Tafsir Surat Al Isra Ayat 79 

Yuk bagikan infonya...

DAFTAR SURAT | IBNU KATSIR

QS. Al-Isra: 79

وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحۡمُودًا

“Pada sebagian malam lakukanlah salat tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” QS. Al-Isra: 79

TAFSIR IBNU KATSIR

Surat Al-Isra Ayat 79

Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). Dan pada sebagian malam hari, salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengerjakan salat-salat fardu dalam waktunya masing-masing. Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir. (Al-Isra: 78) Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan dulukusy syamsi ialah tenggelamnya matahari, menurut ibnu Mas’ud, Mujahid, dan ibnu Zaid. Hasyim telah meriwayatkan dari Mugirah, dari Asy-Sya’bi, dari ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan dulukusy syams ialah sesudah matahari tergelincir dari pertengahan langit.

Nafi’ meriwayatkan pendapat ini dari Ibnu Umar, dan Malik di dalam tafsirnya meriwayatkannya dari Az-Zuhri, dari Ibnu Umar. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Barzah Al-Aslami yang juga merupakan riwayat lain dari Ibnu Mas’ud dan Mujahid. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan, Ad-Dahhak, Abu Ja’far Al-Baqir serta Qatadah, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Di antara dalil yang mendukung pendapat ini ialah sebuah hadis yang diriwayatkan melalui Ibnu Humaid: dari Al-Hakam ibnu Basyir, bahwa telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Ibnu Abu Laila, dari seorang lelaki, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa ia pernah mengundang Rasulullah Saw. dan sebagian sahabat yang dekat dengannya untuk suatu jamuan makan yang diadakannya. Mereka selesai dari jamuan makan itu saat matahari tergelincir, lalu Rasulullah Saw. keluar dan bersabda: Hai Abu Bakar, keluarlah, ini adalah saat matahari baru tergelincir. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui Sahl ibnu Bakkar, dari Abu Uwwanah, dari Al-Aswad ibnu Qais, dari Nabih Al-Anazi, dari Jabir, dari Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal.

Dengan demikian, berarti ayat ini mengandung makna keterangan tentang salat lima waktu. Dan firman-Nya yang mengatakan: dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam. (Al-Isra: 78) Yang dimaksud dengan gasaqil lail ialah gelapnya malam hari, dan menurut pendapat lain artinya terbenamnya matahari. Dapat disimpulkan dari makna ayat ini waktu lohor, asar, dan magrib serta isya. Firman Allah Swt.: dan (dirikanlah pula salat) Subuh. (Al-Isra: 78) Yang dimaksud dengan qura-nal fajri ialah salat Subuh.

Telah disebutkan di dalam sunnah dari Rasulullah Saw. secara mutawatir melalui perbuatan dan ucapannya yang merincikan waktu-waktu salat tersebut, seperti apa yang sekarang dilakukan oleh semua pemeluk agama Islam. Mereka menerimanya secara turun-temurun dari suatu generasi ke generasi lain yang sesudahnya. Penjelasan secara rinci mengenai hal ini disebutkan di dalam bagiannya sendiri (yaitu kitab-kitab fiqih). Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al- Isra: 78) Al-A’masy telah meriwayatkan dari Ibrahim, dari Ibnu Mas’ud, dan ia juga telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh, sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) Bahwa salat Subuh itu disaksikan oleh para malaikat yang telah bertugas di malam hari dan para malaikat yang akan bertugas di siang hari.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah dan Sa’id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi Saw. telah bersabda: Keutamaan salat berjamaah atas salat sendirian ialah dua puluh lima derajat, dan malaikat yang bertugas di malam hari dan yang bertugas di siang hari berkumpul dalam salat Subuh. Kemudian Abu Hurairah berkata, “Bacalah jika kalian suka membacanya,” yaitu firman Allah Swt.: dan (dirikanlah pula salat) Subuh.

Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) “. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Asbat telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi Saw. Dan telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) Nabi Saw. bersabda: Salat Subuh disaksikan oleh para malaikat yang telah bertugas di malam hari dan para malaikat yang akan bertugas di siang hari. Imam Turmuzi, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya dari Ubaid ibnu Asbat ibnu Muhammad, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih hasan. Menurut lafaz lain yang ada di dalam kitab Sahihain melalui jalur Malik, dari Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Malaikat malam hari dan malaikat siang hari silih berganti kepada kalian, dan mereka bersua di dalam salat Subuh dan salat Asar, kemudian para malaikat yang bertugas pada kalian di malam hari naik (ke langit), lalu Tuhan mereka Yang lebih mengetahui menanyai mereka tentang kalian, “Bagaimanakah keadaan hamba-hamba-Ku saat kalian tinggalkan? Mereka menjawab, “Kami datangi mereka sedang mengerjakan salat, dan kami tinggalkan mereka sedang mengerjakan salat.

Abdullah ibnu Mas’ud mengatakan bahwa kedua malaikat penjaga bersua dalam salat Subuh. Para malaikat yang telah berjaga naik ke langit, sedangkan para malaikat yang baru datang tetap tinggal menggantikannya. Hai yang sama telah dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha’i, Mujahid, Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang sehubungan dengan tafsir ayat ini. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam bab ini ia ketengahkan melalui hadis Al-Lais ibnu Sa’d, dari Ziyadah, dari Muhammad ibnu Ka’b A!-Qurazi, dari Fudalah ibnu Ubaid, dari Abu Darda, dari Rasulullah Saw. lalu ia menyebutkan tentang hadis turunnya para malaikat penjaga itu, yang di dalamnya antara lain disebutkan bahwa Allah Swt. berfirman: Barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku memberikan ampun baginya; dan barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku akan memberinya; dan barang siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankan baginya hingga fajar terbit.

Karena itulah maka dalam ayat ini disebutkan oleh Firman-Nya: dan (dirikanlah pula salat) Subuh. Sesungguhnya salat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra: 78) Allah menyaksikannya, begitu pula para malaikat malam hari dan para malaikat siang hari. Adanya tambahan ini dalam riwayat Ibnu Jarir, hanya dia sendirilah yang meriwayatkannya, dan ia mempunyai syahid yang mengatakan ini terdapat di dalam kitab Sunnah Abu Daud. Firman Allah Swt.: Dan pada sebagian malam hari, salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. (Al-Isra: 79) Ayat ini merupakan perintah dari Allah kepada Nabi Saw. untuk mengerjakan salat sunat malam hari sesudah salat fardu.

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis melalui Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw., bahwa Rasulullah Saw., pernah ditanya mengenai salat yang paling utama sesudah salat fardu. Maka beliau Saw. menjawab melalui sabdanya: salat sunat malam hari. Karena itulah maka Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menghidupkan malam hari dengan salat sunat tahajud. Makna tahajud ialah salat yang dikerjakan sesudah tidur. Demikianlah menurut pendapat Alqamah, Al-Aswad, Ibrahim An-Nakha’i, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Dan inilah pengertian yang dikenal di dalam bahasa Arab. Hal yang sama telah disebutkan di dalam banyak hadis dari Rasulullah Saw. yang menyebutkan bahwa beliau melakukan salat tahajudnya sesudah tidur.

Hal ini diriwayatkan melalui Ibnu Abbas dan Siti Aisyah serta sahabat-sahabat lainnya, semuanya itu diterangkan secara rinci di tempatnya sendiri. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa tahajud ialah salat yang dilakukan sesudah salat Isya. Pendapat ini mempunyai interpretasi salat yang dikerjakan sesudah tidur terlebih dahulu. Para ulama berbeda pendapat mengenai makna firman-Nya: sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. (Al-Isra: 79) Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah bahwa Engkau secara khusus wajib melakukan hal itu.

Maka mereka menganggapnya sebagai suatu kewajiban khusus bagi Nabi Saw. sendiri, tidak bagi umatnya. Demikianlah menurut pendapat yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Inilah yang dikatakan oleh salah satu pendapat di antara dua pendapat yang ada di kalangan ulama, juga menurut salah satu pendapat Imam Syafi’i, dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut pendapat lain, susungguhnya mengerjakan salat sunat malam hari dianggap sebagai ibadah tambahan khusus baginya, mengingat semua dosa Nabi Saw. telah diampuni, baik yang terdahulu maupun yang kemudian. Sedangkan bagi selain Nabi Saw. yaitu umatnya salat sunat itu dapat menghapuskan dosa-dosanya. Demikianlah menurut Mujahid. Pendapat ini disebutkan di dalam kitab Musnad melalui riwayat Abu Umamah Al-Bahlil r.a. Firman Allah Swt.: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Aku lakukan perintah ini kepadamu untuk menempatkanmu di hari kiamat kelak pada kedudukan yang terpuji.

Semua makhluk akan memujimu, begitu pula Tuhan yang menciptakan mereka semua. Ibnu Jarir mengatakan, kebanyakan ulama ahli takwil mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji ini ialah kedudukan yang diperoleh Nabi Saw. pada hari kiamat nanti, yaitu memberikan syafaat bagi umat manusia, agar Tuhan mereka membebaskan mereka dari kesengsaraan hari itu. Pendapat ulama yang mengatakannya sebagai kedudukan syafaat “. Telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Silah ibnu Zufar, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa manusia (kelak di hari kiamat) dikumpulkan di suatu tempat yang datar, suara penyeru terdengar oleh mereka dan pandangan mata mereka tembus (tiada yang menghalanginya).

Mereka semua dalam keadaan telanjang dan tak beralas kaki, persis seperti ketika mereka baru dicipta-kan (dilahirkan). Mereka semua dalam keadaan berdiri, tiada seorang pun yang berani berbicara melainkan dengan seizin-Nya. Allah Swt. berseru, “Hai Muhammad!” Nabi Saw. menjawab: Labbaika wa sa’daika, semua kebaikan berada di Tangan-Mu, dan semua keburukan tidak pantas disandarkan kepada-Mu. Orang yang beroleh hidayah hanyalah orang yang Engkau beri hidayah. Hamba-Mu sekarang berada di hadapan-Mu, berasal dari (ciptaan)-Mu dan kembali kepada-Mu. Tiada jalan selamat dan tiada tempat berlindung dari murka-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Mahasuci lagi Mahatinggi dan Mahaagung Engkau, wahai Tuhan Pemilik Ka’bah.

Inilah yang dimaksud dengan kedudukan terpuji yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya itu. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Bandar, dari Gundar, dari Syu’bah, dari Abu Ishaq dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Abdur Razzaq, dari Ma’mar dan As-Sauri, dari Abu Ishaq dengan sanad yang sama. Ibnu Abbas mengatakan bahwa kedudukan yang terpuji ini adalah kedudukan syafaat. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid.

Pendapat yang sama dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri. Qatadah mengatakan bahwa Nabi Saw. adalah orang yang mula-mula dibangkitkan dari kuburnya di hari kiamat, dan beliau adalah orang yang mula-mula memberi syafaat. Ahlul ‘ilmi berpendapat bahwa hal inilah yang dimaksud oleh Allah dengan kedudukan yang terpuji di dalam firman-Nya: mudah-mudah Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Menurut kami, sesungguhnya Rasulullah Saw. mempunyai beberapa kemuliaan di hari kiamat yang tidak ada seorang pun yang menandinginya. Sebagaimana beliau pun memiliki beberapa keutamaan yang tiada seorang pun dapat menyainginya, yaitu seperti berikut: Nabi Saw. adalah orang yang mula-mula dibangkitkan dari kuburnya. Nabi Saw. dibangkitkan dalam keadaan berkendaraan menuju Padang Mahsyar. Nabi Saw. adalah pemegang panji yang bernaung di bawahnya Nabi Adam a.s. dan nabi-nabi lain sesudahnya, semuanya berada di bawah panjinya. Nabi Saw. mempunyai telaga (Kausar) yang di tempat perhentian itu tiada sesuatu pun yang lebih banyak pendatangnya daripada telaga yang dimilikinya. Nabi Saw. pemegang syafa’atul ‘uzma di sisi Allah agar Allah mau datang untuk memutuskan peradilan di antara makhluk-Nya. Yang demikian itu terjadi sesudah semua manusia meminta kepada Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, lalu Isa; masing-masing dari mereka mengatakan, “Saya bukanlah orangnya.Akhirnya mereka datang kepada Nabi Muhammad Saw. Maka Nabi Saw. bersabda: Akulah orangnya, akulah orangnya.

Mengenai pembahasan masalah ini kami sebutkan nanti secara rinci. Keistimewaan lainnya yang dimiliki oleh Nabi Saw. ialah memberikan syafaat kepada sejumlah kaum, padahal kaum-kaum itu telah diperintahkan untuk diseret ke dalam neraka, akhirnya mereka diselamatkan darinya. Umat Nabi Saw. adalah umat yang paling pertama menerima ke-putusan dari Allah dalam peradilan-Nya di antara sesama mereka. Dan mereka adalah umat yang mula-mula melewati sirat bersama nabinya. Nabi Saw. adalah orang yang mula-mula diberi syafaat oleh Allah untuk masuk ke dalam surga, seperti yang disebutkan di dalam hadis sahih Muslim. Di dalam hadis sur (sangkakala) disebutkan bahwa semua orang mukmin tidak dapat masuk surga kecuali dengan syafaat dari Nabi Saw. Nabi Saw. adalah orang yang mula-mula masuk surga bersama umatnya sebelum umat-umat lainnya. Nabi Saw. memberikan syafaat untuk meninggikan derajat sejumlah kaum yang amal perbuatan mereka tidak dapat mencapainya. Nabi Saw. adalah pemilik wasilah yang merupakan kedudukan tertinggi di surga. Kedudukan ini tidak layak disandang kecuali hanya oleh Nabi Saw. sendiri. Apabila Allah Swt. telah memberikan izin untuk memberi syafaat kepada orang-orang yang durhaka, maka barulah para malaikat, para nabi, dan kaum mukmin memberikan syafaatnya masing-masing. Nabi Saw. memberikan syafaatnya kepada sejumlah besar makhluk yang tiada seorang pun mengetahui bilangannya kecuali hanya Allah Swt. Tiada seorang pun yang dapat menyamainya dan setara dengan dia dalam hal memberi syafaat. Saya telah menjelaskan masalah ini secara rinci di dalam kitab As-Sirah pada Bab “Al-Khasais” (kitab lain karya tulis Ibnu Kasir).

Berikut ini akan kami ketengahkan hadis-hadis yang menyebutkan tentang Kedudukan yang Terpuji ini. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aban, telah menceritakan kepada kami Abul Ahwas, dari Adam ibnu Ali; ia pernah mendengar Ibnu Umar mengatakan bahwa sesungguhnya manusia itu kelak di hari kiamat semuanya berlutut, setiap umat mengikuti nabinya masing-masing. Mereka mengatakan, “Hai Fulan, berilah syafaat.

Hai Fulan, berilah syafaat!” Hingga sampailah syafaat kepada Nabi Saw., hanya dialah yang dapat memberikannya. Yang demikian itu terjadi di hari Allah mendudukkannya di tempat yang terpuji. Hamzah ibnu Abdullah meriwayatkannya dari ayahnya, dari Nabi Saw. “. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, telah menceritakan kepada kami Syu’aib ibnul Lais, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ubaidillah ibnu Abu Ja’far yang mengatakan, ia pernah mendengar Hamzah ibnu Abdullah ibnu Umar mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya matahari (kelak di hari kiamat) benar-benar dekat sehingga keringat (manusia) sampai sebatas pertengahan telinga (mereka).

Ketika mereka dalam keadaan demikian, mereka meminta tolong kepada Adam, maka Adam menjawab, “Saya bukanlah orang yang memiliki syafaat itu.” Kemudian kepada Musa. Musa menjawab dengan kata-kata yang sama (seperti yang dikatakan Adam). Dan akhirnya kepada Nabi Muhammad Saw. Maka Nabi Saw. memberikah syafaatnya kepada makhluk. Lalu beliau berjalan (menuju surga) dan memegang halgah (pegangan) pintu surga. Pada saat itulah Allah menempatkannya pada kedudukan yang terpuji. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Bab “Zakat” melalui Yahya ibnu Bukair dan Alqamah, dari Abdullah ibnu Saleh, keduanya dari Al-Lais ibnu Sa’d dengan sanad yang sama. Hanya dalam riwayat ini ditambahkan: “.

Bahwa pada hari itu Allah menempatkannya pada kedudukan yang terpuji, semua makhluk yang ada di tempat pemberhentian memujinya. “. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Ali ibnu Ayyasy, telah menceritakan kepada kami Syu’aib ibnu Abu Hamzah, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barangsiapa yang mengucapkan doa berikut ketika mendengar suara azan, yaitu: “Ya Allah, Tuhan seruan yang sempurna ini dan salat yang didirikan, berikanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, dan angkatlah dia ke kedudukan yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan kepadanya, maka ia akan mendapat syafaatku kelak di hari kiamat.

Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara munfarid, tanpa Imam Muslim. Hadis Ubay ibnu Ka’b. Imam Ahmad telah mengatakan,, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Zuhair ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail ibnu Ubay ibnu Ka’b, dari ayahnya, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Apabila hari kiamat tiba, saya menjadi pemimpin para nabi, khatib (pembicara) mereka, dan pemilik syafaat mereka, tanpa membanggakan diri. Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini melalui riwayat Abu Amir Abdul Malik ibnu Amr Al-Aqdi.

Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil dengan sanad yang sama. Dalam pembahasan terdahulu dalam hadis Ubay ibnu Ka’b mengenai bacaan Al-Qur’an yang terdiri atas tujuh dialek disebutkan bahwa di akhir hadis tersebut dikatakan: “: Maka aku .berdoa, “Ya Allah, berilah ampun kepada umatku.

Ya Allah, berilah ampun kepada umatku, dan aku tangguhkan permintaan yang ketiga buat suatu hari yang di hari itu semua makhluk memerlukan pertolonganku hingga Nabi Ibrahim a.s. Hadis Anas ibnu Malik. “. “. -: “. “: -: -: “. “. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Abu Arubah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: bahwa pada hari kiamat orang-orang mukmin berkumpul setelah mereka mengalami penderitaan tersebut.

Lalu mereka berkata, “Sebaiknya kita meminta syafaat kepada Tuhan, agar Dia membebaskan kita dari tempat yang penuh dengan penderitaan ini.” Maka mereka datang kepada Adam dan berkata, “Hai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah telah menciptakanmu dengan tangan-Nya sendiri, dan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, serta Allah telah mengajarkan kepadamu nama segala sesuatu. Maka mohonkanlah syafaat buat kami kepada Tuhanmu agar Dia membebaskan kita dari tempat kita ini.” Nabi Adam menjawab mereka, “Saya bukanlah orang yang kalian harapkan”, lalu Adam menyebutkan dosa yang pernah dilakukannya, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan Yang Mahaagung lagi Mahamulia untuk meminta syafaat itu.

Lalu ia berkata, “Sebaiknya kalian datang kepada Nuh, karena dia adalah rasul yang mula-mula diutus oleh Allah untuk penduduk bumi.” Maka mereka datang kepada Nabi Nuh, lalu ia menjawab, “Saya bukanlah orang yang dapat kalian harapkan,” kemudian Nabi Nuh menyebutkan suatu kesalahan, yaitu ia pernah meminta kepada Tuhan sesuatu yang tiada pengetahuan baginya tentang hal ifu, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan untuk meminta syafaat yang mereka minta itu.

Dan Nuh a.s. mengatakan, “Sebaiknya kalian pergi kepada Nabi Ibrahim a.s., kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah.” Mereka datang kepada Nabi Ibrahim a.s., tetapi Nabi Ibrahim a.s. menjawab, “Saya bukanlah orang yang kalian maksudkan. Sebaiknya datanglah kalian kepada Musa, seorang hamba yang pernah diajak bicara langsung oleh Allah dan Allah telah memberinya kitab Taurat.” Mereka datang kepada Musa, tetapi Musa menjawab, “Saya bukanlah orang yang kalian maksudkan,” lalu Musa menyebutkan bahwa ia pernah membunuh seseorang tanpa mendapat balasan qisas, sehingga ia merasa malu kepada Tuhan untuk meminta syafaat yang mereka kehendaki itu.

Dan ia mengatakan, “Sebaiknya datanglah kalian kepada Isa, hamba dan Rasul Allah, serta kalimah dan roh-Nya.” Mereka datang kepada Isa, tetapi Isa berkata, “Saya bukanlah orang yang kalian maksudkan. Sebaiknya datanglah kamu kepada Muhammad, seorang hamba yang telah diberi ampun oleh Allah Swt. atas semua dosanya yang terdahulu dan yang kemudian.” Mereka datang kepadaku menurut Al-Hasan terjadi perubahan dalam ungkapan hadis lalu aku bangkit dan berjalan di antara dua barisan kaum mukmin Anas melanjutkan kisahnyasehingga aku menghadap kepada Tuhan dan meminta izin untuk bersua dengan-Nya.

Manakala aku melihat Tuhanku, maka aku menjatuhkan diri (menyungkur) bersujud kepada Tuhanku, dan Tuhanku membiarkan diriku dalam keadaan seperti itu selama apa yang Dia kehendaki. Kemudian Allah Swt. berfirman, “Hai Muhammad, angkatlah mukamu. Katakanlah, perkataanmu didengar. Dan mintalah syafaat, kamu diberi izin untuk memberi syafaat. Dan mintalah, pasti kamu diberi apa yang kamu minta!” Maka aku mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Lalu aku memberi syafaat, dan Allah memberikan batasan jumlah tertentu kepadaku, maka aku masukkan mereka ke dalam surga.

Kemudian aku kembali kepada-Nya untuk kedua kalinya; dan apabila aku melihat-Nya, maka aku menjatuhkan diri atau menyungkur bersujud kepada-Nya, dan Dia membiarkan diriku dalam keadaan demikian selama apa yang dikehendaki-Nya. Lalu Allah Swt. berfirman, “Angkatlah mukamu, hai Muhammad. Katakanlah, perkataanmu pasti didengar. Mintalah, permintaanmu pasti dikabulkan. Dan mintalah syafaat, engkau akan diberi izin untuk memberi syafaat!” Maka aku mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memberi syafaat, dan Dia memberikan batasan kepadaku jumlah tertentu, lalu aku masukkan mereka ke dalam surga.

Kemudian aku kembali kepada-Nya untuk ketiga kalinya; dan manakala aku melihat-Nya, maka aku menjatuhkan diri atau menyungkur bersujud kepada-Nya. Dia membiarkan diriku dalam keadaan seperti itu selama apa yang Dia kehendaki. Sesudah itu Allah Swt. berfirman, “Hai Muhammad, angkatlah mukamu. Katakanlah, perkataanmu pasti di dengar. Mintalah, permintaanmu pasti diberikan. Dan mintalah syafaat, tentulah kamu diberi izin untuk memberi syafaat!” Maka aku mengangkat mukaku dan memuji-Nya dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku.

Kemudian saya memberikan syafaat, dan Dia memberikan batasan sejumlah orang tertentu kepadaku, maka aku masukkan mereka ke dalam surga. Selanjutnya aku kembali kepada-Nya untuk keempat kalinya dan mengatakan kepada-Nya, “Wahai Tuhanku, tiada yang tersisa lagi selain orang-orang yang ditahan di dalam neraka oleh Al-Qur’an.” Sahabat Anas telah menceritakan kepada kami bahwa Nabi Saw. bersabda: Maka dikeluarkanlah dari neraka orang yang pernah mengucapkan “Tidak ada Tuhan selain Allah”, dan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan seberat biji gandum.

Kemudian dikeluarkan pula dari neraka orang yang pernah mengucapkan “Tidak ada Tuhan selain Allah”, sedangkan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan sebesar biji jewawut. Kemudian dikeluarkan pula dari neraka orang yang pernah mengucapkan “Tidak ada Tuhan selain Allah”, sedangkan di dalam hatinya terdapat sedikit kebaikan sebesar semut yang paling kecil. Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui riwayat Syu’bah dengan sanad yang sama.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui Affan, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas dengan teks yang cukup panjang. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Harb ibnu Maimun Abul Khattab Al-Ansari; dari An-Nadr ibnu Anas, dari Anas yang menceritakan, Nabi Saw. pernah bercerita kepadanya: bahwa sesungguhnya Nabi Saw. benar-benar sedang berdiri menunggu umatnya yang sedang menyeberangi sirat. Tiba-tiba datanglah Nabi Isa kepadanya dan mengatakan, “Sesungguhnya nabi-nabi ini datang kepadamu, wahai Muhammad, untuk meminta tolong kepadamu atau berkumpul kepadamu.

Mereka memohon kepada Allah agar Dia memberikan keputusan peradilan-Nya di antara sesama umat menurut apa yang dikehendaki-Nya karena kesusahan yang sedang mereka alami. Semua makhluk tenggelam di dalam keringatnya; orang mukmin terendam oleh keringatnya sampai batas telinganya, adapun orang kafir diliputi oleh kematian (yakni tenggelam seluruhnya).” Maka Nabi Saw. bersabda, “Tunggulah saya hingga saya kembali lagi kepadamu.” Lalu Nabi Saw. pergi dan berdiri di bawah Arasy, maka Nabi Saw. menjumpai hal-hal yang belum pernah dijumpai oleh malaikat yang terpilih dan belum pernah (pula) oleh seorang nabi yang diutus. Lalu Allah Swt. berfirman kepada Malaikat Jibril, “Pergilah kamu kepada Muhammad dan katakanlah kepadanya agar dia mengangkat kepalanya. Suruhlah dia agar meminta, pasti diberi; dan mintalah syafaat, pasti diberi izin untuk memberikan syafaat.” Maka aku (Nabi Saw.) memberikan syafaat kepada umatku, yaitu dengan mengeluarkan seseorang dari setiap sembilan puluh sembilan orang di antara mereka.

Saya terus-menerus bolatebalik menghadap kepada Tuhan, dan tidak sekali-kali saya menghadap kepada-Nya melainkan diberi izin memberi syafaat, sehingga pada akhirnya Allah Swt. berfirman kepada saya sebagai karunia dari-Nya: Hai Muhammad, masukkanlah (ke dalam surga) semua umatmu yang diciptakan oleh Allah Swt., yaitu orang-orang yang di suatu hari telah bersaksi dengan tulus ikhlas bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan ia mati dalam keadaan berpegang kepada kalimah ini. Hadis Buraidah r.a. “. Imam Ahmad ibnu Hambal mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Abu Israil, dari Al-Haris ibnu Hadirah, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya, bahwa ia pernah menghadap Mu’awiyah, tiba-tiba ia menjumpai seseorang sedang berbicara, maka Buraidah berkata, “Hai Mu’awiyah, bolehkah saya ikut bicara?” Mu’awiyah menjawab, “Ya.” Mu’awiyah menduga bahwa Buraidah pasti akan mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh lelaki itu.

Lalu Buraidah berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku berharap akan memberi syafaat di hari kiamat kepada orang-orang yang jumlahnya sama banyaknya dengan semua pohon dan rumah yang ada di muka bumi. Buraidah berkata, “Sekarang berharaplah engkau, hai Mu’awiyah, untuk mendapat syafaat itu, karena Ali r.a. tidak mengharapkannya.” Hadis ibnu Masud. [] -: “. “. -: “. :” “. “. “]. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Arim ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hakam Al-Bannani, dari Usman, dari Ibrahim, dari Akjamah dan Al-Aswad, dari Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa dua orang anak Mulaikah datang menghadap Nabi Saw. Lalu keduanya berkata, “Sesungguhnya ibu kami sangat menghormati suaminya dan kasih sayang kepada anak-anaknya.” Disebutkan pula bahwa ibunya suka menghormati tamu, hanya saja ia pernah mengubur hidup-hidup anak perempuannya di masa Jahiliyah (dan ibunya telah mati di masa Jahiliyah).

Maka Nabi Saw. bersabda: Ibumu berdua berada di dalam neraka. Lalu keduanya pergi dengan wajah yang muram penuh duka, kemudian Nabi Saw. memerintahkan agar keduanya kembali. Maka kembalilah keduanya, sedangkan wajah keduanya kelihatan gembira karena berhaiap bahwa sesuatu telah terjadi perubahan (terhadap nasib ibu mereka). Nabi Saw. bersabda: Ibuku bersama-sama dengan ibu kamu berdua. Maka berkatalah seorang lelaki dari kaum munafik, “Orang ini (maksudnya Nabi Saw.) tidak dapat memberi manfaat (pertolongan syafaat) kepada ibunya sendiri barang sedikit pun,” sedangkan kami menginjak kedua telapak kakinya (agar diam). Maka berkatalah seorang lelaki dari kalangan Ansaryang menurut Buraidah belum pernah melihat seseorang yang lebih banyak bertanya selain dari dia, “Wahai Rasulullah, apakah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu sesuatu sehingga engkau dapat menolong wanita itu atau kedua orang itu?” Buraidah menduga bahwa sabda Nabi Saw. berikut pernah ia dengar sebelumnya, yaitu: Apa yang dikehendaki oleh Allah Tuhanku (pasti terjadi).

Alangkah inginnya aku untuk mendapatkannya, sesungguhnya aku pada hari kiamat berdiri di tempat yang terpuji. Orang Ansar itu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji itu?” Nabi Saw. bersabda, “Yang demikian itu terjadi di saat kalian telah dihadapkan dalam keadaan telanjang, tak beralas kaki, serta tidak berkhitan. Maka orang yang mula-mula diberi pakaian ialah Ibrahim a.s. Allah berfirman, ‘Berilah kekasih-Ku pakaian!’ Maka didatangkanlah dua lapis jubah putih, lalu dipakaikan kepadanya.

Kemudian Ibrahim a.s. didudukkan di tempat yang menghadap ke arah ‘Arasy. Lalu didatangkanlah pakaianku dan aku memakainya, lalu aku berdiri di sebelah kanan Ibrahim a.s., yaitu di suatu tempat yang tiada seorang pun berani mendudukinya; sehingga semua orang yang terdahulu dan yang kemudian iri melihatku duduk di tempat itu (yakni menginginkannya).” Kemudian dibukalah bagi mereka aliran Sungai Al-Kausar (salah satu sungai surga) hingga membentuk telaga.

Orang munafik itu berkata, “Sesungguhnya air itu tidak dapat mengalir kecuali di atas tanah atau batu kerikil.” Rasulullah Saw. menjawab, “Tanahnya adalah minyak kesturi dan batu kerikilnya adalah mutiara.” Orang munafik itu berkata lagi, “Saya belum pernah mendengar hal seperti hari ini. Sesungguhnya jarang sekali air mengalir di atas tanah atau batu kerikil, melainkan pasti ada tumbuh-tumbuhannya.” Maka bertanyalah lelaki dari kalangan Ansar itu, “Wahai Rasulullah, apakah di pinggir sungai itu ada tumbuh-tumbuhannya?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ya, batangnya dari emas.” Orang munafik itu berkata, “Saya belum pernah mendengar hal seperti hari ini.

Sesungguhnya jarang sekali ada batang pohon tumbuh, melainkan ada dedaunannya dan pasti ada buahnya.” Maka lelaki Ansar itu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pohonnya ada buahnya?” Nabi Saw. bersabda: Ya, buah-buahannya adalah intan berlian yang beraneka warna, dan airnya lebih putih daripada susu serta rasanya lebih manis daripada madu. Barang siapa yang meminum sekali minum darinya, tentu tidak akan haus lagi sesudahnya; dan barangsiapa yang tidak dapat meminumnya, tentulah dia merasa kehausan terus sesudahnya.

Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Salamah ibnu Kahil, dari ayahnya, dari Abuz Za’ra, dari Abdullah yang mengatakan bahwa kemudian Allah Swt. memberikan izin untuk memberi syafaat. Maka bangkitlah Ruhul Qudus, yaitu Malaikat Jibril (untuk memberi syafaat); setelah itu bangkitlah Ibrahim kekasih Allah memberi syafaat, dan disusul oleh Isa atau Musa. Abuz Za’ra mengatakan bahwa ia tidak ingat lagi yang manakah yang dimaksud dari keduanya (Isa ataukah Musa). Abu Za’ra melanjutkan kisahnya, bahwa lalu bangkitlah Nabi kalian (Nabi Muhammad Saw.) sebagai orang yang keempat, maka dia memberikan syafaatnya.

Tiada seorang pun yang memberikan syafaat lebih banyak daripada dia sesudahnya, dan hal inilah yang dimaksud dengan kedudukan terpuji yang tertera di dalam firman Allah Swt.: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Hadis Ka’b ibnu Malik r.a. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Abdu Rabbihi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Az-Zubaidi, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Ka’b ibnu Malik, dari Ka’b ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Manusia dibangkitkan pada hari kiamat, maka aku dan umatku berada di sebuah lereng, dan Tuhanku memberiki pakaian yang berwarna hijau.

Kemudian aku diberi izin (untuk memberi syafaat), maka aku memohon kepada-Nya sebanyak apa yang dikehendaki oleh-Nya. Itulah yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji. Hadis Abu Darda r.a. “. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Habib, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abu Darda yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku adalah orang yang mula-mula diberi izin untuk bersujud pada hari kiamat (untuk memohon syafaat), dan aku adalah orang yang mula-mula diberi izin untuk mengangkat kepalanya, sehingga aku dapat melihat pemandangan yang ada di hadapanku, maka aku dapat mengenal umatku di antara umat-umat lainnya.

Dan aku melihat hal yang sama di arah belakangku, juga di arah sebelah kanan dan kiriku. Maka ada seseorang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah engkau mengenal umatmu di antara umat-umat lainnya yang di mulai dari umat Nabi Nuh sampai dengan umatmu?” Nabi Saw. bersabda: Mereka mengeluarkan cahaya putih dari bekas semua anggota wudunya, tiada seorang pun yang mempunyai ciri khas itu selain dari mereka. Saya mengenal mereka bahwa kitab catatan amal perbuatan mereka diberikan dari sebelah kanannya, dan saya mengenal mereka karena anak cucu mereka berjalan di depan mereka.

Hadis Abu Hurairah r. a. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Abu Hayyan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar’ah ibnu Amr ibnu Jarir, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menerima kiriman daging yang telah dimasak, lalu disuguhkan kepada beliau kaki kambing yang disukainya. Maka beliau memakan sebagian darinya sekali makan, kemudian bersabda, “Aku adalah penghulu umat manusia di hari kiamat. Tahukah kalian mengapa demikian?” Allah pada hari kiamat menghimpun semua orang yang terdahulu dan yang kemudian di suatu tanah lapang.

Mereka digiring ke tempat itu oleh suara yang,terdengar oleh mereka semua, dan mereka semua terlihat berada dalam pengawasan. Matahari berada di dekat mereka, sehingga manusia saat itu mengalami penderitaan dan malapetaka yang tidak kuat mereka sanggah. Maka sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Tidakkah kalian merasakan apa yang sedang kalian derita yang tidak mampu kalian sanggah ini? Tidakkah kalian mencari orang yang dapat meminta syafaat bagi kalian kepada Tuhan kalian?” Maka sebagian dari mereka menjawab, “Sebaiknya kalian datang kepada Adam.” Maka mereka datang kepada Adam a.s.

Dan berkata, “Hai Adam, engkau adalah bapak manusia- Allah telah menciptakanmu dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri dan Dia telah meniupkan sebagian dari roh-Nya kepadamu, serta Dia telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepadamu. Maka mintakanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau melihat apa yang sedang kami alami, betapa menderitanya kami.” Adam a.s. menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku pada hari ini sedang murka dengan kemurkaan yang belum pernah Dia alami sebelumnya semisal sekarang, dan Dia tidak akan murka lagi sesudahnya seperti murka-Nya pada hari ini.

Sesungguhnya Dia pernah melarangku mendekati sebuah pohon, tetapi aku mendurhakai-Nya. Sekarang aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri saja. Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Nuh.” Mereka datang kepada Nuh dan mengatakan, “Hai Nuh, engkau adalah mula-mula rasul di muka bumi, Allah telah memberimu nama seorang hamba yang banyak bersyukur. Mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami.

Tidakkah engkau lihat penderitaan yang kami alami? Tidakkah engkau lihat bagaimana keadaan kami sekarang?” Nuh menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku hari ini sedang murka dengan kemurkaan yang belum pernah dialami-Nya semisal dengan hari ini, dan Dia tidak akan murka lagi sesudahnya dengan kemurkaan seperti hari ini. Dan sesungguhnya aku pernah memanjatkan suatu doa kepada-Nya untuk kebinasaan umatku.

Maka pada hari ini aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri. Pergilah kalian kepada selain aku, pergilah kalian kepada Ibrahim.” Mereka datang kepada Ibrahim dan mengatakan kepadanya, “Hai Ibrahim, engkau adalah nabi Allah dan kekasih-Nya dari kalangan penduduk bumi. Mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami? Tidakkah engkau lihat keadaan kami?” Maka Ibrahim menjawab, “Sesungguhnya tuhanku pada hari ini sedang murka dengan kemurkaan yang tidak pernah dilakukan-Nya sebelum itu, dan Dia tidak akan murka lagi sesudahnya dengan kemurkaan seperti hari ini,” lalu Ibrahim menyebutkan beberapa kedustaan yang pernah dilakukannya.

Karena itu, ia mengatakan, “Aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri. Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Musa.” Mereka datang kepada Musa dan mengatakan, “Hai Musa, engkau adalah rasul Allah, Allah telah memilihmu untuk membawa risalah-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya untuk engkau sampaikan kepada manusia. Makamintakanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami, tidakkah engkau lihat keadaan kami?” Musa menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku sedang murka dengan kemurkaan yang tidak pernah dilakukan-Nya sebelum hari ini, dan di masa mendatang Dia tidak akan murka lagi dengan kemurkaan seperti sekarang.

Sesungguhnya aku pernah membunuh seseorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Sekarang aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri saja. Pergilah kalian kepada selain aku, pergilah kalian kepada Isa.” Mereka datang kepada Isa dan mengatakan, “Hai Isa engkau adalah rasul Allah, engkau diciptakan melalui perintah Allah yang disampaikan kepada Maryam melalui tiupan roh (ciptaan)-Nya, dan engkau dapat berbicara kepada manusia selagi engkau masih bayi dalam usia buaian.

Maka mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami, tidakkah engkau lihat keadaan kami?” Isa menjawab, “Sesungguhnya Tuhanku pada hari ini sedang dalam keadaan murka dengan kemurkaan yang belum pernah dilakukan-Nya sebelum ini, dan di masa mendatang Dia tidak akan murka lagi seperti kemurkaan-Nya pada hari ini.’Tetapi Isa tidak menyebutkan suatu dosa pun, dan ia mengatakan, “Aku hanya dapat menyelamatkan diriku sendiri.

Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Muhammad Saw.” Maka mereka datang kepada Nabi Muhammad Saw. dan mengatakan, “Hai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan Nabi terakhir, sesungguhnya Allah telah mengampuni semua dosamu yang terdahulu dan yang kemudian. Maka mohonkanlah syafaat kepada Tuhanmu buat kami. Tidakkah engkau lihat penderitaan kami? Tidakkah engkau lihat keadaan kami?” Nabi Saw. bersabda, “Maka aku bangkit dan mendatangi bagian bawah’ Arasy, lalu aku menyungkur bersujud kepada Tuhanku. Kemudian Allah membukakan bagiku dan memberiku ilham cara memuji dan me-nyanjung-Nya dengan pujian dan sanjungan yang belum pernah Dia ajarkan kepada seorang pun sebelumku.

Maka dikatakan kepadaku, ‘Hai Muhammad, angkatlah mukamu; dan mintalah, pasti engkau diberi apa yang kamu minta; dan mintalah syafaat, tentu engkau akan diberi izin memberikan syafaat.’ Maka aku mengangkat mukaku dan berkata, ‘Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku. Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku. Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku.’ Dikatakan kepadaku, ‘Hai Muhammad, masukkanlah ke dalam surga dari kalangan umatmu orang-orang yang tidak ada hisabnya melalui pintu surga yang ada di sebelah kanan, sedangkan pintu-pintu lainnya buat semua orang yang lainnya bersama-sama’.” Kemudian Nabi Saw. bersabda, “Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu surga itu sama dengan jarak antara Mekah dan Hajar, atau antara Mekah dan Basra.” Hadis ini diketengahkan pula oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab shahihnya masing-masing.

Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Haql ibnu Ziyad, dari Al-Auza’i, telah menceritakan kepadaku Abu Ammar, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Farrukh, telah menceritakan kepadaku Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku adalah penghulu Anak Adam pada hari kiamat, dan orang yang mula-mula dikeluarkan dari kubur di hari kiamat, orang yang mula-mula diberi izin untuk memberi syafaat, serta orang yang mula-mula memberi syafaat.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waki’, dari Daud ibnu Yazid Az-Za’afiri, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna ayat ini: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Ketika beliau Saw. ditanya mengenai makna kedudukan yang terpuji, beliau Saw. menjawab bahwa kedudukan yang terpuji ialah syafaat. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Waki’, dari Muhammad ibnu Ubaid, dari Daud, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Maka Nabi Saw. menjawab melalui sabdanya: Yaitu kedudukan yang darinya aku memberikan syafaat buat umatku. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Ali ibnul Husain yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila hari kiamat terjadi, maka bumi digelarkan seperti kulit yang digelarkan (yakni rata), hingga tiada tempat bagi seorang manusia pun kecuali hanya untuk kedua telapak kakinya (yakni penuh sesak dengan manusia).

Nabi Saw. melanjutkan sabdanya, “Maka aku adalah orang yang mula-mula dipanggil, Jibril berada di sebelah kanan Tuhan Yang Maha Pemurah. Mahasuci lagi Mahatinggi Allah. Demi Allah, saya belum pernah melihat Jibril dalam rupa seperti itu sebelumnya. Lafu aku berkata, “Wahai Tuhanku sesungguhnya dia pernah menyampaikan berita kepadaku bahwa Engkau telah mengutusnya kepadaku. Allah Swt. berfirman, “Dia benar.” Kemudian aku memohon syafaat dan mengatakan, “Wahai Tuhanku, tolonglah hamba-hamba-Mu yang telah menyembah-Mu di berbagai belahan bumi. Nabi Saw. bersabda, “Itulah yang dimaksud dengan kedudukan yang terpuji. Hadis ini berpredikat mursal.”

Sumber: Learn Quran


Yuk bagikan infonya...

About Auther:

Info Biografi

BUKU TES TNI POLRI AKMIL AKPOL 2024
Hello. Add your message here.