; lalu Kami tenggelamkan mereka, sedangkan kalian sendiri menyaksikan hal tersebut, agar hati kalian lebih tenang dan lega serta lebih meyakinkan dalam menghina musuh kalian.

Abdur Razzaq meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi sehubungan dengan firman-Nya, “”Dan (ingatlah) ketika Kami belah laut untuk kalian,”” sampai dengan firman-Nya, “”sedangkan kalian menyaksikan.”” Bahwa tatkala Musa berangkat bersama kaum Bani Israil, beritanya terdengar oleh Fir’aun. Maka Fir’aun berkata, “”Janganlah kalian mengejar mereka sebelum ayam berkokok (waktu pagi hari).”” Akan tetapi, demi Allah, pada malam itu tiada seekor ayam jago pun yang berkokok hingga pagi hari.

Lalu Fir’aun memerintahkan agar didatangkan ternak kambing, lalu kambing-kambing itu disembelih. Fir’aun berkata, “”Aku tidak akan mengambil hatinya sebelum berkumpul di hadapanku enam ratus ribu orang Qibti.”” Ternyata sebelum dia mengambil hati kambing-kambing yang telah disembelih itu telah berkumpul di hadapannya enam ratus ribu orang Qibti. Ketika Musa sampai di tepi laut, maka berkatalah kepadanya salah seorang dari sahabatnya yang dikenal dengan nama Yusya’ ibnu Nun, “”Manakah perintah Tuhanmu?”” Musa berkata, “”Di hadapanmu,”” seraya mengisyaratkan ke arah laut.

Lalu Yusya’ ibnu Nun memacu kudanya ke arah laut hingga sampai di tempat yang besar ombaknya, kemudian ombak menepikannya dan ia kembali (ke tepi), lalu bertanya lagi, “”Manakah perintah Tuhanmu, wahai Musa? Demi Allah, engkau tidaklah berdusta, tidak pula didustakan.”” Yusya’ ibnu Nun melakukan hal tersebut sebanyak tiga kali. Kemudian Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Musa dan memerintahkan kepadanya agar memukul laut dengan tongkatnya.

Musa ‘alaihissalam memukulkan tongkatnya, ternyata laut terbelah, dan tersebutlah bahwa setiap belahan itu pemandangannya sama dengan bukit yang besar. Kemudian Musa berjalan bersama orang-orang yang mengikutinya, lalu Fir’aun dan bala tentaranya mengejar mereka melalui jalan yang telah ditempuh mereka. Tetapi ketika Fir’aun dan semua bala tentaranya telah masuk ke laut, maka Allah menenggelamkan mereka dengan menangkupkan kembali laut atas diri mereka.

Karena itu, disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya, sedangkan kalian sendiri menyaksikan. (Al-Baqarah: 50) Hal yang sama dikatakan pula oleh bukan hanya seorang ulama Salaf, seperti yang akan dijelaskan nanti pada tempatnya. Di dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa hari tersebut adalah hari yang jatuh dalam bulan Asyura. Sebagaimana Imam Ahmad meriwayatkan: telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abdullah ibnu Sa’id ibnu Jubair, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang menceritakan hadits berikut: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah dan beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa pada had Asyura.

Maka beliau bersabda, “”Hari apakah sekarang yang kalian melakukan puasa padanya?”” Mereka menjawab, “”Ini adalah hari yang baik, ini adalah hari ketika Allah Subhanahu wa ta’ala menyelamatkan Bani Israil dan musuh mereka, maka Musa melakukan puasa padanya.”” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian.”” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa dan memerintahkan (para sahabat) agar melakukan puasa di hari itu. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam An-An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur periwayatan dari Ayub As-Sukhtiyani dengan lafal yang semisal. Abu Yala Al-Mausuli meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi’, telah menceritakan kepada kami Salam (yakni Ibnu Sulaim), dari Zaid Al-Ama, dari Yazid Ar-Raqqasyi, dari Anas yang menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Allah membelah laut bagi kaum Bani Israil pada hari Asyura. Hadits ini dha’if ditinjau dari sanad ini, karena sesungguhnya Zaid Al-Ama orangnya berpredikat dha’if, sedangkan gurunya, yaitu Zaid Ar-Raqqasyi, lebih dha’if lagi darinya. #learnquran

Al Baqarah

DAFTAR ISI


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.