Mensyukuri Nikmat Waktu

Yuk bagikan infonya...

time

Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Allah Swt. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Saw.

“Demi waktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat-menasehati dalam menetapi kebenaran dan nasehat-menasehati dalam menetapi kesabaran.” (QS. AI ‘Ashr [103]:1-3).

Saudaraku, waktu adalah karunia yang sangat berharga. Betapa pentingnya waktu hingga Allah Swt. bersumpah dalam AI Quran, “Wal ‘Ashri (Demi waktu)”, “Wadh Dhuha (Demi waktu dhuha)”, “Wal Lail (Demi waktu malam)”.

Waktu adalah modal yang sangat besar untuk hidup kita. Setiap orang di dunia ini mendapatkan modal yang sama yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam sebulan, dan seterusnya. Akan tetapi, mengapa kemudian ada orang yang sukses dan ada yang tertinggal, ada yang beruntung ada dan ada yang merugi?

Mari kita simak keteladanan yang ditunjukkan oleh suri teladan kita Rasulullah Saw., para sahabat dan generasi setelahnya. Rasulullah Saw. dalam tempo 23 tahun mampu membawa Islam menjadi peradaban besar di dunia, hingga sekarang dan masa yang akan datang. Insya Allah. Beliau juga mengikuti 80 peperangan dalam kurun waktu 10 tahun dalam rangka membela Islam. Dalam waktu-waktu tersebut beliau juga sukses memberikan contoh bagaimana menyayangi sesama dan menjadi pemimpin yang adil lagi bijaksana.

Zaid bin Tsabit ra. bisa menguasai bahasa Parsi hanya dalam waktu dua bulan saja. Kemudian beliau dipercaya sebagai sekretaris Rasulullah Saw. dan penghimpun ayat-ayat Al Quran dalam sebuah mushaf. Sedangkan Abu Hurairah ra. masuk Islam dalam usia 60 tahun, dan ketika wafat di usia 80 tahun beliau telah menghafal 5.374 hadits secara akurat. Beliau adalah sahabat yang paling banyak menghafal hadits.

Masih banyak contoh-contoh lainnya selain ketiga contoh tersebut di atas, contoh-contoh yang memperlihatkan bagaimana seseorang memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Sehingga tak heran jika dalam kehidupan sehari-hari kita melihat ada orang yang sukses dalam bisnisnya, ada juga yang tidak. Ada yang berprestasi di sekolahnya, ada juga yang tidak. Ada yang mampu menambah hafalan surat-surat dalam Al Quran, dan ada yang tetap saja malah berkurang karena lupa.

Mengapa hal itu terjadi? Tiada lain adalah karena waktu yang dimiliki manusia itu sama, namun cara menggunakannya yang berbeda. Ada yang menggunakannya sebaik mungkin. Ini adalah wujud rasa syukur atas nikmat waktu yang diberikan Allah Swt. Ada juga yang menggunakan waktu seenaknya saja, dan ini adalah wujud dari mengkufuri nikmat waktu. Sedangkan barangsiapa yang mengkufuri nikmat Allah, maka ia sama saja dengan mencelakai dirinya sendiri.

Karena Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepada kalian. Dan jika kalian mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku amat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7).

Sedangkan Rasulullah Saw. sudah mengingatkan kita bahwa nikmat waktu ini seringkali dilupakan oleh manusia. Dalam haditsnya beliau bersabda, “Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia adalah nikmat sehat dan nikmat waktu luang”. (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).

Orang yang memanfaatkan waktu sebaik mungkin akan beruntung baik di dunia maupun di akhirat. Mengapa? Bayangkan, jika dalam perlombaan balap sepeda, si X berhasil mengayuh dua putaran setiap detik, sedangkan si Y satu putaran setiap detik. Maka, dengan meyakinkan si X yang akan menjadi juara, karena pada detik yang sama ia dapat berbuat lebih banyak daripada si Y. Ini baru dalam urusan dunia.

Bayangkan juga jika si X senantiasa menunaikan shalat di awal waktu, tidak ketinggalan ia menunaikan juga shalat sunnah dan tilawah. Ia juga menyempatkan diri menunaikan dhuha di waktu pagi dan tahajud di malam hari. Ia pun tetap bekerja normal sebagaimana manusia lainnya. Sedangkan si Y berleha-leha. Lebih banyak santai, belanja, nonton dan ngobrol tak karuan. Manakah yang akan beruntung di akhirat kelak? Tentulah si X.

Kerugian orang-orang yang lalai akan semakin bertambah karena waktu yang telah ia lewati tidak akan pernah kembali. Orang yang beruntung akan sangat bersyukur,  dan orang yang rugi akan sangat menyesal. Sedangkan penyesalan tak akan mengubah keadaan.

Oleh karena itulah Rasulullah Saw. bersabda, “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara, [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim).

Saudaraku,mari kita tafakuri hal ini. Mari kita renungi bagaimana waktu yang sudah kita lalui. Sudahkah kita mengisinya dengan hal-hal bermanfaat sebagai wujud syukur kita kepada Allah Swt.? Ataukah malah sebaliknya, berlalu begitu saja secara sia-sia?

Mari kita renungi waktu saat ini dan yang akan datang dengan mengkuatkan tekad bahwa kita akan mengisinya dengan hal-hal yang akan semakin mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Semoga kita tergolong orang-orang yang beruntung di dunia, juga di akhirat. Amiin ya Rabbal ‘Alamin. 

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar, Sumber: smstauhiid.com


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.