Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 284

Yuk bagikan infonya...

Al Baqarah :: Indeks Tema Al Baqarah :: Daftar Surat :: Ibnu Katsir

Al-Baqarah: 284

لِّلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِن تُبْدُوا مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Terjemahan

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tafsir (Ibnu Katsir)

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Allah subhanahu wa ta’ala memberitakan bahwa kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada padanya yang ada di antara keduanya.

Dia mengetahui semua yang ada di dalamnya, tiada yang samar bagi-Nya semua hal yang tampak dan yang tersembunyi serta yang tersimpan di dalam hati, sekalipun sangat kecil dan sangat samar. Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan pula bahwa Dia kelak akan melakukan hisab (perhitungan) terhadap hamba-hamba-Nya atas semua yang telah mereka lakukan dan mereka sembunyikan di dalam hati mereka. Seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: Katakanlah, “”Jika kalian menyembunyikan apa yang ada dalam hati kalian atau kalian melahirkannya, pasti Allah mengetahui.”” Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.

Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran: 29) Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (Thaha: 7) Ayat-ayat mengenai hal ini sangat banyak, dan dalam ayat ini disebutkan keterangan yang lebih, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala akan melakukan perhitungan terhadap hal tersebut. Karena itulah ketika ayat ini diturunkan, para sahabat merasa keberatan dan takut terhadap apa yang disebutkan oleh ayat ini serta takut terhadap hisab Allah yang akan dilakukan atas diri mereka menyangkut semua amal perbuatan mereka yang besar dan yang sekecil-kecilnya.

Perasaan ini timbul dalam hati mereka karena iman dan keyakinan mereka sangat kuat. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepadaku Abu Abdur Rahman (yakni Al-Ala), dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ayat berikut, yaitu firman-Nya: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan kalian itu.

Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Baqarah: 284) Maka hal ini terasa berat oleh sahabat-sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam Lalu mereka datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bersimpuh di atas lutut mereka seraya berkata, “”Wahai Rasulullah, kami telah dibebani amal-amal yang sudah memberatkan kami, yaitu shalat, puasa, jihad, dan sedekah (zakat), sedangkan telah diturunkan kepadamu ayat ini dan kami tidak kuat menyanggahnya.”” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang pernah dikatakan oleh kaum ahli kitab sebelum kalian, yaitu: “”Kami mendengarkan dan kami durhaka? “”Tidak, melainkan kalian harus mengatakan, “”Kami mendengar dan kami taat, kami mengharapkan ampunan-Mu, wahai Tuhan kami, dan hanya kepada-Mulah (kami) dikembalikan.”” Setelah kaum merasa tenang dengan ayat ini dan tidak mengajukan protes lagi, maka Allah menurunkan ayat berikut sesudahnya, yaitu firman-Nya: Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.

Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “”Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,””dan mereka mengatakan, “”Kami dengar dan kami taat.”” (Mereka berdoa), “”Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali. (Al-Baqarah: 285) Ketika mereka melakukan hal tersebut, lalu Allah me-nasakh-nya dengan firman-Nya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), “”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. (Al-Baqarah: 286), hingga akhir ayat.

Imam Muslim meriwayatkannya sendirian melalui hadits Yazid ibnu Zurai’, dari Rauh ibnul Qasim, dari Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, lalu ia menyebutkan hadits yang semisal. Lafaznya adalah seperti berikut, bahwa setelah mereka melakukan hukum tersebut, maka Allah me-nasakh-nya dan menurunkan firman-Nya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), “”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.”” (Al-Baqarah: 286) Maka Allah berfirman, “”Ya.”” Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. (Al-Baqarah: 286) Allah berfirman, “”Ya.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. (Al-Baqarah: 286) Allah berfirman, “”Ya.”” Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (Al-Baqarah: 286) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Ya.”” Hadits Ibnu Abbas mengenai masalah ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Adam ibnu Sulaiman, bahwa ia pernah mendengar Sa’id ibnu Jubair menceritakan hadits berikut dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan kalian itu. (Al-Baqarah: 284) Maka timbullah di dalam hati mereka sesuatu hal yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Katakanlah oleh kalian, “”Kami dengar, kami taat, dan kami berserah diri.”” Kemudian Allah memasukkan iman ke dalam kalbu mereka, dan menurunkan firman-Nya: Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), “”Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya,”” dan mereka mengatakan, “”Kami dengar dan kami taat.”” (Mereka berdoa), “”Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.”” (Al-Baqarah: 285) sampai dengan firman-Nya: maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (Al-Baqarah: 286) Demikian pula menurut apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, Abu Kuraib, Ishaq ibnu Ibrahim; ketiga-tiganya meriwayatkan hadits ini dari Waki’.

Hanya di dalam riwayatnya ditambahkan seperti berikut: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. (Al-Baqarah: 286) Maka Allah berfirman, “”Telah Aku lakukan.”” Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. (Al-Baqarah: 286) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Telah Aku lakukan.”” Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. (Al-Baqarah: 286) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Telah Kami lakukan.”” Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (Al-Baqarah: 286) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Telah Aku lakukan.”” Jalur lain dari Ibnu Abbas juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. “”: Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Humaid Al-A’raj, dari Mujahid yang mengatakan bahwa ia pernah masuk menemui Ibnu Abbas, lalu ia berkata, “”Wahai Abu Abbas, ketika aku berada di rumah Ibnu Umar, ia membacakan ayat ini, lalu ia menangis.”” Ibnu Abbas bertanya, “”Ayat apakah itu?”” Ia menjawab bahwa yang dimaksud adalah firman-Nya: Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya. (Al-Baqarah: 284) Maka Ibnu Abbas mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, semua sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertimpa kesusahan yang sangat, dan hati mereka sangat gundah gulana, lalu mereka berkata, “”Wahai Rasulullah, kami pasti binasa jika kami dihukum karena hal-hal yang kami ucapkan dan yang kami kerjakan.

Hal itu sudah wajar, tetapi hati kami tidak dapat menguasainya.”” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Katakanlah oleh kalian, “”Kami dengar dan kami taat.”” Maka mereka mengatakan, “”Kami dengar dan kami taat.”” Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa ayat tersebut di-mansukh oleh ayat berikut, yaitu firman-Nya: Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, (Al-Baqarah: 285) sampai dengan firman-Nya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Al-Baqarah: 286). Maka dimaafkan dari mereka apa yang tersimpan di dalam hati mereka, dan mereka hanya mendapat balasan dari amal perbuatan mereka saja. Jalur lain dari Ibnu Abbas diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Zaid, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id ibnu Murjanah; bahwa Ibnu Syihab pernah mendengar Sa’id ibnu Murjanah menceritakan hadits berikut, ketika dia sedang duduk bersama Abdullah ibnu Umar, maka Ibnu Umar membacakan firman-Nya: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi.

Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 284), hingga akhir ayat. Lalu ia mengatakan, “”Demi Allah, sekiranya kita dihukum oleh Allah disebabkan hal ini, niscaya kita akan binasa,”” kemudian ia menangis sehingga terdengar isakannya. Ibnu Murjanah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bangkit dan pergi menuju tempat Ibnu Abbas; ia menceritakan apa yang dikatakan oleh Ibnu Umar kepadanya setelah membaca ayat tersebut.

Maka Ibnu Abbas menjawab, “”Semoga Allah mengampuni Abu Abdur Rahman. Demi umurku, sesungguhnya kaum muslim pun merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan oleh Ibnu Umar ketika ayat tersebut diturunkan.”” Sesudah itu Allah menurunkan firman-Nya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah: 286), hingga akhir surat. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa bisikan tersebut merupakan hal yang tidak kuat disanggah oleh kaum muslim, dan pada akhirnya Allah memutuskan bahwa masing-masing diri memperoleh pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya, baik berupa ucapan ataupun perbuatan.

Jalur lain diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, dari Sufyan ibnu Husain, dari Az-Zuhri, dari Salim, bahwa ayah Salim pernah membaca firman-Nya: Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tenlang perbuatan kalian itu. (Al-Baqarah: 284) Maka berlinanganlah air matanya, lalu perbuatannya itu disampaikan kepada Ibnu Abbas.

Lalu Ibnu Abbas mengatakan, “”Semoga Allah merahmati Abu Abdur Rahman. Sesungguhnya dia telah melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ayat ini diturunkan. Kemudian ayat ini di-mansukh oleh ayat sesudahnya, yaitu firman-Nya: ‘Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al-Baqarah: 286).”” Jalur sanad ini berpredikat shahih dari Ibnu Abbas, dan telah ditetapkan pula yang bersumber dari Ibnu Umar sama dengan apa yang ditetapkan dari Ibnu Abbas. Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Khalid Al-Hazza, dari Marwan Al-Asgar, dari seorang lelaki sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menurut dugaanku (Imam Al-Bukhari) adalah Ibnu Umar, sehubungan dengan firman-Nya: Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya. (Al-Baqarah: 284) Ia mengatakan bahwa ayat ini di-mansukh oleh ayat sesudahnya.

Hal yang sama telah diriwayatkan pula dari Ali, Ibnu Mas’ud, Ka’b Al-Ahbar, Asy-Sya’bi, An-Nakha’i, Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi, Ikrimah, Sa’id ibnu Jubair, dan Qatadah, disebutkan bahwa ayat ini di-mansukh oleh ayat sesudahnya. Telah ditetapkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh jamaah di dalam kitab-kitab mereka yang enam melalui jalur Qatadah, dari Zurarah ibnu Abu Aufa, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah memaafkan aku buat umatku semua hal yang dibisikkan oleh hati mereka selagi hal itu tidak dikatakan atau dikerjakan.

Di dalam hadits Shahihain melalui Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Allah berfirman, “”Apabila hamba-Ku berniat untuk melakukan suatu perbuatan yang buruk, maka janganlah kalian (para malaikat) mencatatkan hal itu terhadapnya; dan jika dia mengerjakannya, maka catatkanlah hal itu sebagai satu keburukan. Apabila dia berniat hendak mengerjakan suatu kebaikan dan ia tidak mengerjakannya, maka catatkanlah hal itu sebagai satu kebaikan; dan jika dia mengerjakannya, maka catatkanlah hal itu pahala sepuluh kebaikan.

Lafal hadits ini menurut Imam Muslim. Dan dia meriwayatkannya sendiri melalui jalur Ismail ibnu Jafar, dari Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu: Allah berfirman, “”Apabila hamba-Ku berniat untuk melakukan suatu kebaikan dan ia tidak mengerjakannya, maka Aku catatkan hal itu untuknya sebagai satu kebaikan; dan jika dia mengerjakannya, maka aku catatkan untuknya pahala sepuluh kebaikan, sampai tujuh ratus kali lipat.

Dan jika dia berniat hendak mengerjakan suatu keburukan, dan ternyata dia tidak mengerjakannya, maka Aku tidak mencatatkan apa pun terhadapnya. Dan jika dia mengerjakan, maka Aku catatkan sebagai suatu keburukan.”” Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Hammam ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa Abu Hurairah pernah menceritakan kepada kami hadits berikut dari Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu: Allah berfirman, “”Apabila hamba-Ku berniat hendak mengerjakan suatu kebaikan, maka Aku mencataikan baginya suatu kebaikan selama dia belum mengerjakannya; dan jika dia mengerjakannya, maka Aku catatkan baginya sepuluh pahala yang semisal dengan amal baiknya.

Dan apabila dia berniat hendak mengerjakan suatu keburukan, maka Aku mengampuni hal itu baginya selagi dia tidak mengerjakannya. Dan jika dia mengerjakannya, maka Aku mencatatkan hal itu baginya hal yang semisal (dengan) keburukannya.”” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: Para malaikat berkata, “”Wahai Tuhan, hamba-Mu itu hendak melakukan suatu amal keburukan?”” Sedangkan Dia lebih melihat tentangnya. Maka Dia berfirman, “”Awasilah dia, jika dia mengerjakan keburukan itu, maka catatkanlah baginya hal yang semisal dengan keburukannya. Dan jika dia meninggalkannya, maka catatkanlah baginya pahala satu kebaikan, karena sesungguhnya dia meninggalkan keburukan itu (tidak mengerjakannya) karena demi Aku.”” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: Apabila seseorang berbuat baik dalam Islamnya, maka sesungguhnya setiap amal kebaikan yang dikerjakannya dicatatkan baginya pahala sepuluh kebaikan yang serupa hingga tujuh ratus kali lipat, sedangkan setiap keburukan dicatatkan hal yang semisal dengan keburukannya, hingga ia bersua dengan Allah subhanahu wa ta’ala (di hari kiamat).

Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Muhammad ibnu Rafi’, dari Abdur Razzaq dengan konteks dan lafal yang sama, tetapi sebagian darinya terdapat pula di dalam Shahih Al-Bukhari. Imam Muslim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Ahmar, dari Hisyam, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Barang siapa yang berniat melakukan suatu kebaikan, lalu ia tidak melakukannya, maka dicatatkan baginya pahala satu kebaikan.

Dan barang siapa yang berniat melakukan suatu kebaikan, lalu ia mengerjakannya, maka dicatatkan baginya pahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus (kali lipat). Dan barang siapa yang berniat akan melakukan suatu kejahatan, lalu ia tidak mengerjakannya, maka tidak dicatatkan (apa pun) terhadapnya; tetapi jika dia mengerjakannya, maka kejahatan itu dicatatkan terhadapnya. Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim sendiri di antara para pemilik kitab sunnah, sedangkan yang lainnya tidak.

Imam Muslim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Syaiban ibnu Farukh, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, dari Al-Ja’d Abu Usman, telah menceritakan kepada kami Abu Raja Al-Utaridi, dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya yang menceritakan dari Tuhannya hal berikut, yaitu: Sesungguhnya Allah mencatat semua amal baik dan amal buruk, kemudian Dia menjelaskan hal tersebut, bahwa barang siapa yang berniat akan melakukan suatu amal baik, lalu ia tidak mengerjakannya, maka Allah mencatatkan di sisi-Nya pahala suatu kebaikan penuh.

Dan jika ia berniat akan mengerjakannya, lalu ia mengerjakannya, maka Allah mencatatkan di sisi-Nya (pahala) sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai penggandaan yang banyak (buat pelakunya). Dan jika dia berniat akan mengerjakan suatu keburukan, lalu dia tidak mengerjakannya, maka Allah mencatatkan hal itu di sisi-Nya pahala satu kebaikan. Dan jika dia berniat akan melakukannya, lalu ia mengerjakannya, maka Allah mencatatkan hal itu di sisi-Nya satu amal keburukan.

Imam Muslim meriwayatkan pula dari Yahya ibnu Yahya, dari Ja’far ibnu Sulaiman, dari Al-Ja’d (yaitu Abu Usman) dalam sanad ini, yang isinya semakna dengan hadits Abdur Razzaq, hanya di dalam riwayat ini ditambahkan: Lalu Allah menghapuskan Catatan amal buruk itu, dan tiada yang dibinasakan oleh Allah kecuali orang yang ditakdirkan binasa. Di dalam hadits Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah disebutkan seperti berikut: Sejumlah orang dari kalangan sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, lalu mereka bertanya kepadanya, untuk itu mereka berkata, “”Sesungguhnya kami merasakan di dalam hati kami sesuatu yang sangat berat dikatakan oleh seseorang dari kami.”” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “”Apakah kalian benar-benar telah merasakannya?”” Mereka menjawab, “”Ya.”” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “”Itulah tandanya iman yang jelas.”” Lafal hadits ini menurut Imam Muslim.

Menurut Imam Muslim pula melalui jalur Al-A’masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan hal yang sama. Imam Muslim meriwayatkan pula melalui hadits Mugirah, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Pernah ditanya mengenai waswas. Maka beliau bersabda: Hal itu merupakan pertanda iman yang jelas. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan itu. (Al-Baqarah: 284) Sesungguhnya ayat ini tidak di-mansukh Tetapi bila Allah menghimpun semua makhluk di hari kiamat, maka Dia berfirman, “”Sesungguhnya Aku akan memberitahukan kepada kalian apa yang kalian sembunyikan di dalam hati kalian hingga para malaikat-Ku tidak mengetahuinya.”” Adapun terhadap orang-orang mukmin, maka Allah memberitahukan kepada para malaikat apa yang dibisikkan di dalam hati mereka, tetapi Allah memberikan ampunan-Nya bagi mereka.

Hal ini disebutkan di dalam firman-Nya: niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan kalian itu. (Al-Baqarah: 284) Adapun terhadap orang-orang yang bimbang dan ragu, maka Allah memberitahukan kepada para malaikat apa yang disembunyikan oleh mereka di dalam hatinya, yaitu berupa kedustaan. Hal ini diungkapkan oleh firman-Nya: Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 284) Juga disebutkan oleh firman-Nya: tetapi Allah menghukum kalian disebabkan (sumpah kalian) yang disengaja (untuk bersumpah) di dalam hati kalian. (Al-Baqarah: 225) Yakni berupa keraguan dan kemunafikan.

Al-Aufi dan Adh-Dhahhak meriwayatkan pula hal yang hampir semakna dengan atsar ini. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid dan Adh-Dhahhak hal yang semisal. Disebutkan dari Al-Hasan Al-Basri, bahwa ia pernah mengatakan ayat ini muhkam (masih berlaku hukumnya) dan tidak di-mansukh. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Ibnu Jarir dalam alasannya yang mengatakan bahwa adanya hisab bukan berarti pasti adanya hukuman; dan Allah subhanahu wa ta’ala adakalanya melakukan hisab, kemudian memberikan ampunan; dan adakalanya melakukan hisab, lalu mengazab, berdasarkan kepada hadits yang diriwayatkannya dalam tafsir ayat ini, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ubay, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Abdi, dari Sa’id ibnu Hisyam.

Telah menceritakan kepadaku (kata Ibnu Jarir) Ya’qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ulayyah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Hisyam. Keduanya mengatakan dalam hadisnya masing-masing bahwa mereka meriwayatkannya dari Qatadah, dari Safwan ibnu Muharriz yang menceritakan bahwa ketika kami sedang melakukan tawaf di Baitullah bersama Abdullah ibnu Umar yang juga sedang melakukan tawaf, tiba-tiba muncullah seorang lelaki menghadangnya, lalu bertanya, “”Wahai Ibnu Umar, apakah yang telah engkau dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai masalah najwa (bisikan)?”” Maka ia menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Orang mukmin mendekat kepada Tuhannya, lalu Allah subhanahu wa ta’ala meletakkan hijab-Nya pada dia, kemudian membuatnya mengakui semua dosa-dosanya. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepadanya, “”Tahukah kamu dosa anu?”” Ia menjawab, “”Wahai Tuhanku, aku mengakuinya”” (sebanyak dua kali), hingga sampailah pertanyaan Allah kepadanya ke tahap apa yang dikehendaki-Nya.

Setelah itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “”Sesungguhnya Aku sekarang telah menutupi (mengampuni)nya darimu ketika di dunia, dan sesungguhnya pada hari ini pun Aku mengampuninya bagimu.”” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “”Maka Allah memberikan lembaran atau Catatan amal-amal baiknya dengan tangan kanan (kekuasaan)-Nya. Adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafik, maka diserukan kepada mereka di hadapan para saksi (semua makhluk), ‘Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka.’ Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim”” (Hud: 18). Hadits ini diketengahkan di dalam kitab Shahihain dan selain keduanya, melalui berbagai jalur dari Abu Qatadah dengan lafal yang sama. ] Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari ayahnya yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Siti Aisyah tentang ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan kalian itu. (Al-Baqarah: 284) Maka Siti Aisyah menjawab, “”Tidak ada seorang pun yang menanyakannya semenjak aku telah menanyakannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”” Rasulullah SAW bersabda: hal ini merupakan mubaya’ah (tawar-menawar) antara Allah dengan hamba-Nya, sedangkan si hamba terkena demam dan penyakit; dan ternyata si hamba kehilangan barang dagangannya, padahal ia meletakkannya pada kantong baju jubahnya.

Kemudian si hamba menemukan kembali barang dagangannya berada di kantongnya. Sesungguhnya orang mukmin itu benar-benar keluar dari dosanya sebagaimana emas yang merah dikeluarkan. Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Ibnu Jarir melalui jalur Hammad ibnu Salamah dengan lafal yang sama. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib, kami tidak mengenalnya kecuali melalui hadits Hammad ibnu Salamah.

Menurut kami, guru Hammad ibnu Salamah adalah Ali ibnu Zaid ibnu Jad’an; orangnya dha’if dan gharib dalam periwayatannya. Dia meriwayatkan hadits ini dari ibu tirinya yang bernama Ummu Muhammad (yaitu Umayyah binti Abdullah), dari Siti Aisyah. Di dalam kitab-kitab hadits tidak terdapat hadits lainnya dari Umayyah binti Abdullah dari Siti Aisyah kecuali hanya hadits ini.

Sumber : learn-quran.co

Al Baqarah :: Indeks Tema Al Baqarah :: Daftar Surat :: Ibnu Katsir

Ayo bagikan sebagai sedekah…   

  


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.