Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 285

Yuk bagikan infonya...

Al Baqarah :: Indeks Tema Al Baqarah :: Daftar Surat :: Ibnu Katsir

Al-Baqarah: 285

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Terjemahan

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “”Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya””, dan mereka mengatakan: “”Kami dengar dan kami taat””. (Mereka berdoa): “”Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali””.”

Tafsir (Ibnu Katsir)

Tafsir Surat Al-Baqarah: 285-286

Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “”Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,”” dan mereka mengatakan, “”Kami dengar dan kami taat.”” (Mereka berdoa), “”Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.”” Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), “”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”” Hadits-hadits yang menerangkan tentang keutamaan surat Al-Baqarah ayat 285 dan 286 Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Sulaiman, dari Ibrahim, dari Abdur Rahman, dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda: Barang siapa yang membaca dua ayat ini…

Telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Mansur, dari Ibrahim, dari Abdur Rahman ibnu Yazid, dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: Barang siapa yang membaca dua ayat ini dari akhir surat Al-Baqarah di suatu malam, maka kedua ayat ini dapat mencukupinya. Diketengahkan pula oleh jamaah lainnya melalui jalur Sulaiman ibnu Mihran Al-A’masy berikut sanadnya dengan lafal yang semisal. Kalau menurut Shahihain diriwayatkan melalui jalur Ats-Tsauri, dari Mansur, dari Ibrahim, dari Abdur Rahman, dari Ibnu Mas’ud dengan lafal yang sama.

Di dalam kitab Shahihain pula dari Abdur Rahman, dari Alqamah, dari Ibnu Mas’ud; Abdur Rahman mengatakan, “”Kemudian aku bersua dengan Abu Mas’ud, lalu ia menceritakan hadits ini kepadaku.”” Demikian pula menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal: telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari ‘Ashim, dari Al-Musayyab ibnu Rafi’, dari Alqamah, dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda: Barang siapa yang membaca kedua ayat dari akhir surat Al-Baqarah di malam harinya, maka kedua ayat itu mencukupinya.

Hadits kedua diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Husain, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Mansur, dari Rab’i, dari Kharsyah ibnul Hur, dari Ma’rur ibnu Suwaid, dari Abu Dzar yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Aku dianugerahi ayat-ayat penutup surat Al-Baqarah dari perbendaharaan di bawah Arasy yang belum pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku. Ibnu Mardawaih meriwayatkan hadits ini melalui hadits Al-Asyja’i, dari Ats-Tsauri, dari Mansur, dari Rib’i, dari Zaid ibnu Zabyan, dari Abu Dzar yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Aku dianugerahi ayat-ayat penutup surat Al-Baqarah dari perbendaharaan di bawah Arasy.

Hadits ketiga diriwayatkan oleh Imam Muslim. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Magul. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair serta Zuhair ibnu Harb, semuanya dari Abdullah ibnu Numair, lafal-lafal mereka hampir sama. Ibnu Numair mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Magul, dari Az-Zubair ibnu Addi, dari Talhah, dari Murrah, dari Abdullah yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjalani Isra, beliau sampai ke Sidratul Muntaha yang terletak di langit ketujuh.

Hanya sampai batas Sidratul Muntaha, berhenti segala sesuatu yang naik dari bumi, lalu dihentikan sampai padanya. Hanya sampai kepadanya segala sesuatu turun dari atasnya, lalu dihentikan sampai padanya. Abdullah (Ibnu Mas’ud) mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (An-Najm: 16) Yang dimaksud dengan ‘sesuatu yang meliputinya’ adalah kupu-kupu emas. Abdullah Ibnu Mas’ud mengatakan pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dianugerahi tiga perkara, yaitu beliau dianugerahi shalat lima waktu, dan dianugerahi ayat-ayat yang mengakhiri surat Al-Baqarah, serta diampuni bagi orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun dari kalangan umatnya, dengan ampunan yang menyeluruh.

Hadits keempat. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnul Fadl, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Marsad ibnu Abdullah Al-Yazni, dari Uqbah ibnu Amir Al-Juhanni yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: Bacalah dua ayat dari akhir surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya Aku memberikan keduanya dari perbendaharaan di bawah Arasy (untuk kamu). Sanad hadits ini hasan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya di dalam kitab mereka (Jamaah).

Hadits kelima. Ibnu Mardawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Kamil, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ishaq Al-Harbi, telah menceritakan kepada kami Marwan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Awwanah, dari Abu Malik, dari Rab’i, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Kami diberi keutamaan di atas semua orang karena tiga perkara, yaitu: Aku diberi ayat-ayat yang mengakhiri surat Al-Baqarah dari rumah perbendaharaan di bawah Arasy yang tidak pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku dan tidak pula diberikan kepada seorang pun sesudahku.

Kemudian Ibnu Mardawaih meriwayatkannya pula melalui hadits Na’im ibnu Abu Hindun, dari Rab’i, dari Huzaifah dengan lafal yang semisal. Hadits keenam. Ibnu Mardawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Baqi ibnu Nafi’, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hatim ibnu Bazi’, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Aun, dari Malik ibnu Magul, dari Abi Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali yang mengatakan, “”Aku tidak pernah melihat seseorang memahami Islam bilamana ia tidur melainkan ia membaca ayat Kursi dan ayat-ayat yang mengakhiri surat Al-Baqarah.

Karena sesungguhnya ayat-ayat tersebut berasal dari perbendaharaan yang terletak di bawah Arasy yang diberikan kepada Nabi kalian.”” Waki’ meriwayatkannya di dalam kitab tafsirnya, dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Umair ibnu Amr Al-Mukhariqi, dari Ali yang mengatakan, “”Aku belum pernah melihat seseorang yang sampai kepadanya Islam kecuali sebelum tidur ia membaca ayat Kursi dan ayat-ayat terakhir dari surat Al-Baqarah.

Karena sesungguhnya ayat-ayat tersebut dari perbendaharaan di bawah Arasy.”” Hadits ketujuh. Abu Isa At-At-Tirmidzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bandar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Asy’as ibnu Abdur Rahman Al-Harami, dari Abu Qilabah, dari Abul Asy’as As-San’ani, dari An-Nu’man ibnu Basyir, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah telah menulis Kitab-Nya sebelum menciptakan langit dan bumi dalam jangka dua ribu tahun.

Dia menurunkan dua ayat darinya untuk mengakhiri surat Al-Baqarah dengan keduanya. Tidaklah ayat-ayat itu dibaca di dalam sebuah rumah selama tiga malam, melainkan setan tidak ada yang berani mendekatinya. Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib. Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadits Hammad ibnu Salamah dengan lafal yang sama.

Ia mengatakan bahwa hadits ini shahih dengan syarat Muslim, tetapi keduanya (Al-Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya.

Hadits kedelapan. Ibnu Mardawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Muhammad ibnu Madyan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnul Jahm, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Ibnu Maryam, telah menceritakan kepadaku Yusuf ibnu Abul Hajjaj, dari Sa’id, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila membaca ayat terakhir dari surat Al-Baqarah dan ayat Kursi, maka beliau tersenyum, lalu bersabda: Sesungguhnya kedua ayat ini berasal dari perbendaharaan Tuhan Yang Maha Pemurah di bawah Arasy.

Apabila beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membacakan firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatannya itu. (An-Nisa: 123) Dan bahwa seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwa usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (An-Najm: 39-41) Maka beliau membaca istirja’ dan diam (tenang). Hadits kesembilan. Ibnu Mardawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Kufi, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yahya ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakar, telah menceritakan kepada kami Makki ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Humaid, dari Abu Malih, dari Ma’qal ibnu Yasar yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Aku diberi Fatihatul Kitab dan ayat-ayat terakhir surat Al-Baqarah dari bawah Arasy, sedangkan Al-Mufassal adalah nafilah (tambahannya).

Hadits kesepuluh, Dalam pembahasan terdahulu mengenai keutamaan surat Al-Fatihah telah disebutkan sebuah hadits melalui riwayat Abdullah ibnu Isa ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menghadapi Malaikat Jibril, tiba-tiba beliau mendengar suara gemerincing di atasnya. Maka Malaikat Jibril mengarahkan pandangannya ke langit, lalu berkata, “”Ini adalah sebuah pintu langit dibuka, yang sebelumnya tidak pernah dibuka sama sekali.”” Kemudian turunlah darinya seorang malaikat, dan malaikat itu mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata kepadanya: Bergembiralah kamu dengan dua cahaya yang telah diberikan kepadamu yang tidak pernah diberikan kepada seorang nabi pun sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab dan ayat-ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Tidak sekali-kali kamu membaca satu huruf dari keduanya melainkan engkau diberinya. Hadits riwayat Imam Muslim dan Imam An-Nasai. Hadits ini menurut lafaznya. Tafsir ayat Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 285) Ayat ini memberitakan perihal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal tersebut. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa’id, dari Qatadah yang menceritakan, “”Telah diceritakan kepada kami bahwa tatkala diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ayat ini (Al-Baqarah: 285), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Dan sudah seharusnya baginya beriman’.”” Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr Al-Faqih, telah menceritakan kepada kami Mu’az ibnu Najdah Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Khallad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa setelah diturunkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam firman-Nya: Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 285), Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sudah merupakan keharusan baginya beriman.

Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sanadnya, tetapi keduanya (Al-Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: demikian pula orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 285) di-ataf-kan kepada lafal Ar-Rasul, kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan perihal semuanya (Rasul dan orang-orang mukmin). Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “”Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya.”” (Al-Baqarah: 285) Orang-orang mukmin beriman bahwa Allah adalah Satu lagi Maha Esa, dan Tunggal lagi bergantung kepada-Nya segala sesuatu; tidak ada Tuhan selain Dia, tidak ada Rabb selain Dia. Mereka percaya kepada semua nabi dan semua rasul, serta semua kitab yang diturunkan dari langit kepada hamba-hamba Allah yang menjadi utusan dan nabi.

Mereka tidak membeda-bedakan seseorang pun di antara mereka dari yang lainnya. Mereka tidak beriman kepada sebagian dari mereka, lalu kafir (ingkar) kepada sebagian yang lain. Bahkan semuanya menurut mereka adalah orang-orang yang sadiq (jujur), berbakti, berakal, mendapat petunjuk, dan menunjukkan ke jalan kebaikan, sekalipun sebagian dari mereka me-nasakh syariat sebagian yang lain dengan seizin Allah, hingga semuanya di-mansukh oleh syariat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan pemungkas para nabi dan para rasul; hari kiamat terjadi dalam masa syariatnya, dan masih terus-menerus ada segolongan dari umatnya yang membela perkara yang hak hingga hari kiamat tiba.

Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan mereka mengatakan, “”Kami dengar dan kami taat.”” (Al-Baqarah: 285) Yakni kami mendengar firman-Mu, ya Tuhan kami, dan kami memahaminya; dan kami menegakkan serta mengerjakan amal sesuai dengannya. Ampunilah kami, ya Tuhan kami. (Al-Baqarah: 285) Ayat ini mengandung makna permohonan ampun dan rahmat serta belas kasihan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fadl, dari ‘Atha’ ibnus Saib, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 285) sampai dengan firman-Nya: (Mereka berdoa), “”Ampunilah kami, ya Tuhan kami. (Al-Baqarah: 285) Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Aku telah mengampuni bagi kalian.”” dan kepada Engkaulah tempat kembali. (Al-Baqarah: 285) Yang dimaksud dengan al-masir ialah tempat kembali dan merujuk kelak di hari perhitungan.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Sinan, dari Hakim, dari Jabir yang menceritakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ayat ini, yaitu firman-Nya: Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “”Kami tidak membedabedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,”” dan mereka mengatakan, “”Kami dengar dan kami taat.”” (Mereka berdoa), “”Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.”” (Al-Baqarah: 285), Lalu Malaikat Jibril berkata: Sesungguhnya Allah telah memujimu dengan baik dan juga kepada umatmu.

Maka mintalah, niscaya kamu akan diberi apa yang kamu minta. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah: 286), hingga akhir ayat. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah: 286) Dengan kata lain, seseorang tidak dibebani melainkan sebatas kesanggupannya. Hal ini merupakan salah satu dari lemah-lembut Allah subhanahu wa ta’ala kepada makhluk-Nya dan kasih sayang-Nya kepada mereka, serta kebaikan-Nya kepada mereka. Ayat inilah yang me-nasakh dan merevisi apa yang sangat dikhawatirkan oleh para sahabat dalam firman-Nya: Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan itu. (Al-Baqarah: 284) Yakni sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala sekalipun melakukan perhitungan hisab dan menanyai, tetapi Dia tidak menyiksa kecuali terhadap hal-hal yang orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menolaknya.

Adapun terhadap hal-hal orang yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan untuk menolaknya, seperti bisikan hati; maka manusia tidak dibebaninya, dan benci terhadap bisikan yang jahat termasuk iman. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ia mendapat pahala dari apa yang diusahakannya. (Al-Baqarah: 286) Yakni dari kebaikan yang diusahakannya. Dan ia mendapat siksa dari apa yang dikerjakannya. (Al-Baqarah: 286) Yaitu dari kejahatan yang dikerjakannya. Yang demikian itu berlaku atas semua amal perbuatan yang termasuk ke dalam taklif.

Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, bagaimana cara memohon kepada-Nya dan Dia menjamin akan memperkenankannya, seperti yang diajarkan kepada mereka melalui firman-Nya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah, (Al-Baqarah: 286) Maksudnya, jika kami meninggalkan suatu hal yang difardukan karena lupa, atau kami mengerjakan sesuatu yang haram karena lupa, atau kami keliru dari hal yang dibenarkan dalam beramal, karena kami tidak mengetahui cara yang dianjurkan oleh syariat. Dalam hadits shahih Muslim yang lalu telah disebutkan melalui hadits Abu Hurairah hal seperti berikut: Allah berfirman, “”Ya.”” Demikian pula dalam hadits Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Aku telah melakukan(nya).

Ibnu Majah meriwayatkan di dalam kitab sunnahnya dan Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya melalui hadits Umar dan Al-Auza’i, dari ‘Atha’; menurut Ibnu Majah di dalam riwayatnya menyebutkan dari Ibnu Abbas, dan Imam Ath-Thabarani serta Ibnu Hibban mengatakan dari ‘Atha’, dari Ubaid ibnu Umair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku keliru, lupa, dan apa yang dipaksakan kepada mereka untuk melakukannya. Hadits ini diriwayatkan pula melalui jalur yang lain.

Imam Ahmad Ibnu Abu Hatim menilai hadits ini ada celanya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Huzali, dari Syahr, dari Ummu Darda, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah memaafkan umatku terhadap tiga perkara, yaitu keliru, lupa, dan dipaksa. Abu Bakar mengatakan bahwa lalu ia menuturkan hadits ini kepada Al-Hasan. Maka Al-Hasan menjawab, “”Memang benar, apakah engkau tidak membaca hal tersebut di dalam Al-Qur’an?””, yaitu firman-Nya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. (Al-Baqarah: 286) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. (Al-Baqarah: 286) Artinya, janganlah Engkau membebani kami dengan amal-amal yang berat, sekalipun kami sanggup mengerjakannya; seperti yang telah Engkau syariatkan kepada umat-umat terdahulu sebelum kami, berupa belenggu-belenggu dan beban-beban yang dipikulkan di pundak mereka.

Engkau telah mengutus Nabi-Mu yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi pembawa rahmat yang di dalam syariatnya Engkau telah memerintahkannya untuk menghapus semua beban tersebut, sebagai agama yang hanif, mudah, lagi penuh dengan toleransi. Telah disebutkan di dalam hadits shahih Muslim, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda bahwa setelah ayat itu diturunkan, Allah berfirman, “”Ya.”” Disebutkan dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda, “”Setelah ayat ini diturunkan, Allah berfirman, ‘Aku telah melakukannya’.”” Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan melalui berbagai jalur disebutkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Aku diutus dengan membawa agama yang hanif (cenderung kepada perkara yang hak) lagi samhah (penuh dengan toleransi/keringanan). Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. (Al-Baqarah: 286) Yakni dari beban, musibah, dan cobaan; atau janganlah Engkau menguji (mencoba) kami dengan cobaan yang tidak kuat kami hadapi.

Makhul telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. (Al-Baqarah: 286), Yaitu hidup melajang dan memperturutkan hawa nafsu; riwayat Ibnu Abu Hatim. Allah menjawab, “”Ya.”” Di dalam hadits lain Allah menjawab, “”Aku telah melakukan(nya).”” Beri maaflah kami. (Al-Baqarah: 286) Artinya, maafkanlah semua kelalaian dan kekeliruan kami menurut pengetahuan-Mu menyangkut semua hal yang terjadi antara kami dan Engkau.

ampunilah kami. (Al-Baqarah: 286) Yaitu atas semua kelalaian dan kekeliruan antara kami dan hamba-hamba-Mu, maka janganlah Engkau menampakkan kepada mereka keburukan-keburukan kami dan amal perbuatan kami yang tidak baik. dan rahmatilah kami. (Al-Baqarah: 286) Yakni untuk masa datang kami. Karena itu, janganlah Engkau jerumuskan kami ke dalam dosa yang lain berkat taufik dan bimbingan-Mu. Berangkat dari pengertian inilah maka mereka mengatakan bahwa sesungguhnya orang yang berdosa itu memerlukan tiga perkara, yaitu pemaafan dari Allah atas dosanya yang terjadi antara dia dengan Allah, dosanya ditutupi oleh Allah dari mata hamba-hamba-Nya hingga ia tidak dipermalukan di antara mereka, dan dipelihara oleh Allah hingga tidak lagi terjerumus ke dalam dosa yang serupa.

Dalam hadits yang lalu telah disebutkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Ya,”” dan dalam hadits yang lainnya disebutkan bahwa Allah berfirman, “”Telah Aku lakukan,”” sesudah ayat ini diturunkan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Engkaulah Penolong kami. (Al-Baqarah: 286) Artinya, Engkau adalah Pelindung dan Penolong kami; hanya kepada Engkaulah kami bertawakal, dan Engkaulah yang dimintai pertolongan, dan hanya kepada Engkaulah berserah diri; tiada daya dan tiada kekuatan bagi kami kecuali dengan pertolongan-Mu. maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (Al-Baqarah: 286) Yakni orang-orang yang ingkar kepada agama-Mu, ingkar kepada keesaan-Mu dan risalah Nabi-Mu, dan mereka menyembah selain-Mu serta mempersekutukan Engkau dengan seseorang di antara hamba-hamba-Mu.

Tolonglah kami terhadap mereka, dan jadikanlah akibat yang terpuji bagi kami atas mereka di dunia dan akhirat. Lalu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Ya.”” Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Ibnu Abbas, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Telah Aku lakukan.”” Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Musanna Ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, bahwa Mu’az apabila selesai dari bacaan surat ini yang diakhiri dengan fimnan-Nya: Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (Al-Baqarah: 286), maka ia selalu mengucapkan, “”Amin.”” Asar ini diriwayatkan pula oleh Waki’, dari Sufyan, dari Abu Ishaq, dari seorang lelaki, dari Mu’az ibnu Jabal. Disebutkan bahwa sahabat Mu’az ibnu Jabal apabila mengkhatamkan surat Al-Baqarah selalu mengucapkan, “”Amiin.””

Sumber : learn-quran.co

Al Baqarah :: Indeks Tema Al Baqarah :: Daftar Surat :: Ibnu Katsir

Ayo bagikan sebagai sedekah…   

  


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.